Garap Fragmentari, ISI Libatkan 100 Artis
Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menggelar One Night in Bali pada Sabtu malam (8/12) di Lagoon Garden Hotel Sultan, Jakarta.
JAKARTA, NusaBali
Acara bertujuan untuk melestarikan seni, budaya dan kuliner Bali. Plus mengumpulkan dana untuk kegiatan sosial yang mereka lakukan. "Acara ini merupakan sebuah charity yang kami kemas dalam One Night in Bali. Acara menampilkan seni dan budaya Bali. Ini terselenggara berkat inisiatif dari PHDI," ujar Ketua Panitia One Night in Bali I Wayan Susena saat memberi sambutan.
Dalam pergelaran ini, ISI Denpasar turut meramaikan acara, berkolaborasi dengan musisi dan penyanyi Bali seperti Anggis Devaki, Agung Ocha, Gus Tedja dan Balawan. Mereka membawakan fragmentari Mahligai Adiluhung Khatulistiwa.
Untuk mensukseskan fragmentari ini, mereka mengerahkan 100 orang terdiri dari pemusik, penari dan penabuh. Ditambah dengan perwakilan dari Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.
"Mahligai Adiluhung Khatulistiwa, kami garap khusus untuk One Night in Bali setelah Ketua PHDI Pusat dan Ketua Panitia berkunjung ke Bali serta bertemu rektor ISI Denpasar," ujar Mangku Ketut Garwa kepada NusaBali, Sabtu malam di Lagoon Garden Hotel Sultan, (8/12).
Persiapannya sendiri sekitar tiga bulan, tetapi mendekati acara mereka berlatih intensif. Bahkan dua minggu sebelum pertunjukan, mereka melakukan observasi ke lokasi.
Mereka menampilkan Mahligai Adiluhung Khatulistiwa karena sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini, khususnya Bali. Mahligai Adiluhung Khatulistiwa bermakna sebuah pulau yang indah dan damai, berperadaban luhur yang berbinar dalam rajutan garis khatulistiwa. Masyarakatnya penuh suka cita menggalang seni budaya di selatan bumi, Bali. Kisahnya menceritakan tentang Pulau Bali berbinar di tengah untaian khatulistiwa.
Pada suatu masa, tiba-tiba pulau itu redup. Terjadi gerhana bulan mencekam saat Bali dikuasai seorang raja kejam dan bengis bernama Mayadanawa. Namun atas perlindungan dewata, jaman kegelapan berlalu. Selanjutnya menuju era pencerahan.
Raja Dalem Waturenggong pada pada abad 15-16 menggemilangkan seni budaya Bali. Kemudian kemerdekaan Republik Indonesia membuka ruang kebebasan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Kini Bali ibarat gadis nan elok yang banyak menarik perhatian masyarakat dari segenap penjuru dunia. *k22
Dalam pergelaran ini, ISI Denpasar turut meramaikan acara, berkolaborasi dengan musisi dan penyanyi Bali seperti Anggis Devaki, Agung Ocha, Gus Tedja dan Balawan. Mereka membawakan fragmentari Mahligai Adiluhung Khatulistiwa.
Untuk mensukseskan fragmentari ini, mereka mengerahkan 100 orang terdiri dari pemusik, penari dan penabuh. Ditambah dengan perwakilan dari Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.
"Mahligai Adiluhung Khatulistiwa, kami garap khusus untuk One Night in Bali setelah Ketua PHDI Pusat dan Ketua Panitia berkunjung ke Bali serta bertemu rektor ISI Denpasar," ujar Mangku Ketut Garwa kepada NusaBali, Sabtu malam di Lagoon Garden Hotel Sultan, (8/12).
Persiapannya sendiri sekitar tiga bulan, tetapi mendekati acara mereka berlatih intensif. Bahkan dua minggu sebelum pertunjukan, mereka melakukan observasi ke lokasi.
Mereka menampilkan Mahligai Adiluhung Khatulistiwa karena sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini, khususnya Bali. Mahligai Adiluhung Khatulistiwa bermakna sebuah pulau yang indah dan damai, berperadaban luhur yang berbinar dalam rajutan garis khatulistiwa. Masyarakatnya penuh suka cita menggalang seni budaya di selatan bumi, Bali. Kisahnya menceritakan tentang Pulau Bali berbinar di tengah untaian khatulistiwa.
Pada suatu masa, tiba-tiba pulau itu redup. Terjadi gerhana bulan mencekam saat Bali dikuasai seorang raja kejam dan bengis bernama Mayadanawa. Namun atas perlindungan dewata, jaman kegelapan berlalu. Selanjutnya menuju era pencerahan.
Raja Dalem Waturenggong pada pada abad 15-16 menggemilangkan seni budaya Bali. Kemudian kemerdekaan Republik Indonesia membuka ruang kebebasan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Kini Bali ibarat gadis nan elok yang banyak menarik perhatian masyarakat dari segenap penjuru dunia. *k22
1
Komentar