Jadi Tulang Punggung Keluarga dengan Jualan Sate dan Serombotan
Korban Ni Wayan Nik sempat terjatuh di kamar ketika petir menyambar belakang rumahnya. Dia pergi meninggalkan suami, 3 anak, dan 4 cucu.
Rumah Disambar Petir, Seorang Warga Banjar Babakan, Peringsari, Kecamatan Selat, Meninggal
AMLAPURA, NusaBali
Ni Wayan Nik, 51, warga Banjar Babakan, Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Karangasem, meregang nyawa lantaran bagian belakang rumahnya tersambar petir pada Sabtu (8/12) sekitar pukul 03.00 Wita. Korban yang menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan sate babi, pesan (pepes daging babi), dan serombotan itu meninggalkan seorang suami beserta empat orang cucu yang selama ini tinggal serumah dengannya.
Suami korban, I Made Yasa, ditemui di rumah duka Sabtu kemarin, menuturkan sepengetahuannya istrinya tidak memiliki riwayat sakit jantung atau mengeluhkan sakit tertentu. Kesehariannya kondisi istrinya segar bugar, dan melakukan aktivitas tanpa banyak keluhan. Sehari-hari, istrinya adalah tulang punggung keluarga. Made Yasa tidak bekerja karena kondisi kesehatannya terganggu, namun dia enggan menyebut penyakitnya.
Menurut Made Yasa, istrinya membuka warung di pinggir jalan, jaraknya sekitar 15 meter dari rumahnya, menjual sate babi, pesan, dan serombotan. Malam sebelum musibah terjadi, seperti biasa istrinya menutup warung pukul 20.30 Wita. Saat itu hujan lebat mulai turun disertai petir menggelegar.
“Istri saya ini sebagai tulang punggung keluarga. Dia jualan membuka warung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selama ini istri sehat-sehat saja, tidak mengeluhkan sakit apa-apa,” ucap Made Yasa di rumah duka.
Dirinya mengaku tidak kuat mencari nafkah, karena kondisi fisiknya mulai menurun, dan lebih sering tidak enak badan.
Lantaran seharian Ni Wayan Nik lelah berjualan dan karena hari hujan, setibanya di rumah dia langsung tidur. Sedangkan Made Yasa tidak bisa tidur, bukan karena mendapat firasat kurang bagus mengenai peristiwa yang menimpa istrinya, namun semata-mata karena hujan lebat disertai petir sambar menyambar membuatnya waswas. Apalagi Made Yasa sedang tidak enak badan.
Karena waswas itu, Made Yasa yang sekamar dengan istrinya Ni Wayan Nik, sampai pindah tempat tidur tiga kali. Dia merasa tidak tahan mendengar suara petir yang terus menggelegar. Namun akhirnya Made Yasa kembali masuk kamar, tidur bersama istrinya.
Sekitar pukul 03.00 Wita, Ni Wayan Nik sempat terjaga dari tidurnya berniat memanggil cucunya, Ni Putu Sugiantari, 13, untuk diminta tidur sekamar dengannya. Tetapi belum sempat memanggil cucunya, belakang rumahnya disambar petir. Rumahnya bergetar, mengakibatkan Ni Wayan Nik terjatuh dan terkapar di kamar. Dia sempat meminta tolong, kemudian pingsan.
Putra sulung pasutri Made Yasa dan Ni Wayan Nik, I Wayan Putu Yasa yang sudah berkeluarga dan tinggal satu pekarangan dengan orangtuanya, memberikan pertolongan untuk ibunya dengan mengantar ke Puskesmas Selat. Setiba di Puskesmas Selat, Ni Wayan Nik ditangani petugas jaga dr I Nyoman Sujati, tetapi korban dinyatakan telah meninggal. Diperkirakan Ni Wayan Nik meninggal saat jatuh di kamar di rumahnya, karena saat dievakuasi dia sama sekali tidak bergerak.
Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), terlihat jejak petir menyambar belakang rumah korban. Petir menyambar dari arah tenggara, awalnya menyambar pohon pepaya, kemudian menyambar pohon pisang hingga roboh, selanjutnya menyambar kandang ayam hingga jebol. Terakhir sambaran petir tampak pada tiang beton yang seperti terkena tembakan peluru. Sedangkan kilometer listrik yang ada di rumah itu langsung padam.
