Lestarikan Subak, Digelar Lomba Lelakut, Pindekan dan Sunari
Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menggelar lomba Petakut (Lelakut), Pindekan, dan Sunari tahun 2018 di Subak Buaji, Desa Pakraman Kesiman, Denpasar Timur, Sabtu (3/11).
DENPASAR, NusaBali
Lomba tersebut diikuti oleh petani dan warga setempat untuk penguatan program Subak Lestari serta mengedepankan kebudayaan dan kearifan lokal, khususnya Denpasar.
Warga terlihat antusias memamerkan hasil karyanya, terutama Lelakut, untuk menakuti burung yang suka berkerumun memakan biji padi di sawah. Lelakut atau Petakut juga disebut dengan orang-orangan sawah. Sebelumnya Lelakut makin jarang digunakan, namun kini kembali dilestarikan.
Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara mengungkapkan, lomba tersebut dilakukan untuk memperkuat program Subak Lestari yang selama ini digagas Pemkot Denpasar.
Selain membenahi dari segi teknis, juga membantu petani untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas pertanian lewat program asuransi pertanian, serta memberikan program beasiswa bagi anak petani yang masih bersekolah. Melalui lomba petakut/lelakut, pindekan dan sunari ini diharapkan dapat menjadi upaya pengenalan dan pelestarian unsur penting pertanian di Kota Denpasar.
Lebih lanjut menurut Jaya Negara, pergeseran seperti alih fungsi lahan dan berubahnya pola budaya agraris masyarakat juga merupakan sesuatu yang tak bisa dihindarkan. Menanggapi fenomena ini perlu lebih digencarkan inovasi seperti urban farming dan pertanian hidroponik yang tidak memerlukan lahan luas, namun mampu menghasilkan produktivitas pertanian yang sesuai.
Ketua Majelis Madya Subak Kota Denpasar, Wayan Jelantik mengatakan pelaksanaan Lomba Petakut/Lelakut, Pindekan dan Sunari ini untuk menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat untuk melestarikan budaya persubakan berdasarkan konsep Tri Hita Karana di Kota Denpasar. “Pelaksanaan lomba ini diharapkan mampu merangsang kreatifitas sekaa- sekaa subak maupun sekaa teruna,” pungkas Jelantik. *mi
Warga terlihat antusias memamerkan hasil karyanya, terutama Lelakut, untuk menakuti burung yang suka berkerumun memakan biji padi di sawah. Lelakut atau Petakut juga disebut dengan orang-orangan sawah. Sebelumnya Lelakut makin jarang digunakan, namun kini kembali dilestarikan.
Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara mengungkapkan, lomba tersebut dilakukan untuk memperkuat program Subak Lestari yang selama ini digagas Pemkot Denpasar.
Selain membenahi dari segi teknis, juga membantu petani untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas pertanian lewat program asuransi pertanian, serta memberikan program beasiswa bagi anak petani yang masih bersekolah. Melalui lomba petakut/lelakut, pindekan dan sunari ini diharapkan dapat menjadi upaya pengenalan dan pelestarian unsur penting pertanian di Kota Denpasar.
Lebih lanjut menurut Jaya Negara, pergeseran seperti alih fungsi lahan dan berubahnya pola budaya agraris masyarakat juga merupakan sesuatu yang tak bisa dihindarkan. Menanggapi fenomena ini perlu lebih digencarkan inovasi seperti urban farming dan pertanian hidroponik yang tidak memerlukan lahan luas, namun mampu menghasilkan produktivitas pertanian yang sesuai.
Ketua Majelis Madya Subak Kota Denpasar, Wayan Jelantik mengatakan pelaksanaan Lomba Petakut/Lelakut, Pindekan dan Sunari ini untuk menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat untuk melestarikan budaya persubakan berdasarkan konsep Tri Hita Karana di Kota Denpasar. “Pelaksanaan lomba ini diharapkan mampu merangsang kreatifitas sekaa- sekaa subak maupun sekaa teruna,” pungkas Jelantik. *mi
Komentar