LENTERA : Beragama dengan Tindakan
Munculnya berita, khususnya di Amerika Serikat, bahwa essential oil (minyak esensial) bisa menyembuhkan banyak penyakit, termasuk menyembuhkan kanker, membuka kembali dugaan tua, masalah manusia adalah masalah kegagalan untuk terhubung.
Minyak esensial yang berisi inti sari sejumlah tetumbuhan, sangat membantu manusia untuk terhubung kembali dengan alam. Ini bisa terjadi karena tetumbuhan berisi perpaduan unik antara energi dari langit (hujan, cahaya matahari, udara) dan energi dari bumi, seperti tanah lengkap dengan segala variasi kesuburannya. Tatkala kombinasi unik dan kaya ini menyentuh tubuh, di sana peluang kesembuhan bisa terjadi.
Obat jenis ini menyembuhkan terutama di putaran waktu ketika manusia sangat tidak terhubung dengan alam sekitar. Di rumah tidur pakai AC, di jalan disejukkan oleh AC, di kantor lagi-lagi manusia membungkus dirinya dengan ruang tertutup berisi AC. Sehingga, puluhan tahun manusia bertumbuh jauh dan terpisah dari alam semesta. Ia mirip dengan anak kecil yang tidak pernah berjumpa ibu kandungnya. Sesehat apa pun kesehariannya, akan selalu ada yang terasa kurang di dalam. Serupa lumba-lumba yang dirawat di kolam, secanggih apa pun perawatannya, akan selalu ada yang terasa kurang. Seindah-indahnya burung dalam sangkar, tetap ada yang kurang.
Jika ditelusuri ke belakang, awal masalahnya bermula dari kecongkakan manusia untuk menempatkan diri secara terpisah dari alam. Alam disebut kotor, manusia menyebut dirinya bersih. Ini kemudian bertumbuh semakin parah oleh kebiasaan manusia untuk menempatkan dirinya lebih tinggi dari alam.
Meminjam pendapat Prof Yuval Noah Harari, manusia telah berevolusi dari makhluk tidak penting di bumi, menjadi ‘Tuhan’ yang menguasai bumi. Semua hal di bumi, dari laut, pantai, batu-batuan, binatang, tetumbuhan dipaksa untuk melayani hawa nafsu manusia. Banyak berkah tentu saja. Namun, musibahnya juga berlimpah: dari ledakan jumlah penduduk yang mengkhawatirkan, sampai jenis penyakit yang tidak bisa dijelaskan. Dari bom teroris sampai pertumbuhan ekonomi yang tidak bisa dilambatkan.
Dibandingkan menyalahkan pemerintah, atau mencari hal-hal yang salah, mari membuka kembali catatan-catatan tua yang memungkinkan kehidupan bisa bertumbuh indah. Fisikawan nuklir David Bohm telah lama menulis dalam Healh and The Implicate Order, bahwa kata health (kesehatan) berasal dari kata whole (keseluruhan). Pesannya, kalau mau tumbuh sehat, ingat selalu untuk bertumbuh tidak secara parsial (baca: melihat diri sebagai entitas yang terpisah). Sebaliknya, belajar melihat diri sebagai satu kesatuan dengan alam sekitar.
Dalam penelitian tentang stres, sudah lama dipublikasikan kalau menghabiskan lebih banyak waktu di alam terbuka membuat hormon stres di otak menurun, sekaligus kekebalan tubuh membaik secara sangat signifikan. Tentu saja kalau tumbuh di alam terbuka, ditemani oleh rasa terimakasih dan rasa syukur mendalam.
Lebih dalam dari itu, sekelompok pencari dari AS yang mempublikasikan hasil wawancara luasnya dengan banyak ahli kanker se-dunia, serta memberi judul temuan mereka di youtube dengan ‘The truth about cancer: A global quest’, di sana juga ditemukan kesimpulan serupa. Tumbuh di alam terbuka membantu proses penyembuhan kanker. Seorang wanita yang telah berumur lumayan tua, serta sembuh dari kanker yang pernah menyerangnya di umur 20-an tahun, serta belakangan dikenal luas dengan sebutan juice lady, menyembuhkan dirinya dari kanker dengan meramu kumpulan buah yang dijadikan jus. Tesisnya sederhana, kita hidup dalam ling-kungan yang berisi banyak racun. Untuk itu, manusia memerlukan banyak pembersihan diri (detoksifikasi). Salah satu buah yang sering disebut dalam hal ini adalah jeruk lemon yang dicampur air hangat, yang diminum di pagi hari.
