Massa Kepung Asrama Mahasiswa Papua
Situasi mencekam terlihat di depan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya. Itu dikarenakan ratusan massa dari berbagai ormas mengepung asrama mahasiswa Papua.
Dua mahasiswa diduga hilang, Polda bantah lakukan penangkapan
SURABAYA, NusaBali
Massa berjaga di depan asrama dan memenuhi sepanjang Jalan Kalasan. Sementara petugas Brimob Polda Jatim juga berjaga di Jalan Kalasan dan Jalan Pacar Keling. Dua jalan tersebut ditutup total mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Dari pantauan detik, Minggu (2/12) petugas Brimob dan Polrestabes Surabaya menyebar di semua Jalan Kalasan dan Jalan Pacar Keling. Beberapa kali terdengar teriakan massa yang menginginkan mahasiswa Papua keluar dari asrama.
"Ayo keluar, ayo keluar. NKRI Harga mati, jangan injak-injak kami," teriak kompak massa di lokasi. Sementara rumah warga dan toko-toko di sekitar Jalan Kalasan tampak tutup. Sedangkan toko dan rumah warga di Jalan Pacar Keling masih buka dan beraktivitas normal.
Informasi yang dihimpun di lokasi, kedatangan ratusan massa ini dipicu setelah mendengar mahasiswa Papua dipulangkan dari Polrestabes Surabaya, setelah menjalani pemeriksaan sejak dini hari kemarin. Mahasiswa Papua itu tiba sekitar pukul 18.00 WIB.
Sebelumnya, pihak Polrestabes Surabaya menggelandang 233 orang mahasiswa yang berada di Asrama Mahasiswa Papua pada Minggu (2/12) dini hari, dengan alasan keamanan.
Kabid Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera menegaskan mereka yang dibawa bukan tindakan penangkapan. Namun upaya polisi melakukan perlindungan kepada mahasiswa dari amukan massa pro Indonesia.
"Nah kami sengaja membawa 233 orang ke polrestabes tadi malam bukan penangkapan, tapi mengamankan. Karena massa yang ada di luar sudah terpancing, Anda sudah menyaksikan massa apa saja ada dari KPPI, Pemuda Pancasila dan sebagainya," kata Barung saat jumpa pers di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Minggu (2/12).
Sementara itu dua orang mahasiswa non-Papua diduga hilang sejak Minggu (2/12) dini hari, saat ratusan mahasiswa di Asrama Mahasiswa Papua digelandang ke Mapolrestabes Surabaya. Keduanya adalah Fachri Syahrazad dan Arifin.
Ketua Front Mahasiswa Nasional (FMN) Azizul Amri mengatakan berdasarkan keterangan saksi pihaknya, saat kejadian Fachri diduga diseret oleh seorang pria yang diduga sebagai aparat berpakaian preman. Saat itu Fachri hendak pulang dan sudah menaiki sepeda motornya. "Saksi kami yang pada saat itu juga sedang berada di Asrama Papua menyaksikan Fachri ditarik oleh orang berpakaian preman yang diduga adalah aparat kepolisian," kata Azizul saat dikonfirmasi cnnindonesia, Minggu, (2/12).
"Barang-barang Fachri ditemukan di Asrama Papua, ponselnya terakhir dapat dihubungi pada pukul 00.40 WIB dini hari," kata dia. Selain Fachri, mahasiswa yang juga diduga hilang adalah Arifin, mahasiswa Universitas Surakarta, Solo. Saat itu, kata Azizul, Arifin dan kawan-kawan lainnya sedang piket berjaga di Asrama Papua.
"Arifin kemudian hilang selang beberapa saat setelah Fachri hilang. Hingga saat ini, keberadaan Arifin belum bisa di konfirmasi," kata dia. Pihak Polda membantah bahwa pihak kepolisian telah menangkap kedua mahasiswa tersebut. "Kami menyatakan (dua mahasiswa tersebut) bukan hilang, tapi menghilangkan diri," kata Barung di Mapolda Jatim.*
SURABAYA, NusaBali
Massa berjaga di depan asrama dan memenuhi sepanjang Jalan Kalasan. Sementara petugas Brimob Polda Jatim juga berjaga di Jalan Kalasan dan Jalan Pacar Keling. Dua jalan tersebut ditutup total mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Dari pantauan detik, Minggu (2/12) petugas Brimob dan Polrestabes Surabaya menyebar di semua Jalan Kalasan dan Jalan Pacar Keling. Beberapa kali terdengar teriakan massa yang menginginkan mahasiswa Papua keluar dari asrama.
"Ayo keluar, ayo keluar. NKRI Harga mati, jangan injak-injak kami," teriak kompak massa di lokasi. Sementara rumah warga dan toko-toko di sekitar Jalan Kalasan tampak tutup. Sedangkan toko dan rumah warga di Jalan Pacar Keling masih buka dan beraktivitas normal.
Informasi yang dihimpun di lokasi, kedatangan ratusan massa ini dipicu setelah mendengar mahasiswa Papua dipulangkan dari Polrestabes Surabaya, setelah menjalani pemeriksaan sejak dini hari kemarin. Mahasiswa Papua itu tiba sekitar pukul 18.00 WIB.
Sebelumnya, pihak Polrestabes Surabaya menggelandang 233 orang mahasiswa yang berada di Asrama Mahasiswa Papua pada Minggu (2/12) dini hari, dengan alasan keamanan.
Kabid Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera menegaskan mereka yang dibawa bukan tindakan penangkapan. Namun upaya polisi melakukan perlindungan kepada mahasiswa dari amukan massa pro Indonesia.
"Nah kami sengaja membawa 233 orang ke polrestabes tadi malam bukan penangkapan, tapi mengamankan. Karena massa yang ada di luar sudah terpancing, Anda sudah menyaksikan massa apa saja ada dari KPPI, Pemuda Pancasila dan sebagainya," kata Barung saat jumpa pers di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Minggu (2/12).
Sementara itu dua orang mahasiswa non-Papua diduga hilang sejak Minggu (2/12) dini hari, saat ratusan mahasiswa di Asrama Mahasiswa Papua digelandang ke Mapolrestabes Surabaya. Keduanya adalah Fachri Syahrazad dan Arifin.
Ketua Front Mahasiswa Nasional (FMN) Azizul Amri mengatakan berdasarkan keterangan saksi pihaknya, saat kejadian Fachri diduga diseret oleh seorang pria yang diduga sebagai aparat berpakaian preman. Saat itu Fachri hendak pulang dan sudah menaiki sepeda motornya. "Saksi kami yang pada saat itu juga sedang berada di Asrama Papua menyaksikan Fachri ditarik oleh orang berpakaian preman yang diduga adalah aparat kepolisian," kata Azizul saat dikonfirmasi cnnindonesia, Minggu, (2/12).
"Barang-barang Fachri ditemukan di Asrama Papua, ponselnya terakhir dapat dihubungi pada pukul 00.40 WIB dini hari," kata dia. Selain Fachri, mahasiswa yang juga diduga hilang adalah Arifin, mahasiswa Universitas Surakarta, Solo. Saat itu, kata Azizul, Arifin dan kawan-kawan lainnya sedang piket berjaga di Asrama Papua.
"Arifin kemudian hilang selang beberapa saat setelah Fachri hilang. Hingga saat ini, keberadaan Arifin belum bisa di konfirmasi," kata dia. Pihak Polda membantah bahwa pihak kepolisian telah menangkap kedua mahasiswa tersebut. "Kami menyatakan (dua mahasiswa tersebut) bukan hilang, tapi menghilangkan diri," kata Barung di Mapolda Jatim.*
Komentar