Relawan Asing Bantu Mengajar di Pasraman
Sejumlah relawan asing membantu mengajar di Pasraman Lascarya Parama Seva, Banjar Darma Winangun, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Relawan yang mengajar di pasraman dating dan pergi. Setiap yang datang disambut dengan kalungan bunga, yang pergi juga diberikan sertifikat dan kalungan bunga di acara perpisahan.
Pengelola Pasraman Lascarya Parama Seva, I Made Putu Kawi, mengungkapkan para relawan asing itu siap mengajar selama dua minggu. Para relawan itu yakni Catalina Valdes dari Chili, Katharina Filla dari Jerman, Victoria R dari Jerman, Leonie S dari Jerman, dan lainnya. Kedatangannya disambut kalungan bunga dan langsung berkenalan di hadapan 210 siswa yang terbagi 12 kelas. Dari 210 siswa itu secara umum terbagai dua kelompok, kelompok sunshie sebanyak 53 siswa, dan kelompok pre school sebanyak 47 siswa.
Siswa sebelum TK sebanyak 1 kelas, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang menaungi kelompok bermain dan TK sebanyak 3 kelas, siswa yang telah duduk di kelas I dan kelas II SD sebanyak 2 kelas, kelas A menampung siswa kelas IV-VI SD sebanyak 3 kelas, kelas B siswanya yang telah sekolah kelas VII-IX SMP sebanyak 2 kelas, kelas C yang tengah belajar di SMA/SMK sebanyak 1 kelas. Siswa yang tergabung tidak dipungut biaya, biaya operasionalnya ditanggung pengelola. Segenap siswa juga kebagian fasilitas belajar seperti buku, dan pensil sumbangan relawan.
I Made Putu Kawi Suardana mengatakan, relawan asing yang datang lebih dominan mengajar bahasa Inggris. Siswa berkesempatan berkomunikasi langsung menggunakan bahasa Inggris, sehingga bisa dikatakan praktek langsung. Selain mendapatkan secara teori, juga praktek kepada wisatawan asing. “Makanya siswa di Pasraman Lascarya Parama Seva rata-rata fasih berbahasa Inggris,” jelas Kawi Suardana. Pasraman dibangun tahun 2012. Selanjutnya minatnya terus berkembang hingga tahun 2018, mampu mendirikan 12 kelas di lahan miliknya secara bertahap.
Aktivitasnya itu di luar jam sekolah, di antaranya aktivitas majajahitan canang, yoga, dan belajar bahasa Inggris. “Relawan asing antre mendaftar untuk mengajar. Makanya datangnya bergilir, rata-rata yang mengajar 4-5 relawan asing. Selanjutnya setelah berpisah, datang lagi relawan berikutnya, karena telah jadi langganan tiap tahun,” tambahnya. Dalam pengelolaannya, Kawi Suardana dibantu I Gede Novaldi (anak), I Made Deso Sagita (anak), I Gede Yuda Alan, Ni Luh Sutiani dan lainnya. Sedangkan relawan lokal I Gede Novaldi dan I Gede Yuda Alan memberikan pelajaran bidang yoga. *k16
Relawan yang mengajar di pasraman dating dan pergi. Setiap yang datang disambut dengan kalungan bunga, yang pergi juga diberikan sertifikat dan kalungan bunga di acara perpisahan.
Pengelola Pasraman Lascarya Parama Seva, I Made Putu Kawi, mengungkapkan para relawan asing itu siap mengajar selama dua minggu. Para relawan itu yakni Catalina Valdes dari Chili, Katharina Filla dari Jerman, Victoria R dari Jerman, Leonie S dari Jerman, dan lainnya. Kedatangannya disambut kalungan bunga dan langsung berkenalan di hadapan 210 siswa yang terbagi 12 kelas. Dari 210 siswa itu secara umum terbagai dua kelompok, kelompok sunshie sebanyak 53 siswa, dan kelompok pre school sebanyak 47 siswa.
Siswa sebelum TK sebanyak 1 kelas, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang menaungi kelompok bermain dan TK sebanyak 3 kelas, siswa yang telah duduk di kelas I dan kelas II SD sebanyak 2 kelas, kelas A menampung siswa kelas IV-VI SD sebanyak 3 kelas, kelas B siswanya yang telah sekolah kelas VII-IX SMP sebanyak 2 kelas, kelas C yang tengah belajar di SMA/SMK sebanyak 1 kelas. Siswa yang tergabung tidak dipungut biaya, biaya operasionalnya ditanggung pengelola. Segenap siswa juga kebagian fasilitas belajar seperti buku, dan pensil sumbangan relawan.
I Made Putu Kawi Suardana mengatakan, relawan asing yang datang lebih dominan mengajar bahasa Inggris. Siswa berkesempatan berkomunikasi langsung menggunakan bahasa Inggris, sehingga bisa dikatakan praktek langsung. Selain mendapatkan secara teori, juga praktek kepada wisatawan asing. “Makanya siswa di Pasraman Lascarya Parama Seva rata-rata fasih berbahasa Inggris,” jelas Kawi Suardana. Pasraman dibangun tahun 2012. Selanjutnya minatnya terus berkembang hingga tahun 2018, mampu mendirikan 12 kelas di lahan miliknya secara bertahap.
Aktivitasnya itu di luar jam sekolah, di antaranya aktivitas majajahitan canang, yoga, dan belajar bahasa Inggris. “Relawan asing antre mendaftar untuk mengajar. Makanya datangnya bergilir, rata-rata yang mengajar 4-5 relawan asing. Selanjutnya setelah berpisah, datang lagi relawan berikutnya, karena telah jadi langganan tiap tahun,” tambahnya. Dalam pengelolaannya, Kawi Suardana dibantu I Gede Novaldi (anak), I Made Deso Sagita (anak), I Gede Yuda Alan, Ni Luh Sutiani dan lainnya. Sedangkan relawan lokal I Gede Novaldi dan I Gede Yuda Alan memberikan pelajaran bidang yoga. *k16
1
Komentar