Sebelum Meninggal, Sempat Minta Sang Istri Cek Kesehatan
Selama tiga pekan dirawat di RS Sanglah, Kadisdikpora Jembrana Putu Eka Swarnama sempat dua kali menjalani operasi untuk bersihkan cairan di kakinya, yakni Kamis (8/11) dan Senin (19/11)
Cerita di Balik Kematian Tragis Kadisdikpora Jembrana, Putu Eka Swarnama
NEGARA, NusaBali
Meninggalnya Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, Olahraga (Disdikpora) Jembrana, Drs I Putu Eka Swarnama MSi, 46, saat menjalani perawatan medis di RS Sanglah, Denpasar, Sabtu (24/11) sore, meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Pihak keluarga masih sulit percaya kepergian almarhum yang diketahui mengalami gula darah tinggi. Sebelum meninggal, almarhum sempat sarankan istrinya untuk cek kesehatan.
Istri almarhumPutu Eka Swarnama, yakni Nyoman Sukeni, 45, mengaku tidak terlalu paham dengan penyakit almarhum suaminya. Menurut Nyoman Sukeni, peristiwa maut sampai suaminya dirawat di RS Sanglah bermula ketika almarhum bersama anak bungsunya, Ni Made Adita Wahyu Putri, 12, mengalami kecelakaan lalulintas di Jalur Utama Denpasar-Gilimanuk kawasan Banjar Tetelan, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, 21 Oktober 2018 lalu.
Ketika mengalami kecelakaan tunggal menabrak sebuah pohon perindang jalan, almarhum Putu Eka Swarnama diketahui tidak ada mengalami luka maupun mengeluh sakit. Justru putrinya, Ni Made Adita Wahyu Putri, yang mengalami luka robek dekat mata kiri, hingga harus dilarikan ke RS Sanglah. Selama masa perawatan di RS Sanglah, Nyoman Sukeni bersama almarhum setia mendampingi sang anak.
Namun, ketika sang anak masih menjalani perawatan di RS Sanglah, almarhum Eka Swarnama tiba-tiba megeluhkan sakit bagian kaki kanannya, 4 November 2018 lalu. Begitu dilakukan pengecekan medis, dokter menyatakan kadar gula darah almarhum tinggi mencapai 500 lebih, sehingga Kadisdikpora Jembrana ini ikut dirawat di RS Sanglah.
“Waktu itu, dokter mengatakan di dalam kaki suami saya ada semacam cairan dan menimbulkan bengkak, karena gula darah tinggi. Tapi, setahu saya, almarhum tidak ada riwayat gula darah tinggi. Cuma tensinya memang kadang tinggi,” ungkap Nyoman Sukeni saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Berawantangi, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Minggu (25/11).
“Makanya, waktu dibilang gula darah tinggi, suami saya juga tidak percaya. Malah suami saya sampai bernada keras bilang ke dokternya, tidak ada riwayat gula darah tinggi. Tapi, karena dibilang harus segera ditangani, akhirnya dirawat dapat kamar di Ruang Ratna RS Sanglah,” lanjut perempuan berusia 45 tahun yang kesehariannya bekerja di salah satu pabrik roti kaasan Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana ini.
Ketika menjalani perawatan di Ruang Ratna RS Sanglah, kata Sukeni, suaminya terus mengkhawatirkan kondisi sang anak. Sampai kemudian sang anak, Made Adita Wahyu Putri, dibolehkan pulang dari RS Sanglah, Rabu (7/11) lalu. Begitu tahu mata kiri putrinya belum dapat melihat, kondisi kesehatan almarhum Eka Swarnama langsung drop. Almarhum pun dinyatakan perlu menjalani sejumlah operasi untuk membersihkan cairan yang menyebabkan pembengkakan di kakinya.
Saran untuk menjalani operasi itu disetujui almarhum. Selanjutnya, dilakukan operasi pertama, Kamis (8/11) lalu. “Waktu operasi pertama itu, dibilang untuk membersihkan cairan di kakinya, agar tidak menjalar. Saya sendiri juga tidak paham, tapi almarhum bilang yang penting cepat sembuh,” kenang Sukeni.
