Banjar Tangerang Gelar Metatah Massal se Banten
Suka Duka Hindu Dharma (SDHD) banjar Tangerang bersama Yayasan Vidya Kertajaya menggelar metatah massal se provinsi Banten di Pura Kertajaya, Tangerang, Banten.
TANGERANG, NusaBali
Menurut Ketua Panitia Wayan Sukania, rangkaian metatah massal berlangsung sejak Sabtu (3/11) kemarin. Kemudian pada Minggu (4/11) metatah massal dilaksanakan. Kegiatan tersebut baru pertama kali mereka gelar. Suksesnya acara tidak lepas dari dukungan semua pihak yang memberikan punia baik berupa dana, benda/barang maupun makanan.
"Terimakasih juga kepada Ketua Yayasan Vidya Kertajaya Ketut Jono dan Ketua banjar Tangerang Made Artha. Mereka yang meyakinkan, kami bisa menggelar metatah massal ini," ujar Wayan Sukania saat memberi sambutan, Minggu (4/11).
Peserta metatah massal yang terdaftar 136 dari 78 KK (Kepala Keluarga). Namun dua orang tidak hadir. Panitia mengerahkan 10 orang sangging. Rinciannya 7 orang pinandita dari Tangerang dan 3 orang dari Pinandita Sanggraha Nasional (PSN). Peserta metatah massal berasal dari banjar Tangerang, Tigaraksa, Rempoa dan satu keluarga dari Pembimas Hindu.
"Terbanyak dari banjar Tangerang. Mereka berasal dari enam tempek. Tempek Wira Dharma, Dharma Laksana, Dharma Linggih, Dharma Santhi, Satya Dharma dan Kota Bumi," kata Sukania.
Ketua banjar Tangerang I Gusti Made Artha mengaku terharu akhirnya metatah massal se Banten berjalan dengan baik. "Ini merupakan sebuah pelayanan yang kami berikan kepada umat di banjar Tangerang maupun banjar lainnya di provinsi Banten," kata Made Artha.
Ketua PHDI provinsi Banten Ida Bagus Alit Wiratmaja sangat mengapresiasi metatah massal se Banten yang digelar oleh banjar Tangerang. Sebab, dalam agama Hindu orangtua memiliki tiga tanggungjawab. Mulai dari upacara kelahiran, upacara metatah dan upacara pernikahan.
Adanya metatah massal membuat orangtua bisa menjalankan kewajibannya. Terlebih dilakukan secara massal di provinsi Banten sehingga membuat biaya terjangkau lantaran umat bergotong royong. Sedangkan Pembimas Hindu Kanwil Kemenag provinsi Banten Sunarto menuturkan, metatah massal ini merupakan langkah bagus.
Lantaran tidak hanya diikuti oleh umat Hindu Bali saja, melainkan dari Hindu Jawa pula. "Ke depan acara seperti ini perlu dikembangkan lagi," kata Sunarto. Hal yang sama dikatakan oleh orangtua peserta metatah massal.
Pasangan Nyoman Bagus Sidiartha dan Ni Made Marnita dari banjar Tangerang mengikutsertakan kedua anaknya di metatah massal tersebut. Bagi mereka kegiatan itu sangat berguna. Apalagi mereka berada di perantauan sehingga dari sisi waktu dan biaya sangat membantu.
"Disini kami ada kebersamaan," kata Ni Made Marnita yang berasal dari banjar Budeng, desa Negara, Jembrana ini. Ke depan, kata Ketua Yayasan Vidya Kertajaya Ketut Jono, mereka juga merencanakan ngaben massal. Untuk itu, mereka akan kordinasi terlebih dahulu dengan Sulinggih. *k22
Menurut Ketua Panitia Wayan Sukania, rangkaian metatah massal berlangsung sejak Sabtu (3/11) kemarin. Kemudian pada Minggu (4/11) metatah massal dilaksanakan. Kegiatan tersebut baru pertama kali mereka gelar. Suksesnya acara tidak lepas dari dukungan semua pihak yang memberikan punia baik berupa dana, benda/barang maupun makanan.
"Terimakasih juga kepada Ketua Yayasan Vidya Kertajaya Ketut Jono dan Ketua banjar Tangerang Made Artha. Mereka yang meyakinkan, kami bisa menggelar metatah massal ini," ujar Wayan Sukania saat memberi sambutan, Minggu (4/11).
Peserta metatah massal yang terdaftar 136 dari 78 KK (Kepala Keluarga). Namun dua orang tidak hadir. Panitia mengerahkan 10 orang sangging. Rinciannya 7 orang pinandita dari Tangerang dan 3 orang dari Pinandita Sanggraha Nasional (PSN). Peserta metatah massal berasal dari banjar Tangerang, Tigaraksa, Rempoa dan satu keluarga dari Pembimas Hindu.
"Terbanyak dari banjar Tangerang. Mereka berasal dari enam tempek. Tempek Wira Dharma, Dharma Laksana, Dharma Linggih, Dharma Santhi, Satya Dharma dan Kota Bumi," kata Sukania.
Ketua banjar Tangerang I Gusti Made Artha mengaku terharu akhirnya metatah massal se Banten berjalan dengan baik. "Ini merupakan sebuah pelayanan yang kami berikan kepada umat di banjar Tangerang maupun banjar lainnya di provinsi Banten," kata Made Artha.
Ketua PHDI provinsi Banten Ida Bagus Alit Wiratmaja sangat mengapresiasi metatah massal se Banten yang digelar oleh banjar Tangerang. Sebab, dalam agama Hindu orangtua memiliki tiga tanggungjawab. Mulai dari upacara kelahiran, upacara metatah dan upacara pernikahan.
Adanya metatah massal membuat orangtua bisa menjalankan kewajibannya. Terlebih dilakukan secara massal di provinsi Banten sehingga membuat biaya terjangkau lantaran umat bergotong royong. Sedangkan Pembimas Hindu Kanwil Kemenag provinsi Banten Sunarto menuturkan, metatah massal ini merupakan langkah bagus.
Lantaran tidak hanya diikuti oleh umat Hindu Bali saja, melainkan dari Hindu Jawa pula. "Ke depan acara seperti ini perlu dikembangkan lagi," kata Sunarto. Hal yang sama dikatakan oleh orangtua peserta metatah massal.
Pasangan Nyoman Bagus Sidiartha dan Ni Made Marnita dari banjar Tangerang mengikutsertakan kedua anaknya di metatah massal tersebut. Bagi mereka kegiatan itu sangat berguna. Apalagi mereka berada di perantauan sehingga dari sisi waktu dan biaya sangat membantu.
"Disini kami ada kebersamaan," kata Ni Made Marnita yang berasal dari banjar Budeng, desa Negara, Jembrana ini. Ke depan, kata Ketua Yayasan Vidya Kertajaya Ketut Jono, mereka juga merencanakan ngaben massal. Untuk itu, mereka akan kordinasi terlebih dahulu dengan Sulinggih. *k22
1
Komentar