Rabies Telan Korban Nyawa di Desa Panji
Bangkai Anjing yang Gigit 5 Orang Keburu Dijual ke Dagang RW
SINGARAJA, NusaBali.
Sempat reda selama 10 bulan, wabah rabies kembali menelan korban nyawa di wilayah Kabupaten Buleneng. Korbannya adalah Ni Made Mu, 40, perempuan asal Banjar Bangah, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang dinyatakan meninggal akibat suspect rabies, Senin (3/12) pagi. Dua bulan sebelum meregang nyawa, korban Ni Made Mu diketahui sempat digigit anjing peliharaannya, 3 Oktober 2018 lalu.
Ni Made Mu merupakan korban tewas rabies kedua di Buleleng dalam kurun 10 bulan terakhir. Korban tewas terakhir sebelumnya adalah Ketut Wijaya, 50, warga Banjar Kajanan, Desa/Kecamatan Tejakula yang menghembuskan napas terakhir di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, 1 Februari 2018 lalu. Korban Ketut Wijaya sebelum tewas diketahui sempat digigit anjing, namun tidak mendapatkan suntikan VAR.
Setelah reda selama 10 bulan pasca kematian Ketut Wijaya, kini suspec rabies merenggut nyawa Ni Made Mu. Perempuan berusia 40 tahun asal Desa Panji ini menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di Ruang Isolasi IGD RSUD Buleleng, Senin pagi sekitar pukul 07.41 Wita atau berselang 2 bulan pasca digigit anjing peliharaannya.
Korban Ni Made Mu meregang nyawa setelah sempat sehari semalam dirawat di RSUD Buleleng. Korban awalnya diterima di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng di Singaraja, Minggu (2/12) pagi pukul 05.30 Wita. Saat dibawa ke RS, korban sudah dalam konfisi keluhan lemas, ingin tidur, dan sakit kepala. Korban mengaku sempat digigit anjing peliharaannya, 3 Oktober 2018 lalu, yang meninggalkan bekas luka gigitan di atas payudara kanan dan di tangan kanan.
Namun, setelah mendapatkan perawatan tim medis, kondisi korban Ni Made Mu terus menurun. Korban pun sempat dirawat di Ruang Isolasi IGD RSUD Buleleng hingga akhirnya dinyatakan meninggal, Senin pagi pukul 07.41 Wita. “Dari hasil penanganan tim medis, korban memang dinyatakan suspect rabies,” ungkap Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara.
Jenazah korban Ni Made Mu kemarin pagi sudah langsung dibawa pulang oleh keluarganya, sekitar pukul 09.00 Wita. Namun, saat NusaBali menyambangi tumahnya di Banjar Bangah, Desa Panji, suasana tampak sepi. Ternyata, jenazah korban rabies ini dibawa ke rumah duka di Banjar Bingin Banjah, Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Hanya saja, saat disambangi NusaBali, pihak keluarga duka menolak untuk memberikan keterangan lebih jauh terkait kemarian korban Ni Made Mu. Keluarga pun meminta agar kasus gigitan anjing rabies yang dialami korban Ni Made Mu tidak diviralkan.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Bangah, Desa Panji, I Gede Kawan, meengakui ada 5 warganya yang digigit anjing suspect rabies, termasuk korban Ni Made Mu. Menurut Gede Kawan, pihaknya baru mendapat laporan terkait warganya digigit anjing dengan jumlah korban cukup banyak ini, Minggu (2/12) malam.
“Saya baru dapat kabar soal kasus gigitan anjing, kemarin malam (Minggu, Red). Setelah saya cek, ternyata ada 4 warga lainnya lagi yang sempat digigit anjing yang sama. Kasus ini baru terungkap, padahal kejadiannya sudah lama, sekitar 2 bulan,” cerita Gede Kawan saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Bangah, Desa Panji, Senin kemarin.
Selain korban Ni Made Mu, 4 warga sebanjar yang juga sempat digigit anjing diduga rabies, masing-masing Ketut Ngurah Artana, 50, dan Ida Bagus Komang Adi Kusuma, 21, Putu Kristian Imanuel Santosa, 5, dan Ni Komang Novia Rina Putri, 2. Mereka digigit anjing pada hari yang sama, 4 Oktober 2018.
