Cuaca Ganggu Proyek Tukad Badung Tahap II
Proyek lanjutan penataan Tukad Badung tahap II mengalami deviasi sebesar 4,44 persen dari target yang ditentukan.
DENPASAR, NusaBali
Proyek Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang ditarget rampung 20 Desember 2018 ini harusnya sudah mencapai 92,53 persen, namun yang terealisasi baru 88,10 persen. Hal itu disebabkan karena kondisi cuaca kurang mendukung yang terjadi belakangan ini sehingga pengerjaan proyek terhambat.
Kepala Bidang Tata Kelola Air Dinas PUPR Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Putra Sanjaya, saat dikonfirmasi, Selasa (27/11) mengakui adanya deviasi 4,44 persen dari target yang ada. Ini disebabkan akibat cuaca yang kurang bersahabat, yakni hujan yang mengguyur Denpasar dan sekitarnya. Kondisi ini berdampak pada meningkatkan debit air Tukad Badung yang menjadi lokasi proyek penataan.
Meski demikian, pihaknya yakin pekerjaan ini akan mampu diselesaikan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Mengingat, saat ini pekerjaan struktur sudah selesai digarap. Saat ini tinggal pemasangan aksesoris, berupa batu sikat, taman, mural dan pemasangan lampu. “Kendala yang dihadapi rekanan, yakni karena cuaca yang sering hujan belakangan ini,” ujar Putra Sanjaya.
Kata dia, kegiatan ini merupakan lanjutan penataan bantaran dari Pasar Kumbasari sampai jembatan Jalan Hasanudin, samping gedung BCA. Proyek sepanjang 300 meter ini menelan dana Rp 2,6 miliar dari pagu Rp 3,1 miliar. Langkah ini sebagai bentuk revitalisasi sungai agar kembali terlihat bersih. "Ini lanjutan dari penataan Tukad Badung yang sekarang dinamakan Tukad 'Korea' Kumbasari. Ini juga bentuk revitalisasi agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai," jelasnya.
Proyek ini mulai dikerjakan sejak Agustus 2018 lalu dan akan berakhir 20 Desember 2018 mendatang. Putra Sanjaya mengungkapkan, penataan bantaran sungai pada intinya untuk bisa mengubah image masyarakat yang menganggap sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Akibatnya, aliran sungai dipenuhi sampah. Dengan penataan ini, warga tidak lagi membuang sampah ke sungai.
Tujuan lainnya, yakni dengan tertatanya bantaran sungai, masyarakat bisa memanfaatkan untuk kegiatan yang positif. Misalnya saja, melakukan rekreasi di pinggir sungai, serta kegiatan interaksi lainnya, seperi mancing, jogging, serta tempat berselfi ria yang kini menjadi trend di kalangan anak muda.
Putra Sanjaya mengakui, belum semua alur sungai memiliki jalan inspeksi. Sejumlah bangunan sangat dekat dengan alur sungai, sehingga menyulitkan penataan. "Kami sedikit kesulitan melakukan penataan karena bantaran sungai berdekatan dengan bangunan warga. Jadi kami harus pelan-pelan memikirkan bagaimana caranya penataan sungai ini bisa berlanjut ke sungai-sungai lainnya," ungkapnya. *mi
Proyek Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang ditarget rampung 20 Desember 2018 ini harusnya sudah mencapai 92,53 persen, namun yang terealisasi baru 88,10 persen. Hal itu disebabkan karena kondisi cuaca kurang mendukung yang terjadi belakangan ini sehingga pengerjaan proyek terhambat.
Kepala Bidang Tata Kelola Air Dinas PUPR Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Putra Sanjaya, saat dikonfirmasi, Selasa (27/11) mengakui adanya deviasi 4,44 persen dari target yang ada. Ini disebabkan akibat cuaca yang kurang bersahabat, yakni hujan yang mengguyur Denpasar dan sekitarnya. Kondisi ini berdampak pada meningkatkan debit air Tukad Badung yang menjadi lokasi proyek penataan.
Meski demikian, pihaknya yakin pekerjaan ini akan mampu diselesaikan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Mengingat, saat ini pekerjaan struktur sudah selesai digarap. Saat ini tinggal pemasangan aksesoris, berupa batu sikat, taman, mural dan pemasangan lampu. “Kendala yang dihadapi rekanan, yakni karena cuaca yang sering hujan belakangan ini,” ujar Putra Sanjaya.
Kata dia, kegiatan ini merupakan lanjutan penataan bantaran dari Pasar Kumbasari sampai jembatan Jalan Hasanudin, samping gedung BCA. Proyek sepanjang 300 meter ini menelan dana Rp 2,6 miliar dari pagu Rp 3,1 miliar. Langkah ini sebagai bentuk revitalisasi sungai agar kembali terlihat bersih. "Ini lanjutan dari penataan Tukad Badung yang sekarang dinamakan Tukad 'Korea' Kumbasari. Ini juga bentuk revitalisasi agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai," jelasnya.
Proyek ini mulai dikerjakan sejak Agustus 2018 lalu dan akan berakhir 20 Desember 2018 mendatang. Putra Sanjaya mengungkapkan, penataan bantaran sungai pada intinya untuk bisa mengubah image masyarakat yang menganggap sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Akibatnya, aliran sungai dipenuhi sampah. Dengan penataan ini, warga tidak lagi membuang sampah ke sungai.
Tujuan lainnya, yakni dengan tertatanya bantaran sungai, masyarakat bisa memanfaatkan untuk kegiatan yang positif. Misalnya saja, melakukan rekreasi di pinggir sungai, serta kegiatan interaksi lainnya, seperi mancing, jogging, serta tempat berselfi ria yang kini menjadi trend di kalangan anak muda.
Putra Sanjaya mengakui, belum semua alur sungai memiliki jalan inspeksi. Sejumlah bangunan sangat dekat dengan alur sungai, sehingga menyulitkan penataan. "Kami sedikit kesulitan melakukan penataan karena bantaran sungai berdekatan dengan bangunan warga. Jadi kami harus pelan-pelan memikirkan bagaimana caranya penataan sungai ini bisa berlanjut ke sungai-sungai lainnya," ungkapnya. *mi
Komentar