Penyelam Meninggal saat Cari Korban Lion Air
Seorang penyelam yang menjadi evakuator pesawat Lion Air JT-610 bernama Syachrul Anto, 41, meninggal saat bertugas di Perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/11).
Pesan Terakhir ke Istri Berupa Puisi Berjudul ‘Takdir’
JAKARTA, NusaBali
“Almarhum menyelam lebih lama dari seharusnya. Sesuai jadwal para penyelam naik pukul 16.00 WIB, tetapi dia naik 30 menit lebih lama,” kata Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Laut Isswarto, di Jakarta, Sabtu (3/11).
Berdasarkan informasi yang diterima oleh sejumlah media, Syarul dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, pada Jumat pukul 22.10 WIB dengan kondisi tidak sadar, tidak ada respons, tidak ada denyut nadi, dan nafas.
Pada pukul 22.30 WIB, Syahrul yang bertempat tinggal di Kompleks DPR Jalan Garuda 1 Cakung ini baru dinyatakan meninggal oleh dokter jaga IGD. Dokter pun menyarankan untuk melakukan proses otopsi ke RSCM, tetapi keluarga dan Basarnas menolak karena hendak langsung dibawa ke rumah duka di Surabaya, Jawa Timur.
Sementara Kepala Basarnas M Syaugi mengucapkan rasa duka citanya atas meninggalnya penyelam Syachrul Anto. “Saya sebagai Kabasarnas, turut berduka sedalam-dalamnya atas gugurnya pahlawan kemanusiaan, tim relawan kita, demi tugas negara dan bangsa,” kata Syaugi di Posko JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, seperti dilansir Antara.
Syachrul Anto adalah penyelam dari ‘Indonesia Rescue Diver Team’, dikenal sebagai penyelam dengan kualitas tinggi, militan, senior, dan jam selam yang cukup tinggi. Syachrul Anto disebut mengantongi sertifikat penyelam profesional dari CSMAS-Possi.
Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya seorang penyelam yang tergabung dalam tim penyelamat pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang.
“Yang pertama saya mnyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya penyelam kita Pak Syachrul Anto. Semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT,” kata Presiden di Jakarta.
“Beliau memegang peran dan kontribusi yang sangat besar dalam menemukan, baik ‘black box’, maupun menemukan komponen pesawat. Seperti kemarin saya sampaikan, ada 859 aparat relawan yang semuanya bersama-sama dalam rangka evakuasi atau mencari ‘black box’ dan lain-lain yang sudah lima hari ini kita lakukan pagi, siang, malam,” tambah Presiden.
Lian Kurniawati, 39, istri Syachrul Anto, mengaku mengaku tidak ada firasat sebelum suaminya meninggal. Dalam komunikasi terakhir melalui WhatsApp, dia menanyakan kabar Syachrul.
Dalam percakapan itu juga, Syachrul mengirim tulisan panjang berupa puisi yang diberi judul ‘Takdir’. “Terakhir kontak pagi itu. Karena memang setiap hari dua kali menyelam, pagi dan sore. Di pesannya dia menulis perasaannya mengenai banyaknya korban dan kematian,” kata Lian kepada detikcom, Sabtu (3/11). Lian mengaku tidak menyadari bahwa percakapan tumpahan perasaan suaminya itu merupakan firasat.
Kakak ipar korban, Ibnu, 51, menceritakan, Syachrul sebenarnya baru pulang melaksanakan ibadah haji bersama istri dan bibinya. Setelah itu, dia berangkat membantu evakuasi bencana di Palu, Sulawesi Tengah. Sementara itu, Humas Basarnas Makassar Ade mengatakan Syachrul sering berada di lokasi bencana untuk membantu korban. Dia juga akrab dengan rekan-rekan di Basarnas Makassar.
“Korban akrab dengan kawan-kawan di Makassar. Beberapa kali dia ikut kegiatan di sini,” kata Ade saat diminta konfirmasi detikcom. Ade mengatakan Syachrul juga terlibat dalam beberapa kegiatan sosial dan pertolongan pada bencana. Kegiatan terakhir dia adalah saat ikut membantu evakuasi korban gempa Palu dan Donggala, Sulteng.
“Dia juga ikut bantu saat proses pencarian korban AirAsia beberapa waktu lalu (AirAsia QZ 8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata pada 2014, Red),” ungkapnya. Terakhir, lanjut Ade, adalah saat Syachrul ikut membantu Basarnas Makassar melakukan bersih laut dan pencarian korban nelayan yang hilang di Kabupaten Takalar.
