Bupati Artha Tinjau Korban Bencana Angin Puting Beliung
Bupati Jembrana I Putu Artha meninjau keluarga I Wayan Soma, 55, di Banjar Tunjung, Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang atap rumahnya hancur diterjang angin puting beliung, Rabu (7/11) dini hari lalu.
NEGARA, NusaBali
Pada kesempatan itu Bupati Artha menyerahkan bantuan pribadi berupa uang tunai, termasuk sejumlah bantuan dari Dinas Sosial Jembrana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. Bantuan dari Dinas Sosial Jembrana berupa sandang, pangan, dan peralatan dapur. Sedangkan dari BPBD Jembrana berupa sembako. Selain menyerahkan bantuan tersebut, Bupati Artha juga memberikan bantuan moril, agar keluarga korban yang kini tengah memperbaiki atap rumahnya tersebut, dapat tabah menghadapi bencana tersebut. “Kita tidak tahu kapan bencana akan datang. Ya kami harap masyarakat tetap waspada,” ujar Bupati Artha, Kamis (8/11).
Bupati Artha menyerukan agar kewaspadan harus semakin ditingkatkan seiring perubahan cuaca akhir-akhir ini. Seperti belakangan, terjadi hujan yang kerap disertai angin kencang, yang berpotensi memicu kerusakan bangunan. “Kami harapkan, warga mengecek kondisi bangunan, terutama atap rumah. Kalau sudah tidak bagus, segera diperbaiki, agar tidak menimbulkan dampak kerusakan lebih besar,” ujar Bupati Artha yang didampingi Kadis Sosial Jembrana I Wayan Gorim, Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Ketut Susila Artha Pertama, dan Camat Mendoyo Gede Sujana.
Selain bangunan pribadi, pihaknya juga meminta masyarakat senantiasa memperhatikan lingkungan sekitar, khususnya masalah sampah yang bisa memicu banjir saat musim hujan. Ketika ada saluran air tersumbat, diharapkan segera ditangani. “Perhatikan lingkungan sekitar. Semisal jangan sampai ada saluran air yang tersumbat atau terganggu karena sampah,” tutur Bupati Artha.
Diberitakan sebelumnya, atap rumah I Wayan Soma hampir seluruh genteng berhamburan, termasuk beberapa rangka kayu atap diketahui patah. Selain itu, bangunan palinggih lebuh di depan rumah Soma, juga ambruk. “Perkiraan kerugian sampai Rp 10 juta. Genteng sama rangka kayu hampir semua rusak, termasuk sanggah (palinggih) di depan,” kata anak Soma, I Made Suardika, 34, saat ditemui di rumahnya, Rabu (7/11).
Menurut Suardika, rumah yang telah hancur atapnya itu ditempati dua kepala keluarga (KK). Selain ayahnya, I Wayan Soma, dan ibunya, Ni Ketut Suandri, 55, ada Suardika bersama istrinya, Ni Putu Suryani, 30, serta dua anaknya, I Putu Dimas Aditya, 6, dan I Kadek Dwi Pradnyana, 3, tinggal di rumah berukuran 6 meter x 5 meter yang terdiri dari 2 kamar dan 1 ruang keluarga.
Saat terjadi angin puting beliung Rabu sekitar pukul 00.30 Wita, Suardika bersama keluarganya yang sedang tidur, seketika terbangun. Begitu mendengar suara angin yang cukup keras, dan beberapa genteng berhamburan di bagian depan rumahnya, mereka langsung keluar, dan beruntung tidak sampai tertimpa genteng yang berjatuhan di dalam rumah. “Pas masih hujan, jelas kedengaran suara makuus (suara angin keras), dan kami semua sudah bangun. Tetapi melihat genteng berjatuhan di depan, kami belum berani keluar. Begitu semua genteng di depan habis, baru kami langsung ke luar, dan pas sudah keluar itu, baru genteng di atas kamar berjatuhan, makanya kami selamat,” tuturnya.
