Warga Ceningan Akan Konsumsi Air Laut Sulingan
Mesin pengolahan air laut menjadi air tawar, menggunakan mesin penyulingan atau Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) akan segera beroperasi di Dusun Ceningan Kawan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung.
SEMARAPURA, NusaBali
Pemkab Klungkung tengah menyiapkan dokumen untuk serah terima mesin itu, dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR), paling lambat Juni 2016. ”Kapasitas air yang dihasilkan dari mesin ini mencapai 5 liter/detik,” ujar Asisten II Setda Klungkung, Ketut Suayadnya, Selasa (26/4).
Pihaknya sudah mengujicoba mesin SWRO di Dusun Ceninan Kawan, selama dua hari penuh pada 22-24 Apri 2016 dengan tenaga listrik. Kapasitas mesin ini dapat mengaliri 1.300 sambungan rumah (SR), baik di Ceningan hingga ke Jungut Batu, Nusa Lembongan. Namun untuk uji coba baru dilakukan uji coba 200 SR di wilayah Ceningan dan sekitarnya. Pengelolaan nanti akan dilakukan PDAM Klungkung. “Kami ingin memastikan mesin ini tidak ada masalah, sebelum diserahkanterimakan,” katanya.
Proses pengolahan air dengan menggali lubang di areal lahan milik pemerintah, di dekat Pantai Dusun Ceningan. Untuk kedalaman mencapai 50 meter yang diangkat dengan pipa 6 dim. Setelah air laut itu naik, akan kembali disaring dengan berbabagi proses hingga kandungan garam itu benar-bernar hilang. “Bakteri terkecil sejenis mikroba pun akan lenyap, itu sudah diuji oleh ahlinya,” katanya.
Diharapkan mesin ini bisa mengatasi krisis air di areal tersebut. Selama ini warga Ceningan memanfaatkan sumur bor, namun rasa airnya asin. Kalau diolah dengan mesin SWRO rasa asin tersebut hilang. “Selama di sana (Ceningan) saya minum air laut olahan tersebut,” katanya.
Air ini akan dijual kisaran Rp 45.000/M3 jika digerakkan lewat tenaga listrik, kalau digerakkan dengan tenaga solar atau genset jatuhya Rp 65 ribu/M3. Kata dia, selama ini warga kerap membeli air minum 1,1 M3 seharga Rp 110 ribu. “Mudah-mudahan upaya ini bisa mengatasi kesulitan air di wilayah kepulauan ini,” harapnya.
Disampaikan, usulan pengadaan mesin tersebut sudah diajukan ke pusat pada 2010 lalu, namun karena ada kendala saat itu belum bisa dibantu. Namun hal itu baru direaliasaikan pada 2015. Dengan menghabiskan anggaran Rp 20 miliar lebih. “Kami hanya mengelola, jika terjadi kerusakan signifikan masih menjadi tanggungan pusat,” katanya. 7 w
1
Komentar