Pakar Pengobatan Tradisional ASEAN Teken Deklarasi Bali
Sejumlah pakar pengobatan tradisional dari beberapa negara kawasan ASEAN dan India tandatangani Deklarasi Bali tentang Ayurveda dan Pengobatan Tradisional, dalam pertemuan di kampus Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, akhir pekan kemarin.
DENPASAR, NusaBali
Mereka juga sepakat untuk mengembangkan pengobatan tradisio¬nal dalam mena¬ngani masalah kesehatan. Perihal penandatanganan Deklarasi Bali tentang Ayurveda dan Pengobatan Tradisi¬onal ini diungkapkan Rektor Unhi Denpasar, Prof Dr Drh I Made Damri¬yasa, kepa¬da Antara d Denpasar, Minggu (2/12). "Dari diskusi yang berlangsung selama dua hari di Kampus Unhi Denpasar, para ahli juga sama-sama meyakini bahwa pengo¬bat¬an tradisional itu aman dan tidak memiliki efek sam¬ping yang serius," jelas Prof Damriyasa.
Menurut Prof Damriyasa, kita seringkali melupakan pengobatan tradisional sebagai warisan leluhur. Padahal, sebenarnya pengobatan modern mengambil konsep peng¬o¬bat¬an tradisional. "Misalnya, untuk mengobati penyakit tertentu, para ahli kese¬ha¬t¬an sesungguhnya menggunakan bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan, kemudian di¬buat secara sintetis. Dikembangkan menjadi sintetis, karena ketersediaan tum-buh¬an hidup yang terbatas di negara-negara maju," papar akademisi dari Fakultas Kedok¬teran Hewan Unud ini.
Karena itu, kata dia, sebagai pewaris pengobatan tradisional, para ahli dari sejum¬lah negara ASEAN seperti Malaysia, Myanmar, Vietnam, Filipina, Thailand, Kam¬boja, Indonesia, serta India yang hadir menjadi pemateri dan peserta dalam seminar internasional di Unhi Denpasar, sepakat untuk terus melestarikan, mengembang¬kan, dan menggali ilmu-ilmu pengobatan tradisional.
"Deklarasi Bali yang ditandatangani ini selanjutnya akan disampaikan ke UNES¬CO, bahwa para ahli sudah berkumpul di Bali dan sudah sepakat untuk mengem¬bang¬kan pengobatan tradisional," tandas Prof Damriyasa yang juga Ketua Kelom¬pok Ahli Pembangunan Pemprov Bali di bawah Gubernur Wayan Koster.
Tindak lanjut dari pertemuan di Unhi Denpasar, ke depannya komunikasi yang su¬dah terjalin akan terus dibina. Kegiatan seminar atau diskusi mengenai pengobat¬an tradisional pun akan menjadi agenda tahunan yang digelar secara bergiliran di se¬jumlah negara ASEAN.
Penandatanganan Deklarasi Bali itu sendiri sekaligus merupakan rangkaian dari ‘International Conference on Ayurveda and Traditional Healthcare in South East Asia’, yang diselenggarakan Unhi Denpasar, dengan menghadirkan 24 pembicara dari 8 negara. Khusus untuk Unhi Denpasar, Program Studi Kesehatan Tradisional yang dimiliki tidak saja mengadopsi ilmu pengobatan Ayurveda dari India, tapi ju¬ga dipadukan dengan Usada Bali. Apalagi, Unhi Denpasar menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang dilengkapi dengan Griya Sehat Ayurveda---se¬macam rumah sakit pendidikan di bidang kesehatan.
"Menteri dari AYUSH, India, juga mengharapkan Unhi Denpasar dapat menjadi 'center of excellence' dalam pengobatan tradisional. Dengan demikian, tidak saja untuk mahasiswa S1, tapi bisa untuk dokter-dokter yang ingin memahami pengo¬batan tradisional," kata Prof Damriyasa.
