Empat Desa Jadi Desa Tangguh Bencana
Setiap desa dibentuk 30 orang relawan, lalu Forum Desa Siaga Bencana (Distana) dengan 15 orang anggota. Selain itu dilakukan simulasi penanggulangan bencana dan pembuatan jalur evakuasi.
Potensi Rawan Bencana
SINGARAJA, NusaBali
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan empat desa di wilayah Buleleng, sebagai daerah paling rawan terkana bencana alam tanah seperti longsor dan banjir badang. Di keempat desa itu pun telah dibentuk relawan yang siap menghadapi kemungkinan bencana alam.
Keempat desa itu masing-masing Desa Lemukih dan Desa Galungan di Kecamatan Sawan, Desa Pancasari dan Desa Gitgit di Kecamatan Sukasada. BNPB menetapkan Desa Lemukih, Galungan, Pancasari dan Gitgit sebagai daerah rawan bencana berdasar deretan kejadian bencana alam yang sempat terjadi di keempat desa tersebut.
Data NusaBali, di Desa Lemukih misalnya, pernah terjadi banjir bandang pada tahun 2010 lalu yang berdampak sampai ke desa-desa dibagian hilir. Berbagai fasilitas umum seperti jembatan rusak parah, hingga hanyutkan puluhan ternak peliharaan. Sedangkan di Desa Galungan juga demikian, terjadi banjir bandang dan tanah longsor hingga berdampak ke tetangga yakni Desa Bebetin.
Lalu Desa Pancasari pernah terjadi banjir, dan Desa Gitgit beberapa kali pohon tumbang dan tanah longsor hingga menelan korban jiwa. “Ini karena lokasinya berada di lereng perbukitan, jadi memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi,” terang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng Ida Bagus Suadnyana, Selasa (13/11).
Menurut Suadnyana, keempat desa itu telah disiapkan sebagai desa tangguh bencana. Persiapannya sudah dimulai sejak tahun 2016, diawali dengan pembentukan relawan di masing-masing desa sebanyak 30 orang, kemudian pembentukan Forum Desa Siaga Bencana (Distana) dengan jumlah anggota masing-masing 15 orang. Selain itu juga dilakukan simulasi penanggulangan bencana dan pembuatan jalur evakuasi. “Masing-masing desa memiliki titik rawan bencana yang dituangkan dalam peta rawan bencana, sehingga peta itu menjadi panduan jalur evakuasi ketika ada bencana alam,” ujarnya.
Masih kata Suadnyana, desa tangguh bencana juga mendapat bantuan sarana dan prasana yang diperlukan dalam menghadapi bencana alam. Sarana dan prasarana yang diperlukan itu seperti senter, gergaji mesin, sepatu boot, jas hujan dan lainnya yang diperlukan bagi relawan. Suadnyana berharap, desa-desa lainnya di wilayah Buleleng juga bisa ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Karena tidak sedikit desa di Buleleng termasuk desa rawan bencana dan berada di daerah lereng bukit, seperti wilayah, di Kecamatan Busungbiu, Banjar, Tejakula dan Kecamatan Gerogak. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan empat desa di wilayah Buleleng, sebagai daerah paling rawan terkana bencana alam tanah seperti longsor dan banjir badang. Di keempat desa itu pun telah dibentuk relawan yang siap menghadapi kemungkinan bencana alam.
Keempat desa itu masing-masing Desa Lemukih dan Desa Galungan di Kecamatan Sawan, Desa Pancasari dan Desa Gitgit di Kecamatan Sukasada. BNPB menetapkan Desa Lemukih, Galungan, Pancasari dan Gitgit sebagai daerah rawan bencana berdasar deretan kejadian bencana alam yang sempat terjadi di keempat desa tersebut.
Data NusaBali, di Desa Lemukih misalnya, pernah terjadi banjir bandang pada tahun 2010 lalu yang berdampak sampai ke desa-desa dibagian hilir. Berbagai fasilitas umum seperti jembatan rusak parah, hingga hanyutkan puluhan ternak peliharaan. Sedangkan di Desa Galungan juga demikian, terjadi banjir bandang dan tanah longsor hingga berdampak ke tetangga yakni Desa Bebetin.
Lalu Desa Pancasari pernah terjadi banjir, dan Desa Gitgit beberapa kali pohon tumbang dan tanah longsor hingga menelan korban jiwa. “Ini karena lokasinya berada di lereng perbukitan, jadi memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi,” terang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng Ida Bagus Suadnyana, Selasa (13/11).
Menurut Suadnyana, keempat desa itu telah disiapkan sebagai desa tangguh bencana. Persiapannya sudah dimulai sejak tahun 2016, diawali dengan pembentukan relawan di masing-masing desa sebanyak 30 orang, kemudian pembentukan Forum Desa Siaga Bencana (Distana) dengan jumlah anggota masing-masing 15 orang. Selain itu juga dilakukan simulasi penanggulangan bencana dan pembuatan jalur evakuasi. “Masing-masing desa memiliki titik rawan bencana yang dituangkan dalam peta rawan bencana, sehingga peta itu menjadi panduan jalur evakuasi ketika ada bencana alam,” ujarnya.
Masih kata Suadnyana, desa tangguh bencana juga mendapat bantuan sarana dan prasana yang diperlukan dalam menghadapi bencana alam. Sarana dan prasarana yang diperlukan itu seperti senter, gergaji mesin, sepatu boot, jas hujan dan lainnya yang diperlukan bagi relawan. Suadnyana berharap, desa-desa lainnya di wilayah Buleleng juga bisa ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Karena tidak sedikit desa di Buleleng termasuk desa rawan bencana dan berada di daerah lereng bukit, seperti wilayah, di Kecamatan Busungbiu, Banjar, Tejakula dan Kecamatan Gerogak. *k19
Komentar