Merayakan Tumpek Uduh di Perkotaan dengan Menanam Buah lewat Tabulapot
Perayaan Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh/Tumpek Bubuh/Tumpek Pengatag menjadi kearifan lokal masyarakat Bali dalam menghormati tumbuh-tumbuhan sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
DENPASAR, NusaBali
Biasanya, tumbuhan yang diupacarai adalah tumbuh-tumbuhan seperti kelapa dan tumbuhan buah-buahan. Tumbuh-tumbuhan ini biasanya tumbuh di pekarangan atau tebe (areal belakang rumah) masyarakat. Akan tetapi, seiring laju perkembangan zaman, khususnya di Kota Denpasar, masyarakat tidak lagi memiliki tebe sehingga sangat jarang dijumpai pohon-pohonan berbuah yang diupacarai pada saat Tumpek Bubuh. Dampaknya Tumpek Bubuh secara perlahan mulai tidak dipahami maknanya oleh generasi kekinian.
Peduli terhadap permasalahan tersebut, Rumah Budaya Penggak Men Mersi berupaya menggagas sebuah ide. Dalam perayaan Tumpek Bubuh yang jatuh pada Sabtu (1/12) mendatang, Penggak Men Mersi akan menggelar Pameran Tabulapot (tanaman buah dalam pot). Pameran ini adalah untuk kembali memaknai Tumpek Bubuh. Selain itu juga bertujuan untuk mengenalkan tanaman-tanaman buah langka yang kini jarang ada di perkotaan.
“Tujuan awal kita untuk merangsang teman-teman pegiat Tabulapot untuk ikut bersama dalam rangka mengenalkan kembali tumbuhan agar bisa sampai ke masyarakat luas. Sebenarnya ke depan kita ingin merancang program, bagaimana rumah-rumah di Denpasar kita kasi award yang bisa membuat tatanan tabulapot yang bagus dan menghijaukan rumahnya,” ungkap Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, Selasa (27/11).
Lebih dari itu, dengan kegiatan pameran ini diharapkan dapat memberi sumbangsih solusi dan edukasi terhadap cara berkebun buah di daerah perkotaan khususnya di Kota Denpasar. Lewat Tabulapot, masyarakat tidak lagi khawatir untuk tidak bisa menanam buah di pekarangan yang sempit. “Sebenarnya solusi untuk memiliki buah-buahan terutama lokal Bali itu ada solusinya. Tidak butuh musim dan tempat yang luas, yakni dengan Tabulapot. Manfaatnya, minimal generasi muda kita tahu perlahan tentang buah-buahan Bali,” katanya.
Sementara itu, pegiat Tabulapot, I Nyoman Pusika, mengatakan sistem Tabulapot bisa dilakukan tanpa memakan banyak ruang. Sejengkal tanah pun dapat dimanfaatkan meski berada di perkotaan. “Proses Tumpek Uduh sekarang kan sudah mulai menghilang pada kalangan generasi muda. Apalagi yang ada di daerah perkotaan, maka Tabulapot inilah yang akan memberikan pemahaman itu kembali,” tuturnya.
Pusika mengaku tanaman apa saja yang ada di pekarangan sudah semestinya diupacarai saat Tumpek Uduh. Apalagi tanaman yang menggunakan sistem Tabulapot dapat berbuah tanpa harus menunggu pada musimnya. Menurutnya, semua jenis tanaman dapat ditanam dalam bentuk Tabulapot. Terkecuali pada tanaman yang memang memerlukan suhu yang lebih dingin. “Kalau dulu kita kan harus menunggu tanaman tersebut tumbuh sampai besar, bahkan sekian tahun baru bisa berbuah. Tetapi dengan sistem ini sekarang di pekarangan rumah yang kecil pun kita bisa tananam dan berbuahnya bisa kita atur,” ungkap Pusika. Tabulapot sendiri tidak hanya untuk kepentingan produksi. Seseorang yang gemar dengan Tabulapot juga dapat menikmati keindahan tanaman itu sendiri. *ind
Biasanya, tumbuhan yang diupacarai adalah tumbuh-tumbuhan seperti kelapa dan tumbuhan buah-buahan. Tumbuh-tumbuhan ini biasanya tumbuh di pekarangan atau tebe (areal belakang rumah) masyarakat. Akan tetapi, seiring laju perkembangan zaman, khususnya di Kota Denpasar, masyarakat tidak lagi memiliki tebe sehingga sangat jarang dijumpai pohon-pohonan berbuah yang diupacarai pada saat Tumpek Bubuh. Dampaknya Tumpek Bubuh secara perlahan mulai tidak dipahami maknanya oleh generasi kekinian.
Peduli terhadap permasalahan tersebut, Rumah Budaya Penggak Men Mersi berupaya menggagas sebuah ide. Dalam perayaan Tumpek Bubuh yang jatuh pada Sabtu (1/12) mendatang, Penggak Men Mersi akan menggelar Pameran Tabulapot (tanaman buah dalam pot). Pameran ini adalah untuk kembali memaknai Tumpek Bubuh. Selain itu juga bertujuan untuk mengenalkan tanaman-tanaman buah langka yang kini jarang ada di perkotaan.
“Tujuan awal kita untuk merangsang teman-teman pegiat Tabulapot untuk ikut bersama dalam rangka mengenalkan kembali tumbuhan agar bisa sampai ke masyarakat luas. Sebenarnya ke depan kita ingin merancang program, bagaimana rumah-rumah di Denpasar kita kasi award yang bisa membuat tatanan tabulapot yang bagus dan menghijaukan rumahnya,” ungkap Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, Selasa (27/11).
Lebih dari itu, dengan kegiatan pameran ini diharapkan dapat memberi sumbangsih solusi dan edukasi terhadap cara berkebun buah di daerah perkotaan khususnya di Kota Denpasar. Lewat Tabulapot, masyarakat tidak lagi khawatir untuk tidak bisa menanam buah di pekarangan yang sempit. “Sebenarnya solusi untuk memiliki buah-buahan terutama lokal Bali itu ada solusinya. Tidak butuh musim dan tempat yang luas, yakni dengan Tabulapot. Manfaatnya, minimal generasi muda kita tahu perlahan tentang buah-buahan Bali,” katanya.
Sementara itu, pegiat Tabulapot, I Nyoman Pusika, mengatakan sistem Tabulapot bisa dilakukan tanpa memakan banyak ruang. Sejengkal tanah pun dapat dimanfaatkan meski berada di perkotaan. “Proses Tumpek Uduh sekarang kan sudah mulai menghilang pada kalangan generasi muda. Apalagi yang ada di daerah perkotaan, maka Tabulapot inilah yang akan memberikan pemahaman itu kembali,” tuturnya.
Pusika mengaku tanaman apa saja yang ada di pekarangan sudah semestinya diupacarai saat Tumpek Uduh. Apalagi tanaman yang menggunakan sistem Tabulapot dapat berbuah tanpa harus menunggu pada musimnya. Menurutnya, semua jenis tanaman dapat ditanam dalam bentuk Tabulapot. Terkecuali pada tanaman yang memang memerlukan suhu yang lebih dingin. “Kalau dulu kita kan harus menunggu tanaman tersebut tumbuh sampai besar, bahkan sekian tahun baru bisa berbuah. Tetapi dengan sistem ini sekarang di pekarangan rumah yang kecil pun kita bisa tananam dan berbuahnya bisa kita atur,” ungkap Pusika. Tabulapot sendiri tidak hanya untuk kepentingan produksi. Seseorang yang gemar dengan Tabulapot juga dapat menikmati keindahan tanaman itu sendiri. *ind
Komentar