Kendaraan Pengumpan Trans Sarbagita Distop
Dishub Badung tidak lagi mengalokasikan anggaran untuk operasional feeder di Kuta Selatan pada 2019. Tahun 2018, anggaran untuk feeder sebesar Rp 2,9 miliar.
MANGUPURA, NusaBali
Kendaraan pengumpan (feeder) Bus Trans Sarbagita (Denpasar – Badung – Gianyar – Tabanan) yang beroperasi di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Badung, secara resmi akan ditiadakan tahun depan. Hal ini terlihat dari keputusan Dinas Perhubungan (Dishub) Badung yang tak lagi menyiapkan anggaran operasional pada Rancangan APBD tahun 2019 mendatang.
Penghapusan feeder ini berdasarkan kajian yang dilakukan. Pasalnya, saat ini keberadaan feeder tersebut kurang peminat alias sepi. “Kami terpaksa hapus (feeder), karena tidak efektif lagi melayani kebutuhan masyarakat,” kata Kepala Dishub Badung AA Rai Yuda Darma, Kamis (22/11).
Yuda Darma mengatakan, keberadaan feeder tak seramai saat awal pengoperasiannya pada 2012 lalu. Karena itu pemerintah akhirnya mengambil kebijakan yang awalnya merasionalisasi jumlah kendaraan pengumpang bus Trans Sarbagita pada 2018 hingga penghapusan di tahun 2019.
Sebelum memutuskan menghapuskan seluruh kendaraan pengumpan, secara perlahan Dishub telah mengurangi anggaran operasional feeder tersebut menjadi Rp 2,9 miliar pada tahun 2018. Padahal, tahun 2017 anggaran operasional yang disiapkan sebesar Rp 5,4 miliar. Karena itu, jika sebelumnya terdapat 14 unit feeder, akibat rasionalisasi anggaran hanya tinggal delapan unit. Empat unit beroperasi di trayek GWK (Garuda Wisnu Kencana) Ungasan – Tanjung Benoa, dan empat lagi untuk trayek Kelan – Uluwatu.
“Hasil evalusi yang kami lakukan, tidak menganggarkan lagi biaya operasionalnya pada tahun depan (2019),” ungkap Yuda Darma. Sebetulnya, masalah ini sudah menjadi perhatian anggota DPRD Badung sejak lama. Anggota DPRD Badung I Nyoman Mesir bahkan dengan tegas meminta agar Dishub Badung mengevaluasi keberadaan feeder karena dinilai hanya lalu lalang saja. “Kami lihat di Nusa Dua itu (bus pengumpan Trans Sarbagita, Red) hanya lalu lalang. Kami minta kaji ulang efektif atau tidak,” ucapnya.
Kenapa evaluasi harus dilakukan, lanjut Mesir, sebab selama ini biaya operasional untuk feeder cukup besar. “Sekali lagi kami harapkan ini betul-betul dikaji, karena seluruh operasional dibiayai oleh APBD Badung,” katanya.
Pada tahun 2012 saat awal program ini diberlakukan, pemerintah menganggarkan sebesar Rp 3,3 miliar lebih untuk operasional feeder. Tahun 2013 naik menjadi sebesar Rp 3,8 miliar, selanjutnya tahun 2014 sebesar Rp 4,2 miliar, tahun 2015 sebesar Rp 5 miliar lebih, tahun 2016 dan tahun 2017 sebesar Rp 5,4 miliar lebih. *asa
Kendaraan pengumpan (feeder) Bus Trans Sarbagita (Denpasar – Badung – Gianyar – Tabanan) yang beroperasi di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Badung, secara resmi akan ditiadakan tahun depan. Hal ini terlihat dari keputusan Dinas Perhubungan (Dishub) Badung yang tak lagi menyiapkan anggaran operasional pada Rancangan APBD tahun 2019 mendatang.
Penghapusan feeder ini berdasarkan kajian yang dilakukan. Pasalnya, saat ini keberadaan feeder tersebut kurang peminat alias sepi. “Kami terpaksa hapus (feeder), karena tidak efektif lagi melayani kebutuhan masyarakat,” kata Kepala Dishub Badung AA Rai Yuda Darma, Kamis (22/11).
Yuda Darma mengatakan, keberadaan feeder tak seramai saat awal pengoperasiannya pada 2012 lalu. Karena itu pemerintah akhirnya mengambil kebijakan yang awalnya merasionalisasi jumlah kendaraan pengumpang bus Trans Sarbagita pada 2018 hingga penghapusan di tahun 2019.
Sebelum memutuskan menghapuskan seluruh kendaraan pengumpan, secara perlahan Dishub telah mengurangi anggaran operasional feeder tersebut menjadi Rp 2,9 miliar pada tahun 2018. Padahal, tahun 2017 anggaran operasional yang disiapkan sebesar Rp 5,4 miliar. Karena itu, jika sebelumnya terdapat 14 unit feeder, akibat rasionalisasi anggaran hanya tinggal delapan unit. Empat unit beroperasi di trayek GWK (Garuda Wisnu Kencana) Ungasan – Tanjung Benoa, dan empat lagi untuk trayek Kelan – Uluwatu.
“Hasil evalusi yang kami lakukan, tidak menganggarkan lagi biaya operasionalnya pada tahun depan (2019),” ungkap Yuda Darma. Sebetulnya, masalah ini sudah menjadi perhatian anggota DPRD Badung sejak lama. Anggota DPRD Badung I Nyoman Mesir bahkan dengan tegas meminta agar Dishub Badung mengevaluasi keberadaan feeder karena dinilai hanya lalu lalang saja. “Kami lihat di Nusa Dua itu (bus pengumpan Trans Sarbagita, Red) hanya lalu lalang. Kami minta kaji ulang efektif atau tidak,” ucapnya.
Kenapa evaluasi harus dilakukan, lanjut Mesir, sebab selama ini biaya operasional untuk feeder cukup besar. “Sekali lagi kami harapkan ini betul-betul dikaji, karena seluruh operasional dibiayai oleh APBD Badung,” katanya.
Pada tahun 2012 saat awal program ini diberlakukan, pemerintah menganggarkan sebesar Rp 3,3 miliar lebih untuk operasional feeder. Tahun 2013 naik menjadi sebesar Rp 3,8 miliar, selanjutnya tahun 2014 sebesar Rp 4,2 miliar, tahun 2015 sebesar Rp 5 miliar lebih, tahun 2016 dan tahun 2017 sebesar Rp 5,4 miliar lebih. *asa
Komentar