Ni Wayan Nik meninggalkan seorang suami, tiga orang anak, dan empat cucu. Jenazah Ni Wayan Nik telah dikuburkan pada Sabtu sore kemarin di Setra Desa Pakraman Selat, di Banjar Babakan, Desa Peringsari, Kecamatan Selat. Upacara ngurugin akan digelar pada Redite Pon Julungwangi, Minggu (9/12), dan upacara dengan membawa banten selengkapnya dilaksanakan pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (12/12). *k16
AMLAPURA, NusaBali
Ni Wayan Nik, 51, warga Banjar Babakan, Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Karangasem, meregang nyawa lantaran bagian belakang rumahnya tersambar petir pada Sabtu (8/12) sekitar pukul 03.00 Wita. Korban yang menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan sate babi, pesan (pepes daging babi), dan serombotan itu meninggalkan seorang suami beserta empat orang cucu yang selama ini tinggal serumah dengannya.
Suami korban, I Made Yasa, ditemui di rumah duka Sabtu kemarin, menuturkan sepengetahuannya istrinya tidak memiliki riwayat sakit jantung atau mengeluhkan sakit tertentu. Kesehariannya kondisi istrinya segar bugar, dan melakukan aktivitas tanpa banyak keluhan. Sehari-hari, istrinya adalah tulang punggung keluarga. Made Yasa tidak bekerja karena kondisi kesehatannya terganggu, namun dia enggan menyebut penyakitnya.
Menurut Made Yasa, istrinya membuka warung di pinggir jalan, jaraknya sekitar 15 meter dari rumahnya, menjual sate babi, pesan, dan serombotan. Malam sebelum musibah terjadi, seperti biasa istrinya menutup warung pukul 20.30 Wita. Saat itu hujan lebat mulai turun disertai petir menggelegar.
“Istri saya ini sebagai tulang punggung keluarga. Dia jualan membuka warung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selama ini istri sehat-sehat saja, tidak mengeluhkan sakit apa-apa,” ucap Made Yasa di rumah duka.
Dirinya mengaku tidak kuat mencari nafkah, karena kondisi fisiknya mulai menurun, dan lebih sering tidak enak badan.
Lantaran seharian Ni Wayan Nik lelah berjualan dan karena hari hujan, setibanya di rumah dia langsung tidur. Sedangkan Made Yasa tidak bisa tidur, bukan karena mendapat firasat kurang bagus mengenai peristiwa yang menimpa istrinya, namun semata-mata karena hujan lebat disertai petir sambar menyambar membuatnya waswas. Apalagi Made Yasa sedang tidak enak badan.
Karena waswas itu, Made Yasa yang sekamar dengan istrinya Ni Wayan Nik, sampai pindah tempat tidur tiga kali. Dia merasa tidak tahan mendengar suara petir yang terus menggelegar. Namun akhirnya Made Yasa kembali masuk kamar, tidur bersama istrinya.
Sekitar pukul 03.00 Wita, Ni Wayan Nik sempat terjaga dari tidurnya berniat memanggil cucunya, Ni Putu Sugiantari, 13, untuk diminta tidur sekamar dengannya. Tetapi belum sempat memanggil cucunya, belakang rumahnya disambar petir. Rumahnya bergetar, mengakibatkan Ni Wayan Nik terjatuh dan terkapar di kamar. Dia sempat meminta tolong, kemudian pingsan.
Putra sulung pasutri Made Yasa dan Ni Wayan Nik, I Wayan Putu Yasa yang sudah berkeluarga dan tinggal satu pekarangan dengan orangtuanya, memberikan pertolongan untuk ibunya dengan mengantar ke Puskesmas Selat. Setiba di Puskesmas Selat, Ni Wayan Nik ditangani petugas jaga dr I Nyoman Sujati, tetapi korban dinyatakan telah meninggal. Diperkirakan Ni Wayan Nik meninggal saat jatuh di kamar di rumahnya, karena saat dievakuasi dia sama sekali tidak bergerak.
Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), terlihat jejak petir menyambar belakang rumah korban. Petir menyambar dari arah tenggara, awalnya menyambar pohon pepaya, kemudian menyambar pohon pisang hingga roboh, selanjutnya menyambar kandang ayam hingga jebol. Terakhir sambaran petir tampak pada tiang beton yang seperti terkena tembakan peluru. Sedangkan kilometer listrik yang ada di rumah itu langsung padam.
Ni Wayan Nik meninggalkan seorang suami, tiga orang anak, dan empat cucu. Jenazah Ni Wayan Nik telah dikuburkan pada Sabtu sore kemarin di Setra Desa Pakraman Selat, di Banjar Babakan, Desa Peringsari, Kecamatan Selat. Upacara ngurugin akan digelar pada Redite Pon Julungwangi, Minggu (9/12), dan upacara dengan membawa banten selengkapnya dilaksanakan pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (12/12). *k16
1
Komentar