Dari keterangan warga di RT 8, Banjar Bangah, kata Gede Kawan, anjing yang menggigit 5 warga sebanjar itu merupakan peliharaan korban Ni Made Mu. Anjing tersebut diduga dilepasliarkan pasca mengigigit majikannya. Korban Ni Made Mu sendiri merupakan penduduk pendatang yang baru tinggal di komplek rumah subsidi di Desa Panji, sejak 6 bulan lalu.
Setelah menggitit 5 warga sekaligus, termasuk majikannya, anjing yang diduga rabies itu akhirnya dibunuh warha, 6 Oktober 2018. Sayangnya, bangkai anjing yang diduga rabies itu tidak sempat diuji sampelnya. Sebab, bangkai anjing tersebut langsung diminta oleh seorang warga setepat, kemudian dijual ke dagang RW (olahan daging anjing) di wilayah Kecamatan Buleleng.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Senin sore, Kadis Pertanian Buleleng, I Nyoman Genep, mengatakan sudah mengatensi kasus gigitan anjing rabies tersebut. Hanya saja, Nyoman Genep menyayangkan peristiwa gigitan yang sudah terjadi 2 bulan lalu ini tidak dilaporkan warga. “Kami baru dapat laporan tadi pagi (kemarin). Begitu dapat laporan, staf kami langsung turun,” ujar Genep.
Mantan Kadis Lingkungan Hidup Buleleng ini uuga menyayangkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait kasus gigitan rabies yang masih sangat minim. Padahal, Dinas Pertanian selama ini sudah rutin melakukan sosialisasi dan vaksinasi massal. Terlebih, bangkai anjing yang diduga rabies justru dijual oknum warga setempat ke pedagang RW.
Pasca kasus di Desa Panji ini, Genep segera akan memetakan sebaran anjing liar di di lokasi untuk kemudian dilakukan tindakan selanjutnya. “Kalau eliminasi juga tidak serta merta bisa langsung dilakukan. Kadang saat ada petugas hendak lakukan eliminasi, ada warga yang pilih untuk mempertahankan anjing peliharaan yang dilepasliarkan,” keluh Genep.
Selain itu, kata Genep, pihaknya juga berencana memetakan pedagang RW di Buleleng, untuk selanjutnya ditindaklanjuti. “Kami akan koordinasikan dulu, karena kemarin dari provinsi ada upaya pemetaan. Nanti bagaimana seharusnya dan bagusnya-lah,” tandas birokrat asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini. *k23
Sempat reda selama 10 bulan, wabah rabies kembali menelan korban nyawa di wilayah Kabupaten Buleneng. Korbannya adalah Ni Made Mu, 40, perempuan asal Banjar Bangah, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang dinyatakan meninggal akibat suspect rabies, Senin (3/12) pagi. Dua bulan sebelum meregang nyawa, korban Ni Made Mu diketahui sempat digigit anjing peliharaannya, 3 Oktober 2018 lalu.
Ni Made Mu merupakan korban tewas rabies kedua di Buleleng dalam kurun 10 bulan terakhir. Korban tewas terakhir sebelumnya adalah Ketut Wijaya, 50, warga Banjar Kajanan, Desa/Kecamatan Tejakula yang menghembuskan napas terakhir di Ruang Isolasi RSUD Buleleng, 1 Februari 2018 lalu. Korban Ketut Wijaya sebelum tewas diketahui sempat digigit anjing, namun tidak mendapatkan suntikan VAR.
Setelah reda selama 10 bulan pasca kematian Ketut Wijaya, kini suspec rabies merenggut nyawa Ni Made Mu. Perempuan berusia 40 tahun asal Desa Panji ini menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di Ruang Isolasi IGD RSUD Buleleng, Senin pagi sekitar pukul 07.41 Wita atau berselang 2 bulan pasca digigit anjing peliharaannya.
Korban Ni Made Mu meregang nyawa setelah sempat sehari semalam dirawat di RSUD Buleleng. Korban awalnya diterima di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng di Singaraja, Minggu (2/12) pagi pukul 05.30 Wita. Saat dibawa ke RS, korban sudah dalam konfisi keluhan lemas, ingin tidur, dan sakit kepala. Korban mengaku sempat digigit anjing peliharaannya, 3 Oktober 2018 lalu, yang meninggalkan bekas luka gigitan di atas payudara kanan dan di tangan kanan.
Namun, setelah mendapatkan perawatan tim medis, kondisi korban Ni Made Mu terus menurun. Korban pun sempat dirawat di Ruang Isolasi IGD RSUD Buleleng hingga akhirnya dinyatakan meninggal, Senin pagi pukul 07.41 Wita. “Dari hasil penanganan tim medis, korban memang dinyatakan suspect rabies,” ungkap Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara.
