Bali Kirim Delegasi 'Pemulihan'
Pasca Kisruh Mafia Pasar Wisata Tiongkok
DENPASAR, NusaBali
Pemprov Bali menggandeng stakeholder kepariwisataan Bali melakukan sales mission ke Tiongkok selama sepekan, 1 sampai 8 Desember depan. Salah satu tujuannya, untuk memberi penjelasan secara langsung kepada warga Tiongkok tentang kepariwisataan Bali, pasca ribut masalah mafia pasar wisata Tiongkok. Misi akan dipimpin langsung Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), didampingi Kadisparda Bali Anak Agung Gede Yuniarta Putra.
Ada dua pertemuan atau table top yang akan digelar yakni di Beijing dan Shanghai. Masing-masing tanggal 3 dan 5 Desember. Selain antara pemerintah dengan pemerintah (G to G), pertemuan tersebut juga bersifat bisnis to bisnis (B to B). “Makanya stakeholder terkait, kalangan industri digandeng,” jelas Kadisparda Gung Yuniarta –sapaan Anak Agung Gede Yuniarta Putra usai pertemuan di BTB, Jumat (30/11).
Dengan demikian, masyarakat maupun pelaku industri di Tiongkok punya pemahaman yang jelas dan utuh tentang kepariwisataan Bali. Pertama tentu saja memberi penjelasan secara langsung terhadap langkah-langkah penertiban terhadap praktek illegal/ mafia pasar pariwisata Tiongkok. “Kita akan jelaskan, tujuan apa. Demi perbaikan ke depan,” ujar Gung Yuniarta. Karena dari praktek illegal tersebut, kata dia, Bali dirugikan. “Kita kan tidak dapat apa-apa,” imbuhnya.
Yang kedua, akibat indikasi praktek mafia tersebut, citra pariwisata Bali di Tiongkok jadi negatif. Pariwisata Bali digambarkan seolah-olah wisata shopping saja. Padahal sejatinya tidak demikian, karena pariwisata Bali, yang merupakan pariwisata budaya, lebih dari sekedar wisata shopping. Bali banyak jenis dan ragam daya tarik wisata, termasuk daya tarik yang bertalian dengan budaya Tiongkok. Dalam bentuk kesenian, misalnya Barongsai, Tari Baris Cina, penggunaan uang kepeng dalam upacara keagamaan di Bali, hingga cerita Barong Landung, perkawinanan antara putri seorang saudagar China dengan Raja Bali kuna. “Antara lain itu yang nanti dijelaskan, untuk menepis image Bali hanya dominan budaya shoping,” kata Gung Yuniarta.
Menurutnya, klarifikasi tersebut penting, karena bagaimanapun faktanya, Tiongkok dalam beberapa tahun belakangan memberi sumbangan jumlah kunjungan wisman terbanyak ke Bali. “Market China merupakan salah satu yang terbesar,” jelasnya.
Karena itulah, dalam pertemuan baik di Beijing maupun Shanghai, akan diadakan semacam barter informasi antara kedua pihak, Tiongkok dan Bali. Kalangan industri mengiyakan hal itu. “Tujuannya melakukan penataan market atau pasar Tiongkok,” ujar Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana. “Pariwisata Bali tak hanya wisata belanja, tetapi banyak ragamya. Ini diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi segmen pasar wisata China lainnya, misalnya kelas menengah ke atas,” imbuhnya.