Setelah menjalani operasi pertama, almarhum Eka Swarnama masih dalam kondisi sadar. Namun, kondisinya semakin drop hingga harus dibawa ke Ruang ICU RS Sanglah, Minggu (11/11). Kemudian, almarhum kembali menjalani operasi kedua, Senin (19/11), untuk pembersihan kembali cairan di kakinya, termasuk pemasangan alat saluran napas di tenggorokan.
Setelah operasi kedua, almarhum Eka Swarnama semakin kehilangan kesadaran, tidak dapat berkomunikasi, tatapan matanya kosong. “Sehari sebelum operasi kedua itu, pesan terkahir almarhum cuma bilang ke saya agar saya mengecek kesehatan. Saya bilang, nanti setelah bapak (suaminya) sembuh, saya cek kesehatan. Saat itu, pikiran saya sudah jelek-jelek. Tapi, saya terus berkata dalam hati kalau suami saya akan segera sembuh,” papar ibu dua anak ini.
Ketika almarhum masih tetap dirawat di ICU RS Sanglah pasca operasi kedua, Sukeni dipanggil petugas medis, Sabtu, 24 November 2018 pagi. Saat itu, petugas medis bilang bahwa alat penyambung pernapasan yang terpasang ditenggorokan almarhum telah lepas dan harus kembali dilakukan operasi pemasangan alat tersebut. Sukeni pun mengiayakan saran tersebut.
Sabtu sore pukul 17.00 Wita, Kadisdik Pora Jembrana dikeluarkan dari Ruang ICU, lalu dibawa ke UGD RS Sanglah. Saat itulah almarhum dinyatakan meninggal dunia. “Mendengar berita duka itu, saya tidak percaya. Saya rasa terlalu tiba-tiba. Setelah itu, keluarga lainnya dihubungi. Jednazah almarhum kemudian dibawa pulang dan tiba di rumah Sabtu malam pukul 23.00 Wita,” ujar Sukeni yang kemarin didampingi putrinya, Made Adita Wahyu Putri.
Menurut Sukeni, saat mengurus administrasi pemulangan jenazah suaminya, keluarga dibantu Kepala Bappeda Litbang Jembrana, I Ketut Swijana, yang kebetulan sedang berada di Denpasar. Saat jenazah almarhum tiba di rumah duka Sabtu pukul 23.00 Wita, sejumlah Kepala OPD Pemkab Jembrana ikut menyambutnya. “Kalau Pak Bupati (Bupati Jembrana Putu Artha, Red) memang belum ada melayat. Tapi, waktu anak saya dirawat di RS Sanglah, Pak Bupati sempat menjenguk. Demikian pula saat tahu suami ikut sakit, beliau kembali menjenguk,” beber Sukeni.
Almarhum Putu Eka Swarnama berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Komang Sukeni dan dua anak: I Putu Aditya Suarnama Giri, 19 (kuliah Semester I di Stikom Denpasar) dan Ni Made Adita Wahyu Putri, 12 (Kelas VI di SDK Marsudirini Negara). Jenazah almarhum akan diabenkan di Setra Desa Pakraman Berawantangi, Desa Tukadaya pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (27/11) besok.
Sementara itu, sejumlah jajaran guru, pengawasan SD maupun SMP, termasuk teman-teman almarhum seangkatan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Jatinangor, Bandung 1994 yang bertugas di Bali, sempat melayat ke rumah duka, Minggu kemnarin. Salah satu teman seangkatannya di APDN Jatinangor, I Komang Agus Adinata, yang kini menjadi Camat Jembrana, mengatakan almarhum Putu Eka Swarnama merupakan sosok yang terkenal serius ketika menjalankan tugas. Tapi di luar itu, almarhum juga sosok yang ceria dan suka bercanda.
“Almarhum mulai jadi CPNS tahun 1993. Awalnya menjadi staf di Kecamatan Mendoyo, kemudian jadi Kasubsi Pembangunan dan Lingkungan Hidup di Kecamatan Mendoyo, lalu tugas belajar ke Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta periode 1997-1999. Setelah tamat, almarhum menjadi Lurah Banjar Tengah, kemudian tugas belajar lagi mencari S2 di UGM (2000-2002),” kata Agua Adinata.
