Mendagri Tegaskan Pemimpin Harus Punya Konsep
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo menjadi salah satu pembicara dalam pembekalan calon legistatif (caleg) Partai Hanura di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara, Kamis (8/11).
JAKARTA, NusaBali
Dalam pembekalan tersebut, Mendagri Tjahjo menyinggung soal sosok pemimpin yang harus memiliki konsep. Hal itu pun, pernah ditegaskan oleh Presiden pertama Indonesia, Sukarno atau biasa disapa Bung Karno.
"Dulu Bung Karno, begitu beliau dilantik sebagai presiden menyatakan bahwa setiap pemimpin harus punya impian, imajinasi, dan gagasan. Karena dengan itu, dia punya konsepsi untuk membangun bangsa ini," ujar Tjahjo. Menurutnya, konsep seorang pemimpin memiliki korelasi yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan demokrasi serta kesejahteraan masyarakat. Hal itu tercermin dalam perjalanan program pembangunan dari masa ke masa. Ia mengatakan, zaman Bung Karno pembangunan tercermin pada program semesta 100 tahun.
Di era presiden Soeharto, dikemas dalam per pelita sampai 33 tahun. "Memasuki era reformasi, program pembangunan bangsa ini intinya sesuai dengan janji kampanye seorang Capres-Cawapres. Sesudah terpilih, janji kampanye menjadi program jangka pendek menengah dan panjang," jelas Tjahjo.
Dia pun, memaparkan bagaimana konsepsi pembangunan yang diemban oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Dimana mereka mengusung program Nawa Cita. Konsep itu pun, telah direalisasikan oleh pasangan tersebut.
“Per hari ini, Nawa Cita pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial sudah 90% dilaksanakan oleh pemerintahan Pak Jokowi dan Pak JK," tegas Mendagri. Bagi Mendagri itu merupakan wujud nyata dari sebuah konsep seorang pemimpin yang diaplikasikannya untuk membangun negara. "Jadi bukan sekedar janji, tapi ada wujud nyata sehingga lagu dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia, sudah sejalan. Itu sudah terangkai dengan baik. Mulai dari Aceh sampai Merauke," papar Tjahjo.
Dalam kesempatan tersebut, Mendagri juga menyampaikan tentang jumlah parpol di Indonesia selama pemilu berlangsung di tanah air. Menurut Mendagri, saat pertama kali Indonesia menggelar pemilu pada tahun 1955 banyak parpol ikut serta. Namun memasuki orde baru parpol mengerucut menjadi tiga.
"Kemudian di era reformasi sampai sekarang tercatat jumlah parpol di tahun 1999, 48 partai politik. Tahun 2004 berjumlah 24 partai politik, tahun 2009 sebanyak 38 partai politik, dan tahun 2014 sebanyak 12 partai politik nasional ditambah 3 partai lokal di Aceh," imbuhnya. *k22
Dalam pembekalan tersebut, Mendagri Tjahjo menyinggung soal sosok pemimpin yang harus memiliki konsep. Hal itu pun, pernah ditegaskan oleh Presiden pertama Indonesia, Sukarno atau biasa disapa Bung Karno.
"Dulu Bung Karno, begitu beliau dilantik sebagai presiden menyatakan bahwa setiap pemimpin harus punya impian, imajinasi, dan gagasan. Karena dengan itu, dia punya konsepsi untuk membangun bangsa ini," ujar Tjahjo. Menurutnya, konsep seorang pemimpin memiliki korelasi yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan demokrasi serta kesejahteraan masyarakat. Hal itu tercermin dalam perjalanan program pembangunan dari masa ke masa. Ia mengatakan, zaman Bung Karno pembangunan tercermin pada program semesta 100 tahun.
Di era presiden Soeharto, dikemas dalam per pelita sampai 33 tahun. "Memasuki era reformasi, program pembangunan bangsa ini intinya sesuai dengan janji kampanye seorang Capres-Cawapres. Sesudah terpilih, janji kampanye menjadi program jangka pendek menengah dan panjang," jelas Tjahjo.
Dia pun, memaparkan bagaimana konsepsi pembangunan yang diemban oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Dimana mereka mengusung program Nawa Cita. Konsep itu pun, telah direalisasikan oleh pasangan tersebut.
“Per hari ini, Nawa Cita pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial sudah 90% dilaksanakan oleh pemerintahan Pak Jokowi dan Pak JK," tegas Mendagri. Bagi Mendagri itu merupakan wujud nyata dari sebuah konsep seorang pemimpin yang diaplikasikannya untuk membangun negara. "Jadi bukan sekedar janji, tapi ada wujud nyata sehingga lagu dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia, sudah sejalan. Itu sudah terangkai dengan baik. Mulai dari Aceh sampai Merauke," papar Tjahjo.
Dalam kesempatan tersebut, Mendagri juga menyampaikan tentang jumlah parpol di Indonesia selama pemilu berlangsung di tanah air. Menurut Mendagri, saat pertama kali Indonesia menggelar pemilu pada tahun 1955 banyak parpol ikut serta. Namun memasuki orde baru parpol mengerucut menjadi tiga.
"Kemudian di era reformasi sampai sekarang tercatat jumlah parpol di tahun 1999, 48 partai politik. Tahun 2004 berjumlah 24 partai politik, tahun 2009 sebanyak 38 partai politik, dan tahun 2014 sebanyak 12 partai politik nasional ditambah 3 partai lokal di Aceh," imbuhnya. *k22
1
Komentar