Krama Bukit Galah Bangun Jembatan Darurat
Krama Desa Pakraman Bukit Galah, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, membuat jembatan darurat secara swadaya.
AMLAPURA, NusaBali
Pembuatan jembatan darurat karena gorong-gorong yang menghubungkan Desa Pakraman Bukit Galah menuju Banjar Sebun jebol diterjang banjir. Jembatan ini berbahan kayu dan bambu sumbangan krama. Pengerjaannya dibantu BPBD Bali, BPBD Karangasem, Relawan Pasebaya Agung Karangasem, dan anggota RAPI Kecamatan Selat.
Sebelumnya, 33 kepala keluarga (KK) Desa Pakraman Bukit Galah mengungsi di Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana sejak Gunung Agung status awas, 22 September 2017. Mereka pulang kampung sejak 16 November 2018. Mereka lama mengungsi meski status Gunung Agung diturunkan jadi siaga (level III) karena jalur menuju Desa Pakraman Bukit Galah rusak berat tidak bisa dilintasi kendaraan dan jalan yang dibelah sungai.
Setelah situasi Gunung Agung mulai reda, krama dari Desa Pakraman Bukit Galah dikoordinasikan Bendesa I Putu Suyasa berswadaya membangun senderan jalan dan gorong-gorong agar bisa pulang kampung. Hujan pada Kamis (29/11) malam menghancurkan gorong-gorong yang telah tuntas dikerjakan itu. Gorong-gorong hanyut, jalan menuju Desa Pakraman Bukit Galah putus. Kerusakan itu dicek langsung BPBD Provinsi Bali dan BPBD Karangasem. Petugas BPBD turun membantu mengerjakan jembatan darurat berbahan kayu dan bambu. “Gorong-gorong jebol, kami kembali berswadaya membangun jembatan darurat,” jelas Bendesa Putu Suyasa.
Menurut Putu Suyasa, jembatan sepanjang 15 meter dan lebar 10 meter, kondisinya licin. Kesulitan melintas dengan mengendarai sepeda motor. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengakui bahan jembatan darurat itu sepenuhnya dari masyarakat. Kedatangan BPBD hanyalah membantu pengerjaannya. “Itu jembatan darurat agar warga bisa melintas untuk sementara. Sebenarnya sepeda motor masih bisa melintas, tergantung keberanian warga,” kata IB Ketut Arimbawa. Diterangkan, lapisan jembatan bagian atas diisi gedeg. “Jembatan itu sifatnya sementara, sebelum pemerintah melakukan perbaikan dengan membangun jembatan secara permanen,” tambahnya. *k16
Pembuatan jembatan darurat karena gorong-gorong yang menghubungkan Desa Pakraman Bukit Galah menuju Banjar Sebun jebol diterjang banjir. Jembatan ini berbahan kayu dan bambu sumbangan krama. Pengerjaannya dibantu BPBD Bali, BPBD Karangasem, Relawan Pasebaya Agung Karangasem, dan anggota RAPI Kecamatan Selat.
Sebelumnya, 33 kepala keluarga (KK) Desa Pakraman Bukit Galah mengungsi di Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana sejak Gunung Agung status awas, 22 September 2017. Mereka pulang kampung sejak 16 November 2018. Mereka lama mengungsi meski status Gunung Agung diturunkan jadi siaga (level III) karena jalur menuju Desa Pakraman Bukit Galah rusak berat tidak bisa dilintasi kendaraan dan jalan yang dibelah sungai.
Setelah situasi Gunung Agung mulai reda, krama dari Desa Pakraman Bukit Galah dikoordinasikan Bendesa I Putu Suyasa berswadaya membangun senderan jalan dan gorong-gorong agar bisa pulang kampung. Hujan pada Kamis (29/11) malam menghancurkan gorong-gorong yang telah tuntas dikerjakan itu. Gorong-gorong hanyut, jalan menuju Desa Pakraman Bukit Galah putus. Kerusakan itu dicek langsung BPBD Provinsi Bali dan BPBD Karangasem. Petugas BPBD turun membantu mengerjakan jembatan darurat berbahan kayu dan bambu. “Gorong-gorong jebol, kami kembali berswadaya membangun jembatan darurat,” jelas Bendesa Putu Suyasa.
Menurut Putu Suyasa, jembatan sepanjang 15 meter dan lebar 10 meter, kondisinya licin. Kesulitan melintas dengan mengendarai sepeda motor. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengakui bahan jembatan darurat itu sepenuhnya dari masyarakat. Kedatangan BPBD hanyalah membantu pengerjaannya. “Itu jembatan darurat agar warga bisa melintas untuk sementara. Sebenarnya sepeda motor masih bisa melintas, tergantung keberanian warga,” kata IB Ketut Arimbawa. Diterangkan, lapisan jembatan bagian atas diisi gedeg. “Jembatan itu sifatnya sementara, sebelum pemerintah melakukan perbaikan dengan membangun jembatan secara permanen,” tambahnya. *k16
1
Komentar