“Habis itu, kata dia, almarhum Eka Swarnama menjadi Kasubag Penagihan di Bagian Pendapatan, kemudian jadi Lurah Baler Bale Agung, Lurah Sangkaragung, lalu berugas di Kasubag Pembukuan Bagian Keuangan, dan lama menjadi Camat Melaya dari tahun 2011-2017, dan baru diangkut menjadi Kadisdikpora Jembrana tahun 2017,” lanjut teman sekolah almarhum sejak SMAN 1 Negara ini. *ode
NEGARA, NusaBali
Meninggalnya Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, Olahraga (Disdikpora) Jembrana, Drs I Putu Eka Swarnama MSi, 46, saat menjalani perawatan medis di RS Sanglah, Denpasar, Sabtu (24/11) sore, meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Pihak keluarga masih sulit percaya kepergian almarhum yang diketahui mengalami gula darah tinggi. Sebelum meninggal, almarhum sempat sarankan istrinya untuk cek kesehatan.
Istri almarhumPutu Eka Swarnama, yakni Nyoman Sukeni, 45, mengaku tidak terlalu paham dengan penyakit almarhum suaminya. Menurut Nyoman Sukeni, peristiwa maut sampai suaminya dirawat di RS Sanglah bermula ketika almarhum bersama anak bungsunya, Ni Made Adita Wahyu Putri, 12, mengalami kecelakaan lalulintas di Jalur Utama Denpasar-Gilimanuk kawasan Banjar Tetelan, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, 21 Oktober 2018 lalu.
Ketika mengalami kecelakaan tunggal menabrak sebuah pohon perindang jalan, almarhum Putu Eka Swarnama diketahui tidak ada mengalami luka maupun mengeluh sakit. Justru putrinya, Ni Made Adita Wahyu Putri, yang mengalami luka robek dekat mata kiri, hingga harus dilarikan ke RS Sanglah. Selama masa perawatan di RS Sanglah, Nyoman Sukeni bersama almarhum setia mendampingi sang anak.
Namun, ketika sang anak masih menjalani perawatan di RS Sanglah, almarhum Eka Swarnama tiba-tiba megeluhkan sakit bagian kaki kanannya, 4 November 2018 lalu. Begitu dilakukan pengecekan medis, dokter menyatakan kadar gula darah almarhum tinggi mencapai 500 lebih, sehingga Kadisdikpora Jembrana ini ikut dirawat di RS Sanglah.
“Waktu itu, dokter mengatakan di dalam kaki suami saya ada semacam cairan dan menimbulkan bengkak, karena gula darah tinggi. Tapi, setahu saya, almarhum tidak ada riwayat gula darah tinggi. Cuma tensinya memang kadang tinggi,” ungkap Nyoman Sukeni saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Berawantangi, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Minggu (25/11).
“Makanya, waktu dibilang gula darah tinggi, suami saya juga tidak percaya. Malah suami saya sampai bernada keras bilang ke dokternya, tidak ada riwayat gula darah tinggi. Tapi, karena dibilang harus segera ditangani, akhirnya dirawat dapat kamar di Ruang Ratna RS Sanglah,” lanjut perempuan berusia 45 tahun yang kesehariannya bekerja di salah satu pabrik roti kaasan Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana ini.
Ketika menjalani perawatan di Ruang Ratna RS Sanglah, kata Sukeni, suaminya terus mengkhawatirkan kondisi sang anak. Sampai kemudian sang anak, Made Adita Wahyu Putri, dibolehkan pulang dari RS Sanglah, Rabu (7/11) lalu. Begitu tahu mata kiri putrinya belum dapat melihat, kondisi kesehatan almarhum Eka Swarnama langsung drop. Almarhum pun dinyatakan perlu menjalani sejumlah operasi untuk membersihkan cairan yang menyebabkan pembengkakan di kakinya.
Saran untuk menjalani operasi itu disetujui almarhum. Selanjutnya, dilakukan operasi pertama, Kamis (8/11) lalu. “Waktu operasi pertama itu, dibilang untuk membersihkan cairan di kakinya, agar tidak menjalar. Saya sendiri juga tidak paham, tapi almarhum bilang yang penting cepat sembuh,” kenang Sukeni.
Setelah menjalani operasi pertama, almarhum Eka Swarnama masih dalam kondisi sadar. Namun, kondisinya semakin drop hingga harus dibawa ke Ruang ICU RS Sanglah, Minggu (11/11). Kemudian, almarhum kembali menjalani operasi kedua, Senin (19/11), untuk pembersihan kembali cairan di kakinya, termasuk pemasangan alat saluran napas di tenggorokan.
