'Barong dan Rangda' Ditenggelamkan di Pemuteran
Dua buah struktur terumbu karang berbentuk barong dan rangda, yang mewakili konsep Rwa Bineda dalam Pemuteran Bay Festival (PBF) ditenggelamkan di perairan Pemuteran, Kamis (13/12) sore.
SINGARAJA, NusaBali
Kedua struktur itu ditenggelamkan dengan melibatkan 31 orang penyelam lokal, nasional dan juga luar negeri. Sebelum ditenggelamkan ke dalam air di kedalaman 20 meter berjarak 1,6 kilometer dari bibir pantai, dua struktur itu sudah dipelaspas pada Rabu (12/12) malam, saat upacara pembukaan PBF. Secara fisik struktur barong dan rangda itu digarap langsung oleh masyrakat Desa Pemuteran sekitar sebulan penuh. Mereka berkreasi membuat sosok barong dengan tinggi dua meter panjang tiga meter, sedangkan rangda dengan ukutan tinggi sekitar tiga meter dan lebar satu meter. Struktur yang disiapkan untuk tumbuhnya terumbu karang itu dibuat dengan rangkaian kawat, dan beton serta kulit di beberapa bagiannya.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan dipilihnya bentuk barong dan rangda dalam struktur terumbu karang itu dikaitkan dengan tema yang diangkat dalam PBF yang kedua di tahun 2018. Menurutnya PBF yang merupakan ajang promosi pariwisata di Buleleng ini digarap bersama pelaku wisata dan masyarakat setempat, tetap menonjolkan konsep konservasi. Sehingga Pemuteran yang menjual keindahan lautnya juga konsisten dalam hal pelestarian.
“Sebenarnya penenggelaman struktur terumbu karang itu bukan kali pertama. Sampai saat ini sudah ada 127 struktur terumbu karang di laut pemuteran dengan berbagai macam bentuk. Struktur-struktur itu nantinya akan dipakai pelestarian terumbu karang dengan sistem biorock, nanti di pinggir kawat-kawat itu bisa tumbuh terumbu karang setelah beberapa lama ditenggelamkan,” kata Sutrisna.
Sementara itu dalam pelaksanaan PBF tahun ini disebutnya mengambil tema Rwa Bineda, mencoba mencoba menggali perbedaan untuk pariwisata berkelanjutan. Rwa Bineda pun dikatakan Sutrisna adalah proses mencari keseimbangan yang dilakukan dengan upaya konservasi.
“Rwa Bineda bukan soal sisi gelap dan terang, tetapi lebih pada upaya penyeimbangan. Seperti halnya konservasi laut yang sangat getol dilakukan masyarakat di sini juga sebagai upaya menyeimbangkan kelestarian laut yang dulu banyak dirusak degan cara pencarian ikan yang tidak benar, seperti pengeboman dan perusakan terumbu karang,” imbuh Sutrisna yang juga Kelian Desa Pakraman Buleleng ini.
Selain kegiatan konservasi dalam penyelenggaraan PBF dari tanggal 12-15 Desember juga menghadirkan sejumlah pementasan seni dan tradisi di seputaran Desa Pemuteran, hiburan yang diramaikan sejumlah artis, workshop pengolahan sampah plastik dan pengelolaan bisnis serta penjualan bisnis wisata dengan melibatkan 19 kompeni table top, bekerjasama dengan sejumlah travel agent.*k23
Kedua struktur itu ditenggelamkan dengan melibatkan 31 orang penyelam lokal, nasional dan juga luar negeri. Sebelum ditenggelamkan ke dalam air di kedalaman 20 meter berjarak 1,6 kilometer dari bibir pantai, dua struktur itu sudah dipelaspas pada Rabu (12/12) malam, saat upacara pembukaan PBF. Secara fisik struktur barong dan rangda itu digarap langsung oleh masyrakat Desa Pemuteran sekitar sebulan penuh. Mereka berkreasi membuat sosok barong dengan tinggi dua meter panjang tiga meter, sedangkan rangda dengan ukutan tinggi sekitar tiga meter dan lebar satu meter. Struktur yang disiapkan untuk tumbuhnya terumbu karang itu dibuat dengan rangkaian kawat, dan beton serta kulit di beberapa bagiannya.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan dipilihnya bentuk barong dan rangda dalam struktur terumbu karang itu dikaitkan dengan tema yang diangkat dalam PBF yang kedua di tahun 2018. Menurutnya PBF yang merupakan ajang promosi pariwisata di Buleleng ini digarap bersama pelaku wisata dan masyarakat setempat, tetap menonjolkan konsep konservasi. Sehingga Pemuteran yang menjual keindahan lautnya juga konsisten dalam hal pelestarian.
“Sebenarnya penenggelaman struktur terumbu karang itu bukan kali pertama. Sampai saat ini sudah ada 127 struktur terumbu karang di laut pemuteran dengan berbagai macam bentuk. Struktur-struktur itu nantinya akan dipakai pelestarian terumbu karang dengan sistem biorock, nanti di pinggir kawat-kawat itu bisa tumbuh terumbu karang setelah beberapa lama ditenggelamkan,” kata Sutrisna.
Sementara itu dalam pelaksanaan PBF tahun ini disebutnya mengambil tema Rwa Bineda, mencoba mencoba menggali perbedaan untuk pariwisata berkelanjutan. Rwa Bineda pun dikatakan Sutrisna adalah proses mencari keseimbangan yang dilakukan dengan upaya konservasi.
“Rwa Bineda bukan soal sisi gelap dan terang, tetapi lebih pada upaya penyeimbangan. Seperti halnya konservasi laut yang sangat getol dilakukan masyarakat di sini juga sebagai upaya menyeimbangkan kelestarian laut yang dulu banyak dirusak degan cara pencarian ikan yang tidak benar, seperti pengeboman dan perusakan terumbu karang,” imbuh Sutrisna yang juga Kelian Desa Pakraman Buleleng ini.
Selain kegiatan konservasi dalam penyelenggaraan PBF dari tanggal 12-15 Desember juga menghadirkan sejumlah pementasan seni dan tradisi di seputaran Desa Pemuteran, hiburan yang diramaikan sejumlah artis, workshop pengolahan sampah plastik dan pengelolaan bisnis serta penjualan bisnis wisata dengan melibatkan 19 kompeni table top, bekerjasama dengan sejumlah travel agent.*k23
Komentar