Gunakan Bade Tumpang Sia dengan Tinggi 21 Meter dan Berat 8 Ton
Penggarapan Bade tumpang sia setinggi 21 meter dikoordinasikan undagi Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De, pembuatan sementara Lembu Selem seberat 1 ton diawasi Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah.
Keluarga Puri Ubud Siapkan Palebon Agung untuk Jenazah Cokorda Putra Widura
GIANYAR, NusaBali
Keluarga Puri Agung Ubud, Desa Pakraman Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar siapan upacara Palebon Agung untuk jenazah Cokorda Putra Widura, 32, pada Radite Pon Prangbakat, Rabu, 8 Mei 2016 depan. Palebon Agung ini menggunakan Bade tumpang sia (tingkat 9) setinggi 21 meter dengan berat hampir 8 ton. Selain itu, juga menggunakan Lembu Selem seberat 1 ton.
Almarhum Cokorda Putra Widura yang dibuatkan upacara Palebon Agung ini sebelumnya lebar (meninggal dunia), 7 Maret 2016 malam sekitar pukul 22.30 Wita, dalam perawatan di RS Bros, Denpasar. Putra dari pasangan Cokorda Gede Indrayana dan Cokorda Istri Rai Darma Wati ini berpulang buat selamanya akibat penyakit asma akut.
Palebon Agung digelar dengan bersaranakan Bade setinggi 21 meter dan berat 8 ton, serta Lembu Selem seberat 1 ton, mengintat Cokorda Putra Widura merupakan cucu tertua dari Panglingsir Puri Agung Ubud, almarhum Tjokorda Agung Suyasa. “Almarhum memang cucu dari papa saya (Tjokorda Agung Suyasa). Tapi, dalam prosesi Palebon Agung ini, tetap seperti palebon nak lingsir (tetua) puri,” ungkap Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, Pamucuk (Ketua) Panitia Palebon Agung yang notabene paman dari almarhum Cokorda Putra Widura kepada NusaBali di Ubud, Minggu (17/4).
Pelbagai persiapan telah dilakukan pihak keluarga Puri Agung Ubud bersama krama Desa Pakraman Ubud terkait Palebon Agung jenazah almarhum Cok Putra Widura. Penggarapan Bade setinggi 21 meter berada di bawah komando undagi (arsitek Bade) Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De, tokoh dari Puri Saren Ubud. Sedangkan pembuatan Lembu Selem seberat 1 ton untuk sarana pembakaran jenazah, di bawah pengawasan langsung Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, paman korban dari Puri Saren Kauh Ubud.
Kepada NusaBali, Cok De mengatakan beberapa komponen penting dalam pembuatan Bade setinggi 21 meter telah digarap sejak hampir dua pekan lalu. Komponen itu, antara lain, calon atau struktur tumpang sia (tingkat 9) untuk Bade, sepasang sayap Bade, dan panyengker Bade. Komponen-komponen ini dibuat di jaba Puri Anyar Ubud di kawasan Banjar Sanggingan, sebelah barat Sungai Tjampuhan. Puri Anyar ini berdampingan dengan Hotel Tjampuhan milik keluarga Puri Agung Ubud yang kini ditempati Cok De dan keluarganya.
Menurut Cok De, komponen-komponen Bade itu digarap di Puri Anyar Ubud, agar tidak banyak menyita tempat di Puri Agung Ubud. Nantinya, Bade setinggi 21 meter ini akan di-finishing di jaba sisi barat Puri Agug Ubud. “Kami tak ingin terjadi kemacetan terlalu di Jalan Raya Sweta (sisi barat Puri Agung Ubud, Red),” jelas Cok De.
Cok De menyebutkan, konstruksi tubuh Bade secara menyeluruh akan dibuat mulai Soma Kliwon Uye, Senin (25/4) depan, di jaba Puri Agung Ubud. Pembuatan Bade melibatkan belasan undagi dan puluhan pengayah setiap hari. Bade ini dibuat dengan model semi modern, di mana badan Bade tidak sepenuhnya dibuat dari persilangan serpihan berbahan bambu, sebagaimana zaman dulu.
Kali ini, bahan bambu hanya dipakai untuk melenturkan tubuh Bade. Sedangkan bagian ceraken atau kotak-kotaknya menggunakan perpaduan kayu. “Kalau Bade yang full tradisional, dari bawah sampai ke atas harus dibuat dari kombinasi serpihan bambu. Sedangkan Bade kali ini, bagian bawahnya memakai penguat dari kayu pilihan,” jelas Cok De.
Sebagai undagi dari Puri Agung Ubud, menurut Cok De, dirinya sangat mensyukuri proses pembuatan Bade yang selalu dilandasi nilai-nilai dan semangat kebersamaan antara masyarakat dan puri. “Namun, paswecan (anugerah) Ida Batara-batari Sasuhunan itu juga menjadi hal utama dalam segenap tahapan pelaksanaan palebon ini,’’ tandas undagi yang juga akademisi Unud Fakultas Ekonomi Unud ini.
Cok De yang notabene tokoh pencetus pembangunan Museum Markeing 3.0 di Ubud menyatakan, setelah rampung nanti, Bade setinggi 21 meter yang dirancangnya ini akan berbobot 7-8 ton, dengan komposisi lima gunung dan tumpang sia. Pengerjaan Bade ini lebih lama ketimbang beberapa Bade besar yang pernah dibuat sebelumnya. Sebab, kata Cok De, jarak waktu antara kematian almarhum dengan hari H palebon agak berjauhan. Targetnya, Bade ini kelar sekitar seminggu sebelum hari H Palebon, 8 Mei 2016 depan.
Sementara itu, Pamucuk Palebon Agung yang sekaligus arsitek Lembu, Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, mengatakan pembuatan Lembu Selem seberat 1 ton Wah dilaksanakan di jaba Puri Anyar Ubud, tempat tinggalnya. Puri Anyar ini berada di Banjar Sambahan, Desa Pakraman Ubud yang berjarak sekitar 300 meter arah utara Puri Agung Ubud.
Cok Wah mengatakan, konstruksi Lembu Selem untuk Palebon Ahung ini dibuat sejak 26 Maret 2016 lalu. Hingga Minggu kemarin, proses pembuatan Lembu Selem seberat 1 ton ini baru mencapai sekitar 60 persen. Setelah selesai nanti, sarana Lembu Selem ini akan memiliki panjang 2,25 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 6 meter.
Cok Wah memperkirakan penggarapan Lembu Selem ini akan selesai sekitar seminggu sebelum hari H Palebon. Sebelum digunakan saat Palebon, Lembu Selem ini akan dipajang di jaba sisi selatan Puri Agung Ubud. 7 lsa
1
Komentar