Sebagaimana diberitakan, pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK LQP terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada Senin (29/10) pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta untuk kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang atau ‘return to base’ sebelum akhirnya hilang dari radar. *
JAKARTA, NusaBali
“Almarhum menyelam lebih lama dari seharusnya. Sesuai jadwal para penyelam naik pukul 16.00 WIB, tetapi dia naik 30 menit lebih lama,” kata Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Laut Isswarto, di Jakarta, Sabtu (3/11).
Berdasarkan informasi yang diterima oleh sejumlah media, Syarul dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, pada Jumat pukul 22.10 WIB dengan kondisi tidak sadar, tidak ada respons, tidak ada denyut nadi, dan nafas.
Pada pukul 22.30 WIB, Syahrul yang bertempat tinggal di Kompleks DPR Jalan Garuda 1 Cakung ini baru dinyatakan meninggal oleh dokter jaga IGD. Dokter pun menyarankan untuk melakukan proses otopsi ke RSCM, tetapi keluarga dan Basarnas menolak karena hendak langsung dibawa ke rumah duka di Surabaya, Jawa Timur.
Sementara Kepala Basarnas M Syaugi mengucapkan rasa duka citanya atas meninggalnya penyelam Syachrul Anto. “Saya sebagai Kabasarnas, turut berduka sedalam-dalamnya atas gugurnya pahlawan kemanusiaan, tim relawan kita, demi tugas negara dan bangsa,” kata Syaugi di Posko JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, seperti dilansir Antara.
Syachrul Anto adalah penyelam dari ‘Indonesia Rescue Diver Team’, dikenal sebagai penyelam dengan kualitas tinggi, militan, senior, dan jam selam yang cukup tinggi. Syachrul Anto disebut mengantongi sertifikat penyelam profesional dari CSMAS-Possi.
Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya seorang penyelam yang tergabung dalam tim penyelamat pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang.
“Yang pertama saya mnyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya penyelam kita Pak Syachrul Anto. Semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT,” kata Presiden di Jakarta.
“Beliau memegang peran dan kontribusi yang sangat besar dalam menemukan, baik ‘black box’, maupun menemukan komponen pesawat. Seperti kemarin saya sampaikan, ada 859 aparat relawan yang semuanya bersama-sama dalam rangka evakuasi atau mencari ‘black box’ dan lain-lain yang sudah lima hari ini kita lakukan pagi, siang, malam,” tambah Presiden.
Lian Kurniawati, 39, istri Syachrul Anto, mengaku mengaku tidak ada firasat sebelum suaminya meninggal. Dalam komunikasi terakhir melalui WhatsApp, dia menanyakan kabar Syachrul.
Dalam percakapan itu juga, Syachrul mengirim tulisan panjang berupa puisi yang diberi judul ‘Takdir’. “Terakhir kontak pagi itu. Karena memang setiap hari dua kali menyelam, pagi dan sore. Di pesannya dia menulis perasaannya mengenai banyaknya korban dan kematian,” kata Lian kepada detikcom, Sabtu (3/11). Lian mengaku tidak menyadari bahwa percakapan tumpahan perasaan suaminya itu merupakan firasat.
Kakak ipar korban, Ibnu, 51, menceritakan, Syachrul sebenarnya baru pulang melaksanakan ibadah haji bersama istri dan bibinya. Setelah itu, dia berangkat membantu evakuasi bencana di Palu, Sulawesi Tengah. Sementara itu, Humas Basarnas Makassar Ade mengatakan Syachrul sering berada di lokasi bencana untuk membantu korban. Dia juga akrab dengan rekan-rekan di Basarnas Makassar.
“Korban akrab dengan kawan-kawan di Makassar. Beberapa kali dia ikut kegiatan di sini,” kata Ade saat diminta konfirmasi detikcom. Ade mengatakan Syachrul juga terlibat dalam beberapa kegiatan sosial dan pertolongan pada bencana. Kegiatan terakhir dia adalah saat ikut membantu evakuasi korban gempa Palu dan Donggala, Sulteng.
“Dia juga ikut bantu saat proses pencarian korban AirAsia beberapa waktu lalu (AirAsia QZ 8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata pada 2014, Red),” ungkapnya. Terakhir, lanjut Ade, adalah saat Syachrul ikut membantu Basarnas Makassar melakukan bersih laut dan pencarian korban nelayan yang hilang di Kabupaten Takalar.
Sebagaimana diberitakan, pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK LQP terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada Senin (29/10) pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta untuk kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang atau ‘return to base’ sebelum akhirnya hilang dari radar. *
1
Komentar