Setelah operasi kedua, almarhum Eka Swarnama semakin kehilangan kesadaran, tidak dapat berkomunikasi, tatapan matanya kosong. “Sehari sebelum operasi kedua itu, pesan terkahir almarhum cuma bilang ke saya agar saya mengecek kesehatan. Saya bilang, nanti setelah bapak (suaminya) sembuh, saya cek kesehatan. Saat itu, pikiran saya sudah jelek-jelek. Tapi, saya terus berkata dalam hati kalau suami saya akan segera sembuh,” papar ibu dua anak ini.
Ketika almarhum masih tetap dirawat di ICU RS Sanglah pasca operasi kedua, Sukeni dipanggil petugas medis, Sabtu, 24 November 2018 pagi. Saat itu, petugas medis bilang bahwa alat penyambung pernapasan yang terpasang ditenggorokan almarhum telah lepas dan harus kembali dilakukan operasi pemasangan alat tersebut. Sukeni pun mengiayakan saran tersebut.
Sabtu sore pukul 17.00 Wita, Kadisdik Pora Jembrana dikeluarkan dari Ruang ICU, lalu dibawa ke UGD RS Sanglah. Saat itulah almarhum dinyatakan meninggal dunia. “Mendengar berita duka itu, saya tidak percaya. Saya rasa terlalu tiba-tiba. Setelah itu, keluarga lainnya dihubungi. Jednazah almarhum kemudian dibawa pulang dan tiba di rumah Sabtu malam pukul 23.00 Wita,” ujar Sukeni yang kemarin didampingi putrinya, Made Adita Wahyu Putri.
Menurut Sukeni, saat mengurus administrasi pemulangan jenazah suaminya, keluarga dibantu Kepala Bappeda Litbang Jembrana, I Ketut Swijana, yang kebetulan sedang berada di Denpasar. Saat jenazah almarhum tiba di rumah duka Sabtu pukul 23.00 Wita, sejumlah Kepala OPD Pemkab Jembrana ikut menyambutnya. “Kalau Pak Bupati (Bupati Jembrana Putu Artha, Red) memang belum ada melayat. Tapi, waktu anak saya dirawat di RS Sanglah, Pak Bupati sempat menjenguk. Demikian pula saat tahu suami ikut sakit, beliau kembali menjenguk,” beber Sukeni.
Almarhum Putu Eka Swarnama berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Komang Sukeni dan dua anak: I Putu Aditya Suarnama Giri, 19 (kuliah Semester I di Stikom Denpasar) dan Ni Made Adita Wahyu Putri, 12 (Kelas VI di SDK Marsudirini Negara). Jenazah almarhum akan diabenkan di Setra Desa Pakraman Berawantangi, Desa Tukadaya pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (27/11) besok.
Sementara itu, sejumlah jajaran guru, pengawasan SD maupun SMP, termasuk teman-teman almarhum seangkatan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Jatinangor, Bandung 1994 yang bertugas di Bali, sempat melayat ke rumah duka, Minggu kemnarin. Salah satu teman seangkatannya di APDN Jatinangor, I Komang Agus Adinata, yang kini menjadi Camat Jembrana, mengatakan almarhum Putu Eka Swarnama merupakan sosok yang terkenal serius ketika menjalankan tugas. Tapi di luar itu, almarhum juga sosok yang ceria dan suka bercanda.
“Almarhum mulai jadi CPNS tahun 1993. Awalnya menjadi staf di Kecamatan Mendoyo, kemudian jadi Kasubsi Pembangunan dan Lingkungan Hidup di Kecamatan Mendoyo, lalu tugas belajar ke Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta periode 1997-1999. Setelah tamat, almarhum menjadi Lurah Banjar Tengah, kemudian tugas belajar lagi mencari S2 di UGM (2000-2002),” kata Agua Adinata.
“Habis itu, kata dia, almarhum Eka Swarnama menjadi Kasubag Penagihan di Bagian Pendapatan, kemudian jadi Lurah Baler Bale Agung, Lurah Sangkaragung, lalu berugas di Kasubag Pembukuan Bagian Keuangan, dan lama menjadi Camat Melaya dari tahun 2011-2017, dan baru diangkut menjadi Kadisdikpora Jembrana tahun 2017,” lanjut teman sekolah almarhum sejak SMAN 1 Negara ini. *ode
1
Komentar