Ketua DPD Asita Bali I Ketut Ardana menyatakan hal senada. “Akan ada table top. Disana akan dilakukan sharing, untuk pemahaman yang lebih jelas,” ujarnya. Tim sales mission ke Tiongkok, kata dia, lumayan banyak. Jumlah sekitar 60 orang. Selain dari Pemrov Bali, juga dari kalangan industri, diantaranya asosiasi pariwisata, kalangan travel agent, dan perhotelan. “Ke depan semua agar lebih baik dan lebih meningkat lagi jumlah wisman, khususnya China,” harapnya. *k17
Pemprov Bali menggandeng stakeholder kepariwisataan Bali melakukan sales mission ke Tiongkok selama sepekan, 1 sampai 8 Desember depan. Salah satu tujuannya, untuk memberi penjelasan secara langsung kepada warga Tiongkok tentang kepariwisataan Bali, pasca ribut masalah mafia pasar wisata Tiongkok. Misi akan dipimpin langsung Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), didampingi Kadisparda Bali Anak Agung Gede Yuniarta Putra.
Ada dua pertemuan atau table top yang akan digelar yakni di Beijing dan Shanghai. Masing-masing tanggal 3 dan 5 Desember. Selain antara pemerintah dengan pemerintah (G to G), pertemuan tersebut juga bersifat bisnis to bisnis (B to B). “Makanya stakeholder terkait, kalangan industri digandeng,” jelas Kadisparda Gung Yuniarta –sapaan Anak Agung Gede Yuniarta Putra usai pertemuan di BTB, Jumat (30/11).
Dengan demikian, masyarakat maupun pelaku industri di Tiongkok punya pemahaman yang jelas dan utuh tentang kepariwisataan Bali. Pertama tentu saja memberi penjelasan secara langsung terhadap langkah-langkah penertiban terhadap praktek illegal/ mafia pasar pariwisata Tiongkok. “Kita akan jelaskan, tujuan apa. Demi perbaikan ke depan,” ujar Gung Yuniarta. Karena dari praktek illegal tersebut, kata dia, Bali dirugikan. “Kita kan tidak dapat apa-apa,” imbuhnya.
Yang kedua, akibat indikasi praktek mafia tersebut, citra pariwisata Bali di Tiongkok jadi negatif. Pariwisata Bali digambarkan seolah-olah wisata shopping saja. Padahal sejatinya tidak demikian, karena pariwisata Bali, yang merupakan pariwisata budaya, lebih dari sekedar wisata shopping. Bali banyak jenis dan ragam daya tarik wisata, termasuk daya tarik yang bertalian dengan budaya Tiongkok. Dalam bentuk kesenian, misalnya Barongsai, Tari Baris Cina, penggunaan uang kepeng dalam upacara keagamaan di Bali, hingga cerita Barong Landung, perkawinanan antara putri seorang saudagar China dengan Raja Bali kuna. “Antara lain itu yang nanti dijelaskan, untuk menepis image Bali hanya dominan budaya shoping,” kata Gung Yuniarta.
Menurutnya, klarifikasi tersebut penting, karena bagaimanapun faktanya, Tiongkok dalam beberapa tahun belakangan memberi sumbangan jumlah kunjungan wisman terbanyak ke Bali. “Market China merupakan salah satu yang terbesar,” jelasnya.
Karena itulah, dalam pertemuan baik di Beijing maupun Shanghai, akan diadakan semacam barter informasi antara kedua pihak, Tiongkok dan Bali. Kalangan industri mengiyakan hal itu. “Tujuannya melakukan penataan market atau pasar Tiongkok,” ujar Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana. “Pariwisata Bali tak hanya wisata belanja, tetapi banyak ragamya. Ini diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi segmen pasar wisata China lainnya, misalnya kelas menengah ke atas,” imbuhnya.
Ketua DPD Asita Bali I Ketut Ardana menyatakan hal senada. “Akan ada table top. Disana akan dilakukan sharing, untuk pemahaman yang lebih jelas,” ujarnya. Tim sales mission ke Tiongkok, kata dia, lumayan banyak. Jumlah sekitar 60 orang. Selain dari Pemrov Bali, juga dari kalangan industri, diantaranya asosiasi pariwisata, kalangan travel agent, dan perhotelan. “Ke depan semua agar lebih baik dan lebih meningkat lagi jumlah wisman, khususnya China,” harapnya. *k17
Komentar