Jenazah korban Ni Made Mu kemarin pagi sudah langsung dibawa pulang oleh keluarganya, sekitar pukul 09.00 Wita. Namun, saat NusaBali menyambangi tumahnya di Banjar Bangah, Desa Panji, suasana tampak sepi. Ternyata, jenazah korban rabies ini dibawa ke rumah duka di Banjar Bingin Banjah, Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Hanya saja, saat disambangi NusaBali, pihak keluarga duka menolak untuk memberikan keterangan lebih jauh terkait kemarian korban Ni Made Mu. Keluarga pun meminta agar kasus gigitan anjing rabies yang dialami korban Ni Made Mu tidak diviralkan.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Bangah, Desa Panji, I Gede Kawan, meengakui ada 5 warganya yang digigit anjing suspect rabies, termasuk korban Ni Made Mu. Menurut Gede Kawan, pihaknya baru mendapat laporan terkait warganya digigit anjing dengan jumlah korban cukup banyak ini, Minggu (2/12) malam.
“Saya baru dapat kabar soal kasus gigitan anjing, kemarin malam (Minggu, Red). Setelah saya cek, ternyata ada 4 warga lainnya lagi yang sempat digigit anjing yang sama. Kasus ini baru terungkap, padahal kejadiannya sudah lama, sekitar 2 bulan,” cerita Gede Kawan saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Bangah, Desa Panji, Senin kemarin.
Selain korban Ni Made Mu, 4 warga sebanjar yang juga sempat digigit anjing diduga rabies, masing-masing Ketut Ngurah Artana, 50, dan Ida Bagus Komang Adi Kusuma, 21, Putu Kristian Imanuel Santosa, 5, dan Ni Komang Novia Rina Putri, 2. Mereka digigit anjing pada hari yang sama, 4 Oktober 2018.
Dari keterangan warga di RT 8, Banjar Bangah, kata Gede Kawan, anjing yang menggigit 5 warga sebanjar itu merupakan peliharaan korban Ni Made Mu. Anjing tersebut diduga dilepasliarkan pasca mengigigit majikannya. Korban Ni Made Mu sendiri merupakan penduduk pendatang yang baru tinggal di komplek rumah subsidi di Desa Panji, sejak 6 bulan lalu.
Setelah menggitit 5 warga sekaligus, termasuk majikannya, anjing yang diduga rabies itu akhirnya dibunuh warha, 6 Oktober 2018. Sayangnya, bangkai anjing yang diduga rabies itu tidak sempat diuji sampelnya. Sebab, bangkai anjing tersebut langsung diminta oleh seorang warga setepat, kemudian dijual ke dagang RW (olahan daging anjing) di wilayah Kecamatan Buleleng.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Senin sore, Kadis Pertanian Buleleng, I Nyoman Genep, mengatakan sudah mengatensi kasus gigitan anjing rabies tersebut. Hanya saja, Nyoman Genep menyayangkan peristiwa gigitan yang sudah terjadi 2 bulan lalu ini tidak dilaporkan warga. “Kami baru dapat laporan tadi pagi (kemarin). Begitu dapat laporan, staf kami langsung turun,” ujar Genep.
Mantan Kadis Lingkungan Hidup Buleleng ini uuga menyayangkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait kasus gigitan rabies yang masih sangat minim. Padahal, Dinas Pertanian selama ini sudah rutin melakukan sosialisasi dan vaksinasi massal. Terlebih, bangkai anjing yang diduga rabies justru dijual oknum warga setempat ke pedagang RW.
Pasca kasus di Desa Panji ini, Genep segera akan memetakan sebaran anjing liar di di lokasi untuk kemudian dilakukan tindakan selanjutnya. “Kalau eliminasi juga tidak serta merta bisa langsung dilakukan. Kadang saat ada petugas hendak lakukan eliminasi, ada warga yang pilih untuk mempertahankan anjing peliharaan yang dilepasliarkan,” keluh Genep.
Selain itu, kata Genep, pihaknya juga berencana memetakan pedagang RW di Buleleng, untuk selanjutnya ditindaklanjuti. “Kami akan koordinasikan dulu, karena kemarin dari provinsi ada upaya pemetaan. Nanti bagaimana seharusnya dan bagusnya-lah,” tandas birokrat asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini. *k23
1
Komentar