Di luar rumah, Suardika bersama istri serta ayahnya, memilih diam di teras dapur. Sementara ibunya serta anak-anaknya dievakuasi ke rumah pamannya (adik ayahnya), I Nengah Dosen, 45, yang tepat berada di selatan rumahnya, yang juga masih dalam satu areal pekarangan. *ode
Pada kesempatan itu Bupati Artha menyerahkan bantuan pribadi berupa uang tunai, termasuk sejumlah bantuan dari Dinas Sosial Jembrana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana. Bantuan dari Dinas Sosial Jembrana berupa sandang, pangan, dan peralatan dapur. Sedangkan dari BPBD Jembrana berupa sembako. Selain menyerahkan bantuan tersebut, Bupati Artha juga memberikan bantuan moril, agar keluarga korban yang kini tengah memperbaiki atap rumahnya tersebut, dapat tabah menghadapi bencana tersebut. “Kita tidak tahu kapan bencana akan datang. Ya kami harap masyarakat tetap waspada,” ujar Bupati Artha, Kamis (8/11).
Bupati Artha menyerukan agar kewaspadan harus semakin ditingkatkan seiring perubahan cuaca akhir-akhir ini. Seperti belakangan, terjadi hujan yang kerap disertai angin kencang, yang berpotensi memicu kerusakan bangunan. “Kami harapkan, warga mengecek kondisi bangunan, terutama atap rumah. Kalau sudah tidak bagus, segera diperbaiki, agar tidak menimbulkan dampak kerusakan lebih besar,” ujar Bupati Artha yang didampingi Kadis Sosial Jembrana I Wayan Gorim, Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Ketut Susila Artha Pertama, dan Camat Mendoyo Gede Sujana.
Selain bangunan pribadi, pihaknya juga meminta masyarakat senantiasa memperhatikan lingkungan sekitar, khususnya masalah sampah yang bisa memicu banjir saat musim hujan. Ketika ada saluran air tersumbat, diharapkan segera ditangani. “Perhatikan lingkungan sekitar. Semisal jangan sampai ada saluran air yang tersumbat atau terganggu karena sampah,” tutur Bupati Artha.
Diberitakan sebelumnya, atap rumah I Wayan Soma hampir seluruh genteng berhamburan, termasuk beberapa rangka kayu atap diketahui patah. Selain itu, bangunan palinggih lebuh di depan rumah Soma, juga ambruk. “Perkiraan kerugian sampai Rp 10 juta. Genteng sama rangka kayu hampir semua rusak, termasuk sanggah (palinggih) di depan,” kata anak Soma, I Made Suardika, 34, saat ditemui di rumahnya, Rabu (7/11).
Menurut Suardika, rumah yang telah hancur atapnya itu ditempati dua kepala keluarga (KK). Selain ayahnya, I Wayan Soma, dan ibunya, Ni Ketut Suandri, 55, ada Suardika bersama istrinya, Ni Putu Suryani, 30, serta dua anaknya, I Putu Dimas Aditya, 6, dan I Kadek Dwi Pradnyana, 3, tinggal di rumah berukuran 6 meter x 5 meter yang terdiri dari 2 kamar dan 1 ruang keluarga.
Saat terjadi angin puting beliung Rabu sekitar pukul 00.30 Wita, Suardika bersama keluarganya yang sedang tidur, seketika terbangun. Begitu mendengar suara angin yang cukup keras, dan beberapa genteng berhamburan di bagian depan rumahnya, mereka langsung keluar, dan beruntung tidak sampai tertimpa genteng yang berjatuhan di dalam rumah. “Pas masih hujan, jelas kedengaran suara makuus (suara angin keras), dan kami semua sudah bangun. Tetapi melihat genteng berjatuhan di depan, kami belum berani keluar. Begitu semua genteng di depan habis, baru kami langsung ke luar, dan pas sudah keluar itu, baru genteng di atas kamar berjatuhan, makanya kami selamat,” tuturnya.
Di luar rumah, Suardika bersama istri serta ayahnya, memilih diam di teras dapur. Sementara ibunya serta anak-anaknya dievakuasi ke rumah pamannya (adik ayahnya), I Nengah Dosen, 45, yang tepat berada di selatan rumahnya, yang juga masih dalam satu areal pekarangan. *ode
Komentar