Dari Ringgitan hingga Tanaman Upakara
Workshop Banten di Taman Prakerti Buana Beng
GIANYAR, NusaBali
Sekitar 50 ibu-ibu dari pengurus organisasi wanita di Gianyar mengikuti Workshop Bebantenan di Taman Prakerti Buana, Kelurahan Beng, Gianyar, Selasa (27/11). Kegiatan ini dibuka Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Pemkab Gianyar, Ngakan Putu Dharmajati.
Para peserta dilatih membuat banten untuk bayi dari baru lahir sampai banten otonan. Pelatihan bebantenan dilaksanakan untuk menyamakan persepsi memperkuat pemahaman dan srada bhakti peserta mengenai banten yang dibuat sendiri untuk dipersembahkan, baik untuk sehari- hari maupun hari-hari suci tertentu. Selama ini, karena ingin praktis, maka ibu-ibu lebih sering membeli.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gianyar Ir Cokorda Gede Bagus Lesmana Tisnu mengatakan workshop bebantenan dilaksanakan selama dua hari (27- 28 Nopember ). Kegiatan ini menghadirkan nara sumber yakni Ida Pedanda Gde Rai Gunung Ketewel, AA Istri Swary Panji SAg dan tim Praktisi Upacara Taman Prakerti Bhuana Beng, Gianyar.
Dijelaskan, pada hari pertama, Selasa (27/11), peserta diberikan pemahaman tentang filsafat banten oleh Ida Pedanda Gde Rai Gunung, Geriya Ketewel. Selain itu, pemahaman tentang tuesan ringgitan busung oleh narasumber lainnya untuk upacara manusa yadnya (upacara baru lahir sampai otonan). Pada hari kedua, Rabu (28/11), pesera diberikan pengenalan dan fungsi tanaman upakara dalam bebantenan. Disamping itu, pesrta diberikan praktik bebantenan dan mejejahitan serta metanding banten upacara bayi baru lahir sampai otonan. Bebantenan ini dengan tingkatan upacara yang terkecil, namun maknanya sama dengan tingkatan upacara besar atau utama.
Peserta juga diajari praktik banten batekan, gebogan, ajuman, peras, dapetan dan bebrapa rentetan banten lainnya.
Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ngakan Putu Dharmajati, saat membuka workshop, mengatakan Pemkab Gianyar sangat mendukung pelatihan seperti ini. Pelatihan yang difokuskan pada pembuatan banten dari bayi sampai otonan, serta pengenalan tanaman upakara termasuk fungsinya dalam pembuatan banten. Karena menurut Ngakan Dharmajati masih banyak di antara ibu-ibu yang belum mengetahui dan memahami bentuk-bentuk upakara dan cara membuatnya. “Dalam tradisi di Bali, perempuan seolah-olah memiliki porsi tersendiri dalam kehidupan adat di Bali. Oleh karena itu, seorang perempuan harus mampu memahami adat, tradisi maupun upacara dalam kehidupan sehar-hari,” kata Ngakan Dharmajati.
Dengan pelatihan ini, Ngakan Dharmajati berharap nantinya bisa terkikis hal-hal yang tidak diinginkan tentang bebantenan. Antara lain, makna dan kualitas upacara dan upakara yang terkesan gampang, cepat dan asal jadi. ‘’Terpenting, harus ada pemahaman tentang makna atau filosofis yang terkandung dalam banten,’’ jelasnya. *nvi
Sekitar 50 ibu-ibu dari pengurus organisasi wanita di Gianyar mengikuti Workshop Bebantenan di Taman Prakerti Buana, Kelurahan Beng, Gianyar, Selasa (27/11). Kegiatan ini dibuka Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Pemkab Gianyar, Ngakan Putu Dharmajati.
Para peserta dilatih membuat banten untuk bayi dari baru lahir sampai banten otonan. Pelatihan bebantenan dilaksanakan untuk menyamakan persepsi memperkuat pemahaman dan srada bhakti peserta mengenai banten yang dibuat sendiri untuk dipersembahkan, baik untuk sehari- hari maupun hari-hari suci tertentu. Selama ini, karena ingin praktis, maka ibu-ibu lebih sering membeli.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gianyar Ir Cokorda Gede Bagus Lesmana Tisnu mengatakan workshop bebantenan dilaksanakan selama dua hari (27- 28 Nopember ). Kegiatan ini menghadirkan nara sumber yakni Ida Pedanda Gde Rai Gunung Ketewel, AA Istri Swary Panji SAg dan tim Praktisi Upacara Taman Prakerti Bhuana Beng, Gianyar.
Dijelaskan, pada hari pertama, Selasa (27/11), peserta diberikan pemahaman tentang filsafat banten oleh Ida Pedanda Gde Rai Gunung, Geriya Ketewel. Selain itu, pemahaman tentang tuesan ringgitan busung oleh narasumber lainnya untuk upacara manusa yadnya (upacara baru lahir sampai otonan). Pada hari kedua, Rabu (28/11), pesera diberikan pengenalan dan fungsi tanaman upakara dalam bebantenan. Disamping itu, pesrta diberikan praktik bebantenan dan mejejahitan serta metanding banten upacara bayi baru lahir sampai otonan. Bebantenan ini dengan tingkatan upacara yang terkecil, namun maknanya sama dengan tingkatan upacara besar atau utama.
Peserta juga diajari praktik banten batekan, gebogan, ajuman, peras, dapetan dan bebrapa rentetan banten lainnya.
Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ngakan Putu Dharmajati, saat membuka workshop, mengatakan Pemkab Gianyar sangat mendukung pelatihan seperti ini. Pelatihan yang difokuskan pada pembuatan banten dari bayi sampai otonan, serta pengenalan tanaman upakara termasuk fungsinya dalam pembuatan banten. Karena menurut Ngakan Dharmajati masih banyak di antara ibu-ibu yang belum mengetahui dan memahami bentuk-bentuk upakara dan cara membuatnya. “Dalam tradisi di Bali, perempuan seolah-olah memiliki porsi tersendiri dalam kehidupan adat di Bali. Oleh karena itu, seorang perempuan harus mampu memahami adat, tradisi maupun upacara dalam kehidupan sehar-hari,” kata Ngakan Dharmajati.
Dengan pelatihan ini, Ngakan Dharmajati berharap nantinya bisa terkikis hal-hal yang tidak diinginkan tentang bebantenan. Antara lain, makna dan kualitas upacara dan upakara yang terkesan gampang, cepat dan asal jadi. ‘’Terpenting, harus ada pemahaman tentang makna atau filosofis yang terkandung dalam banten,’’ jelasnya. *nvi
1
Komentar