Sejumlah Wilayah Masih Krisis Air
Selama dua hari, BPBD Jembrana memasok air bersih ke tiga desa di wilayah Kecamatan Melaya, yakni Tukadaya, Manistutu, dan Warnasari.
Hujan Mulai Turun di Wilayah Kabupaten Jembrana
NEGARA, NusaBali
Memasuki awal November, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang mulai turun di wilayah Kabupaten Jembrana. Namun hujan yang turun sejak beberapa hari terakhir, ini belum menuntaskan masalah krisis air di sejumlah wilayah Jembrana. Berkenaan hal tersebut, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana tetap melayani pendistribusian bantuan air bersih, hingga masalah krisis air benar-benar berakhir.
Kepala BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Minggu (4/11), membenarkan krisis air masih terjadi di beberapa wilayah, meskipun hujan telah mulai turun sejak beberapa hari terakhir ini. Sejumlah wilayah tersebut, merupakan beberapa banjar di tiga desa di wilayah Kecamatan Melaya, yakni Tukadaya, Manistutu, dan Warnasari.
“Beberapa hari terakhir ini, tetap ada permohonan bantuan air bersih karena masih terjadi krisis air. Permohonannya itu kami tindaklanjuti dengan mengirimkan bantuan air bersih,” kata Eko.
Seperti dua hari terakhir, Sabtu (3/11) dan Minggu kemarin. Menurut Eko, pada Sabtu (3/11), diterima permohonan bantuan air bersih untuk di Banjar Benel, Desa Manistutu, dan sudah ditindaklanjuti dengan mengirim bantuan 1 tangki (5.000 liter) air bersih ke wilayah tersebut. Kemudian Minggu kemarin, diterima permohonan bantuan air bersih untuk di Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, yang juga dibantu 1 tangki air bersih.
“Karena hujan baru turun, sumber air di hutan juga belum normal, sehingga aliran airnya belum sampai ke rumah-rumah warga. Jadi sementara ini, tetap kami layani,” ujarnya.
Menurutnya, dalam memberikan bantuan air bersih ke masyarakat, acuannya adalah permohonan dari pihak desa. Dia pun telah menegaskan kepada pihak desa, permohonan bantuan air bersih yang ditujukan kepada Bupati Jembrana cq PDAM Jembrana serta BPBD Jembrana, itu hanya diajukan ketika terjadi krisis air. Apabila air diketahui sudah mengalir normal kembali, pendistribusian bantuan air bersih itu akan dihentikan. “Kalau sudah normal, ya kami stop,” jelasnya.
Untuk mengirim bantuan air bersih tersebut, BPBD Jembrana mengandalkan 1 mobil tangki berkapasitas 5.000 liter yang merupakan pinjaman dari BPBD Provinsi Bali. Sementara BPBD Jembrana belum memiliki mobil tangki. “Untuk mobil tangki, sebenarnya kami sudah mengajukan ke pusat sejak terbentuknya BPBD Jembrana tahun 2017 lalu, termasuk tahun ini. Sebenarnya waktu ini, usulan mobil tangki itu sempat dibintang (ditandai lambang bintang, sebagai tanda masuk prioritas, Red). Tetapi hilang, karena ada prioritas bencana alam di Lombok dan Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa waktu lalu,” ungkap Eko. *ode
NEGARA, NusaBali
Memasuki awal November, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang mulai turun di wilayah Kabupaten Jembrana. Namun hujan yang turun sejak beberapa hari terakhir, ini belum menuntaskan masalah krisis air di sejumlah wilayah Jembrana. Berkenaan hal tersebut, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana tetap melayani pendistribusian bantuan air bersih, hingga masalah krisis air benar-benar berakhir.
Kepala BPBD Jembrana I Ketut Eko Susila Artha Permana, Minggu (4/11), membenarkan krisis air masih terjadi di beberapa wilayah, meskipun hujan telah mulai turun sejak beberapa hari terakhir ini. Sejumlah wilayah tersebut, merupakan beberapa banjar di tiga desa di wilayah Kecamatan Melaya, yakni Tukadaya, Manistutu, dan Warnasari.
“Beberapa hari terakhir ini, tetap ada permohonan bantuan air bersih karena masih terjadi krisis air. Permohonannya itu kami tindaklanjuti dengan mengirimkan bantuan air bersih,” kata Eko.
Seperti dua hari terakhir, Sabtu (3/11) dan Minggu kemarin. Menurut Eko, pada Sabtu (3/11), diterima permohonan bantuan air bersih untuk di Banjar Benel, Desa Manistutu, dan sudah ditindaklanjuti dengan mengirim bantuan 1 tangki (5.000 liter) air bersih ke wilayah tersebut. Kemudian Minggu kemarin, diterima permohonan bantuan air bersih untuk di Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, yang juga dibantu 1 tangki air bersih.
“Karena hujan baru turun, sumber air di hutan juga belum normal, sehingga aliran airnya belum sampai ke rumah-rumah warga. Jadi sementara ini, tetap kami layani,” ujarnya.
Menurutnya, dalam memberikan bantuan air bersih ke masyarakat, acuannya adalah permohonan dari pihak desa. Dia pun telah menegaskan kepada pihak desa, permohonan bantuan air bersih yang ditujukan kepada Bupati Jembrana cq PDAM Jembrana serta BPBD Jembrana, itu hanya diajukan ketika terjadi krisis air. Apabila air diketahui sudah mengalir normal kembali, pendistribusian bantuan air bersih itu akan dihentikan. “Kalau sudah normal, ya kami stop,” jelasnya.
Untuk mengirim bantuan air bersih tersebut, BPBD Jembrana mengandalkan 1 mobil tangki berkapasitas 5.000 liter yang merupakan pinjaman dari BPBD Provinsi Bali. Sementara BPBD Jembrana belum memiliki mobil tangki. “Untuk mobil tangki, sebenarnya kami sudah mengajukan ke pusat sejak terbentuknya BPBD Jembrana tahun 2017 lalu, termasuk tahun ini. Sebenarnya waktu ini, usulan mobil tangki itu sempat dibintang (ditandai lambang bintang, sebagai tanda masuk prioritas, Red). Tetapi hilang, karena ada prioritas bencana alam di Lombok dan Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa waktu lalu,” ungkap Eko. *ode
Komentar