Bunga Bangkai Mekar di Setra Desa Pakraman Lumbanan
Sekuntum bunga langka, yakni, bunga bangkai mekar di wewidangan setra Desa Pakraman Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Tak ada yang mengetahui pasti kapan bunga langka itu pertama membuka kelopak bunganya. Krama desa pakraman Lumbanan, Lingkungan Sumbanan, Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng baru mengetahuinya saat upacara pengabenan seorang warga yang meninggal dunia.
Bunga langka yang tumbuh dan mekar di tebing sebelah barat setra itu pertamakali diketahui oleh Ketut Subrata, 32. Saat itu dia yang merupakan angota sekaa gong sedang gaturang ayah magambel saat upacara pangabenan salah seorang krama setempat, pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (12/12) sekitra pukul 10.00 WITA.
Saat itu ia dan sekaa gong lainnya memang berada lebih awal di setra, dan mengambil posisi tepat sebelah tibur tebing yang ditumbuhi bunga bangkai. Subrata pun baru menyadari bunga bangkai yang tumbuh diantara semak itu, seusai makan saat melihat warna mencolok dari semak belukar. “Saya habis makan saat itu mau cuci tangan, kok lihat ada warna merah-merah, penasaran juga, ada sedikit bau juga, setelah teman saya turun dan memastikan ternyata bunga bangkai,” ujarnya yang menunjukkan kembali bunga bangkai, Jumat (14/12) siang kemarin.
Setelah dipastikan bunga itu adalah bunga bangkai, temannya yang juga sekaa gong, Kadek Mardika, 36, bergegas turun ke tebing yang tak lebih sedalam satu setelngah meter, untuk membersihkan semak-semak yang ada di sekitarnya. “Jadi yang tahu hanya sekaa gong sama beberapa anggota keluarga yang halangan,” katanya.
Subrata yang asli Lumbanna mengaku bunga langka itu baru pertama kali ditemui di lingkungan tempat tinggalnya. Namun saat NusaBali ke lokasi bunga bangkai berukuran diameter tiga puluh senti itu sudah mulai layu dan baunya pun sudah tak menyengat.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi dikonfirmasi terpisah membenarkan jika bunga itu adalah bunga bangkai. Hal itu dipastikan dari bentuk dan bau yang dikeluarkan oleh bunga. Meski ukurannya lebih kecil dari bunga bangkai yang ada di Bengkulu, bunga bangkai itu sering ditemukan di dalam hutan dan perkebunan warga di Bali.
“Bunga bangkai itu banyak familinya, termasuk bunga dari tumbuhan suweg di Bali. Bedanya dengan bunga bangkai, umbi suweg bisa dikonsumsi. Biasanya disekitar bunga ada batang tanaman yang memang hidup. Tapi yang di setra ini sepertinya lebih ke bunga bangkai dilihat dari bentuknya,” katanya. *k23
Tak ada yang mengetahui pasti kapan bunga langka itu pertama membuka kelopak bunganya. Krama desa pakraman Lumbanan, Lingkungan Sumbanan, Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng baru mengetahuinya saat upacara pengabenan seorang warga yang meninggal dunia.
Bunga langka yang tumbuh dan mekar di tebing sebelah barat setra itu pertamakali diketahui oleh Ketut Subrata, 32. Saat itu dia yang merupakan angota sekaa gong sedang gaturang ayah magambel saat upacara pangabenan salah seorang krama setempat, pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (12/12) sekitra pukul 10.00 WITA.
Saat itu ia dan sekaa gong lainnya memang berada lebih awal di setra, dan mengambil posisi tepat sebelah tibur tebing yang ditumbuhi bunga bangkai. Subrata pun baru menyadari bunga bangkai yang tumbuh diantara semak itu, seusai makan saat melihat warna mencolok dari semak belukar. “Saya habis makan saat itu mau cuci tangan, kok lihat ada warna merah-merah, penasaran juga, ada sedikit bau juga, setelah teman saya turun dan memastikan ternyata bunga bangkai,” ujarnya yang menunjukkan kembali bunga bangkai, Jumat (14/12) siang kemarin.
Setelah dipastikan bunga itu adalah bunga bangkai, temannya yang juga sekaa gong, Kadek Mardika, 36, bergegas turun ke tebing yang tak lebih sedalam satu setelngah meter, untuk membersihkan semak-semak yang ada di sekitarnya. “Jadi yang tahu hanya sekaa gong sama beberapa anggota keluarga yang halangan,” katanya.
Subrata yang asli Lumbanna mengaku bunga langka itu baru pertama kali ditemui di lingkungan tempat tinggalnya. Namun saat NusaBali ke lokasi bunga bangkai berukuran diameter tiga puluh senti itu sudah mulai layu dan baunya pun sudah tak menyengat.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi dikonfirmasi terpisah membenarkan jika bunga itu adalah bunga bangkai. Hal itu dipastikan dari bentuk dan bau yang dikeluarkan oleh bunga. Meski ukurannya lebih kecil dari bunga bangkai yang ada di Bengkulu, bunga bangkai itu sering ditemukan di dalam hutan dan perkebunan warga di Bali.
“Bunga bangkai itu banyak familinya, termasuk bunga dari tumbuhan suweg di Bali. Bedanya dengan bunga bangkai, umbi suweg bisa dikonsumsi. Biasanya disekitar bunga ada batang tanaman yang memang hidup. Tapi yang di setra ini sepertinya lebih ke bunga bangkai dilihat dari bentuknya,” katanya. *k23
Komentar