Gung Edi 'Beralih' Jadi YouTuber Lewat Ngeremoon
Menjajal kreativitas dan menuangkan ide ke dalam sebuah video, membuat Gung Edi, salah satu penyanyi Bali era 90’an, punya hobi baru.
DENPASAR, NusaBali
Ya, kini pria berkacamata itu ‘menjelma’ jadi seorang YouTuber. Lewat channel pribadinya, Ngeremoon, penyanyi yang tergabung dalam Badeng Band ini, tengah menikmati hobi barunya itu.
Gung Edi mengatakan, Ngeremoon berarti bicara sendiri dan diambil dari bahasa asli Karangasem. Gung Edi yang dikenal lewat lagu ‘Gak Level’ ini juga beberapa kali terlihat wara wiri berkolaborasi dengan Puja Astawa, YouTuber asal Buleleng yang saat ini tengah naik daun. Tak mau sekedar membuat karya, Gung Edi pun selalu membuat konsep yang matang dan tidak asal memilih tawaran job. “Kalau sembarangan saya ambil, apa bedanya saya dengan yang lain,” ujarnya.
Ia pun tak menyangka respon netizen sangat bagus terhadap karyanya. Baginya, dunia YouTube telah membawanya ke dalam kehidupan baru. “Saya tak menyangka ini terjadi, lalu saya fokuskan diri pada konten komedi serta interview,” katanya.
Melalui chanel Ngeremoon, pria berkacamata ini mulai menuai pundi-pundi rupiah. Namun, Gung Edi enggan mengatakan berapa rupiah yang ia mampu dapatkan dari menjadi seorang YouTuber, dengan dalih rahasia dapur. “Bukan takut kena pajak namun takutnya akan menimbulkan hal negatif,” ujarnya,
Lalu, apakah ia akan meninggalkan dunia musik? Menurut Gung Edi, baik musik ataupun YouTube, ia masih memilih keduanya sebagai dasar atas kesukaan. “Saya suka keduanya,” imbuhnya.
Akan tetapi, menurutnya skena lagu Bali belakangan dianggap sedang mati suri yang disebabkan oleh mereka sendiri. Mulai dari kualitas hingga musikalitas, ia lihat sangat monoton dan terkesan membosankan. Ia membandingkan dengan era 90'an dan saat ini, dimana lagu Bali menurutnya lebih kepada ladang bisnis tanpa melihat kualitas dari penyanyi itu sendiri. “Sekarang punya uang Rp 500 ribu sudah bisa punya satu single, dan kecanggihan teknologi mengelabui semuanya. Yang saya lihat saat ini lebih banyak bicara harga bukan kualitas,” cetusnya.
Ia menyarankan kepada siapapun yang ingin meniti karir sebagai seorang musisi hendaknya membuka wawasan agar musikalitas lebih baik dan musik pun lebih beragam. “Jangan takut menjadi diri sendiri,” pesannya. *ind
Gung Edi mengatakan, Ngeremoon berarti bicara sendiri dan diambil dari bahasa asli Karangasem. Gung Edi yang dikenal lewat lagu ‘Gak Level’ ini juga beberapa kali terlihat wara wiri berkolaborasi dengan Puja Astawa, YouTuber asal Buleleng yang saat ini tengah naik daun. Tak mau sekedar membuat karya, Gung Edi pun selalu membuat konsep yang matang dan tidak asal memilih tawaran job. “Kalau sembarangan saya ambil, apa bedanya saya dengan yang lain,” ujarnya.
Ia pun tak menyangka respon netizen sangat bagus terhadap karyanya. Baginya, dunia YouTube telah membawanya ke dalam kehidupan baru. “Saya tak menyangka ini terjadi, lalu saya fokuskan diri pada konten komedi serta interview,” katanya.
Melalui chanel Ngeremoon, pria berkacamata ini mulai menuai pundi-pundi rupiah. Namun, Gung Edi enggan mengatakan berapa rupiah yang ia mampu dapatkan dari menjadi seorang YouTuber, dengan dalih rahasia dapur. “Bukan takut kena pajak namun takutnya akan menimbulkan hal negatif,” ujarnya,
Lalu, apakah ia akan meninggalkan dunia musik? Menurut Gung Edi, baik musik ataupun YouTube, ia masih memilih keduanya sebagai dasar atas kesukaan. “Saya suka keduanya,” imbuhnya.
Akan tetapi, menurutnya skena lagu Bali belakangan dianggap sedang mati suri yang disebabkan oleh mereka sendiri. Mulai dari kualitas hingga musikalitas, ia lihat sangat monoton dan terkesan membosankan. Ia membandingkan dengan era 90'an dan saat ini, dimana lagu Bali menurutnya lebih kepada ladang bisnis tanpa melihat kualitas dari penyanyi itu sendiri. “Sekarang punya uang Rp 500 ribu sudah bisa punya satu single, dan kecanggihan teknologi mengelabui semuanya. Yang saya lihat saat ini lebih banyak bicara harga bukan kualitas,” cetusnya.
Ia menyarankan kepada siapapun yang ingin meniti karir sebagai seorang musisi hendaknya membuka wawasan agar musikalitas lebih baik dan musik pun lebih beragam. “Jangan takut menjadi diri sendiri,” pesannya. *ind
Komentar