Menurut Prof Damriyasa, pihaknya berharap mahasiswa dari berbagai negara yang tertarik pengobatan tradisional, dapat menempuh pendidikan di Unhi Denpasar. "Ke depan, tentu kita tidak bisa hanya tergantung pengobatan konvensional, apala¬gi pengobatan tradisional itu mencegah supaya kita tidak sakit. Jadi, ini untuk ling¬kungan global juga," tegas akademisi yang sempat kalah tarung dengan hanya selisih 1 suara dalam Pemilihan Rektor Unud ini. *
Mereka juga sepakat untuk mengembangkan pengobatan tradisio¬nal dalam mena¬ngani masalah kesehatan. Perihal penandatanganan Deklarasi Bali tentang Ayurveda dan Pengobatan Tradisi¬onal ini diungkapkan Rektor Unhi Denpasar, Prof Dr Drh I Made Damri¬yasa, kepa¬da Antara d Denpasar, Minggu (2/12). "Dari diskusi yang berlangsung selama dua hari di Kampus Unhi Denpasar, para ahli juga sama-sama meyakini bahwa pengo¬bat¬an tradisional itu aman dan tidak memiliki efek sam¬ping yang serius," jelas Prof Damriyasa.
Menurut Prof Damriyasa, kita seringkali melupakan pengobatan tradisional sebagai warisan leluhur. Padahal, sebenarnya pengobatan modern mengambil konsep peng¬o¬bat¬an tradisional. "Misalnya, untuk mengobati penyakit tertentu, para ahli kese¬ha¬t¬an sesungguhnya menggunakan bahan aktif dari tumbuh-tumbuhan, kemudian di¬buat secara sintetis. Dikembangkan menjadi sintetis, karena ketersediaan tum-buh¬an hidup yang terbatas di negara-negara maju," papar akademisi dari Fakultas Kedok¬teran Hewan Unud ini.
Karena itu, kata dia, sebagai pewaris pengobatan tradisional, para ahli dari sejum¬lah negara ASEAN seperti Malaysia, Myanmar, Vietnam, Filipina, Thailand, Kam¬boja, Indonesia, serta India yang hadir menjadi pemateri dan peserta dalam seminar internasional di Unhi Denpasar, sepakat untuk terus melestarikan, mengembang¬kan, dan menggali ilmu-ilmu pengobatan tradisional.
"Deklarasi Bali yang ditandatangani ini selanjutnya akan disampaikan ke UNES¬CO, bahwa para ahli sudah berkumpul di Bali dan sudah sepakat untuk mengem¬bang¬kan pengobatan tradisional," tandas Prof Damriyasa yang juga Ketua Kelom¬pok Ahli Pembangunan Pemprov Bali di bawah Gubernur Wayan Koster.
Tindak lanjut dari pertemuan di Unhi Denpasar, ke depannya komunikasi yang su¬dah terjalin akan terus dibina. Kegiatan seminar atau diskusi mengenai pengobat¬an tradisional pun akan menjadi agenda tahunan yang digelar secara bergiliran di se¬jumlah negara ASEAN.
Penandatanganan Deklarasi Bali itu sendiri sekaligus merupakan rangkaian dari ‘International Conference on Ayurveda and Traditional Healthcare in South East Asia’, yang diselenggarakan Unhi Denpasar, dengan menghadirkan 24 pembicara dari 8 negara. Khusus untuk Unhi Denpasar, Program Studi Kesehatan Tradisional yang dimiliki tidak saja mengadopsi ilmu pengobatan Ayurveda dari India, tapi ju¬ga dipadukan dengan Usada Bali. Apalagi, Unhi Denpasar menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang dilengkapi dengan Griya Sehat Ayurveda---se¬macam rumah sakit pendidikan di bidang kesehatan.
"Menteri dari AYUSH, India, juga mengharapkan Unhi Denpasar dapat menjadi 'center of excellence' dalam pengobatan tradisional. Dengan demikian, tidak saja untuk mahasiswa S1, tapi bisa untuk dokter-dokter yang ingin memahami pengo¬batan tradisional," kata Prof Damriyasa.
Menurut Prof Damriyasa, pihaknya berharap mahasiswa dari berbagai negara yang tertarik pengobatan tradisional, dapat menempuh pendidikan di Unhi Denpasar. "Ke depan, tentu kita tidak bisa hanya tergantung pengobatan konvensional, apala¬gi pengobatan tradisional itu mencegah supaya kita tidak sakit. Jadi, ini untuk ling¬kungan global juga," tegas akademisi yang sempat kalah tarung dengan hanya selisih 1 suara dalam Pemilihan Rektor Unud ini. *
1
Komentar