Air Speed Indicator Lion Air Rusak
KNKT juga ungkap pesawat Lion JT610 tidak pecah di udara
JAKARTA, NusaBali
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan penunjuk kecepatan di pesawat atau airspeed indicator pesawat Lion Air PK-LQP rusak sejak 4 penerbangan terakhir hingga akhirnya jatuh saat terbang dengan rute Jakarta-Pangkalpinang. Ini empat penerbangan terakhir Lion Air PK-LQP yang bermasalah itu.
Hasil investigasi KNKT menunjukkan, pesawat dengan nomor register PK-LQP itu telah mengalami kerusakan pada empat penerbangan sebelum jatuh, salah satunya saat rute Denpasar-Jakarta. Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono menyebutkan hal tersebut terungkap dari bagian kotak hitam atau black box Lion Air yang memuat flight data recorder (FDR).
"Kami melihat ada beberapa dari kita lihat datanya memang kita sudah akui bahwa penerbangan dari Denpasar ke Jakarta ada masalah teknis," kata dia di kantornya, Senin (5/11) seperti dilansir merdeka.com. KNKT juga menyebut pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 601 yang jatuh di perairan Karawang, tidak pecah di udara. Soerjanto mengatakan hal itu di depan keluarga korban di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).
Temuan itu, juga berdasarkan wawancara dengan awak kapal tugboat yang melihat serpihan pesawat di laut. Awak tugboat melihat serpihan pesawat menyebar secara berdekatan.
"Laporan yang kita wawancara tugboat, mereka melihat ada sesuatu yang masuk ke dalam air. Setelah itu, tugboat melepas tongkangnya, mereka melihat ada serpihan-serpihan pada radius tidak lebih dari 500 meter. Ini menandakan bahwa pesawat mengalami pecah, ketika bersentuhan dengan air," kata Soerjanto Tjahjono.
Menurut Soerjanto, jika mengalami pecah atau meledak di udara, serpihan pesawat pasti menyebar dengan lebar. "Pesawat menyentuh air dalam keadaan utuh," ujar dia seperti dilansir vivanews.
Saat menyentuh air, mesin pesawat juga disebut dalam keadaan hidup. Hal itu ditandai dengan hilangnya turbin dan kompresor mesin, karena mesin berputar dengan kecepatan sangat tinggi saat bertabrakan dengan air. "Mesin hidup dalam kecepatan tinggi, dari mesin ini tak ada masalah," kata dia.
Sementara itu sejumlah keluarga menyampaikan keluh kesah mereka terhadap manajemen Lion Air. Terutama soal pelayanan dan penanganan yang dilakukan Lion Air terhadap keluarga korban yang sudah satu pekan ini berada di hotel.
Pemerintah melalui Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kemarin memfasilitasi pertemuan antara tim SAR gabungan dengan keluarga penumpang pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Laut Jawa, Karawang, Jawa Barat. Pertemuan ini dihadiri juga oleh pihak Lion Air.
Salah satu keluarga korban bernama Yulius Agung yang kehilangan enam anggota keluarganya menyampaikan bahwa keluarga menuntut investigasi dilakukan dengan lengkap. Pemerintah harus berani menyampaikan kemungkinan dari kesalahan pihak tertentu, atau bahkan dari pihak pemilik pesawat dalam hal ini Boeing. "Apa saja tanggung jawab mereka kepada kami. Jangan hanya Lion Air dan Jasaraharja," katanya di Hotel Ibis Cawang, Jakarta Timur, tempat keluarga korban menginap, Senin (5/11). *
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan penunjuk kecepatan di pesawat atau airspeed indicator pesawat Lion Air PK-LQP rusak sejak 4 penerbangan terakhir hingga akhirnya jatuh saat terbang dengan rute Jakarta-Pangkalpinang. Ini empat penerbangan terakhir Lion Air PK-LQP yang bermasalah itu.
Hasil investigasi KNKT menunjukkan, pesawat dengan nomor register PK-LQP itu telah mengalami kerusakan pada empat penerbangan sebelum jatuh, salah satunya saat rute Denpasar-Jakarta. Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono menyebutkan hal tersebut terungkap dari bagian kotak hitam atau black box Lion Air yang memuat flight data recorder (FDR).
"Kami melihat ada beberapa dari kita lihat datanya memang kita sudah akui bahwa penerbangan dari Denpasar ke Jakarta ada masalah teknis," kata dia di kantornya, Senin (5/11) seperti dilansir merdeka.com. KNKT juga menyebut pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 601 yang jatuh di perairan Karawang, tidak pecah di udara. Soerjanto mengatakan hal itu di depan keluarga korban di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).
Temuan itu, juga berdasarkan wawancara dengan awak kapal tugboat yang melihat serpihan pesawat di laut. Awak tugboat melihat serpihan pesawat menyebar secara berdekatan.
"Laporan yang kita wawancara tugboat, mereka melihat ada sesuatu yang masuk ke dalam air. Setelah itu, tugboat melepas tongkangnya, mereka melihat ada serpihan-serpihan pada radius tidak lebih dari 500 meter. Ini menandakan bahwa pesawat mengalami pecah, ketika bersentuhan dengan air," kata Soerjanto Tjahjono.
Menurut Soerjanto, jika mengalami pecah atau meledak di udara, serpihan pesawat pasti menyebar dengan lebar. "Pesawat menyentuh air dalam keadaan utuh," ujar dia seperti dilansir vivanews.
Saat menyentuh air, mesin pesawat juga disebut dalam keadaan hidup. Hal itu ditandai dengan hilangnya turbin dan kompresor mesin, karena mesin berputar dengan kecepatan sangat tinggi saat bertabrakan dengan air. "Mesin hidup dalam kecepatan tinggi, dari mesin ini tak ada masalah," kata dia.
Sementara itu sejumlah keluarga menyampaikan keluh kesah mereka terhadap manajemen Lion Air. Terutama soal pelayanan dan penanganan yang dilakukan Lion Air terhadap keluarga korban yang sudah satu pekan ini berada di hotel.
Pemerintah melalui Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kemarin memfasilitasi pertemuan antara tim SAR gabungan dengan keluarga penumpang pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Laut Jawa, Karawang, Jawa Barat. Pertemuan ini dihadiri juga oleh pihak Lion Air.
Salah satu keluarga korban bernama Yulius Agung yang kehilangan enam anggota keluarganya menyampaikan bahwa keluarga menuntut investigasi dilakukan dengan lengkap. Pemerintah harus berani menyampaikan kemungkinan dari kesalahan pihak tertentu, atau bahkan dari pihak pemilik pesawat dalam hal ini Boeing. "Apa saja tanggung jawab mereka kepada kami. Jangan hanya Lion Air dan Jasaraharja," katanya di Hotel Ibis Cawang, Jakarta Timur, tempat keluarga korban menginap, Senin (5/11). *
1
Komentar