Ratu Elizabeth di Inggris sering disebut sebagai tokoh berumur tua dan sehat. Sementara rata-rata harapan hidup orang Inggris sekitar 80-an tahun, Ratu Elizabeth di tahun 2018 ini dikabarkan telah berumur 92 tahun dengan tubuh yang masih sehat dan cantik. Sejumlah pegawai istana membuka rahasia, kalau Ratu Elizabeth hanya memakan buah-buahan lokal. Itu pun kalau lagi musim. Kalau tidak lagi musim buah strawbery, dia tidak makan buah strawbery.
Pelajarannya, buah lokal berisi energi yang cocok dengan energi di mana seseorang bertumbuh. Ramuan antara energi langit dan energi bumi buah lokal, sangat dekat dengan energi yang dibutuhkan manusia agar bertumbuh sehat dan selamat di tempat itu. Lebih-lebih kalau seseorang menanam sendiri buah dan sayur yang dimakan. Tidak saja mendapatkan nutrisi tetumbuhan yang cocok, tapi juga membuat seseorang bersentuhan secara mendalam dengan alam.
Manuskrip tua Celestine yang ditemukan di pedalaman Peru, serta telah berumur lebih dari 2.800 tahun, terang-terangan menyebutkan kalau buah dan sayur yang dirawat dengan penuh cinta kasih akan memberi energi dan nutrisi yang berkali-kali lipat lebih baik dari buah dan sayur yang dibeli di pasar. Bagi sahabat yang menggabungkan antara spiritualitas di satu sisi, dengan kecintaan akan alam di lain sisi, suatu hari akan mengerti melalui pencapaian, bukan melalui perdebatan, apa yang disebut oleh antropolog sosial Gregory Bateson sebagai ‘The pattern that connects’.
Ada serangkaian pola yang menghubungkan semuanya di alam. Laut, pantai, batu, tetumbuhan, binatang, manusia, awan, hujan, bintang, bulan, matahari serta ciptaan lainnya, semuanya terhubung dalam sebuah jejaring laba-laba kehidupan. Di dunia fisika quantum telah lama ditulis: ‘Patahnya sayap kupu-kupu di Okinawa akan berpengaruh pada cuaca di Australia’. Ajakannya kemudian, belajar merawat seisi alam secara halus, sehalus merawat tubuh sendiri. Begitu ada makhluk yang terluka, belajar menyembuhkannya seperti tangan kanan sedang menyembuhkan tangan kiri yang sedang terluka. Tidak perlu memperdebatkannya, cukup dilakukan dalam kesendirian keheningan.
Meminjam cerita terindah di Upanishad tentang seorang tokoh bernama Svetaketu, ia yang tekun dan tulus merawat seisi alam seperti merawat tubuhnya sendiri, suatu hari akan menemukan pengetahuan yang tidak bisa diajarkan. Fisikawan Fritjof Capra penulis buku legendaris The Tao of Physics menyebutnya dengan ‘the hidden connections’. Ada keterhubungan tidak terlihat, yang menyatukan semua ciptaan yang ada di alam ini. Sesampai di sini, seseorang bisa melihat tubuh manusia tidak lagi sebagai tubuh biologi yang terpisah, melainkan serangkaian ekologi yang serba terhubung. Di titik inilah tubuh bisa memiliki kemampuan sempurna untuk menyembuhkan dirinya.
Di tempat berbeda, pengetahuan implisit seperti ini diberi nama yang berbeda, di Bali tetua memberinya nama Tri Hita Karana. Segitiga yang menjaga keseimbangan sempurna antara Tuhan, alam, dan manusia. Ringkasnya, setiap gerakan manusia membawa pengaruh pada kedua unsur lain dari Tri Hita Karana. Di putaran waktu ketika alam ditandai oleh gempa, tsunami, kecelakaan pesawat terbang serta tanda-tanda ketidakterhubungan lainnya, layak merenungkan kembali untuk berevolusi dari biologi menuju ekologi.
Di keluarga spiritual Compassion, ia diringkas menjadi pesan sederhana namun mendalam: “Banyak menolong, kurangi menyakiti!” Jika para sahabat memerlukan mantra, setelah mengucapkan kata Shanti (damai) tiga kali, layak melafalkan mantra Aham Prema (saya cinta kasih yang ada di sini untuk berbagi cinta kasih) juga tiga kali. Itu langkah meyakinkan untuk berevolusi dari biologi menuju ekologi. Sekaligus, ini juga yang disebut tetua Bali sebagai megama ring laku (beragama dengan tindakan). *
Guruji Gede Prama
1
Komentar