Pasca Kremona Ambruk di Puspem Badung
Musibah terjadi saat proyek pembangunan Balai Budaya Graha Mangu Mandala di kompleks Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Badung, Rabu (12/12).
Abdul Hasan Alami Patah Tulang Rahang
DENPASAR, NusaBali
Sebuah rangka atap berbahan baja (kremona) ambruk dan menimpa empat pekerja, hingga harus dilarikan ke RSUD Mangusada. Satu diantaranya harus dirawat di RSUP Sanglah Denpasar.
Tiga pekerja yang jadi korban yakni Jainuri, 26, Subeki, 34, dan Arifin, 29, mendapat perawatan di RSUD Mangusada. Sedangkan pekerja yang harus dirujuk ke RSUP Sanglah adalah Abdul Hasan, 42. Ia dirujuk karena mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan patah tulang rahang. Lantaran luka tersebut, ia harus mendapat 10 jahitan di kepala dan 8 jahitan di bagian dagu. Bahkan, ia juga harus menjalani operasi dalam waktu dekat akibat patah tulang pada rahangnya itu.
“Rencananya besok baru akan dioperasi. Sementara ini, selama empat hari rahang saya bengkak. Sampe gak bisa makan, hanya minum jus saja. Tadi malam baru mau kempes dan agak enakan,” tuturnya, Minggu (16/12) di Ruang MS RSUP Sanglah.
Beruntungnya, tidak ada korban meninggal dalam kejadian ini. Seluruh penanganan medis di rumah sakit juga sudah dijamin oleh perusahaan. Saat disinggung mengenai kronologi kejadian, Abdul Hazan mengaku tidak ingat persis. Karena saat kejadian, ia sempat pingsan.
“Yang saya ingat, waktu itu dapat instruksi disuruh cepat turun oleh pimpinan. Tapi, belum sempat turun tiba-tiba ambruk gitu aja. Begitu jatuh saya sudah gak sadar. Tahu-tahu sudah ada di dalam mobil menuju ke rumah sakit,” ceritanya.
Abdul mengaku baru 20 hari bekerja di Bali. Namun pengalamannya bekerja memasang kerangka baja sudah 19 tahun dan di berbagai wilayah di Indonesia. Hanya saja ia mengakui, kalau ini pertama kalinya ia mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah.
Dalam pengerjaan proyek tersebut, Abdul hanya bagian kerangka baja, Ia menduga ada kesalahan dalam pengerjaan angkur besi yang dilakukan pihak pengerja lainnya. Sehingga kejadian tersebut tidak bisa dihindari. “Saya hanya bagian kerangka baja saja. Kalau soal pasang angkur bukan tugas kami. Kalau angkur besi yang ditanam dalam cor itu kuat, gak mungkin bakal kejadian kayak gini,” katanya menduga-duga.
Ia juga mengungkapkan, sebelumnya saat survey pertama di lokasi proyek, ia sudah merasa tak sreg dengan konstruksi angkur yang sudah dibangun sebelumnya. Sedangkan beban kerangka baja yang harus ditanggung di atas mencapai 1.200 ton. “Setelah dievaluasi, cor-coran-nya gak kuat, dan akhirnya jadi geser lalu rubuh. Sehingga kerangka kami kena dampaknya. Padahal yang baru kita pasang itu hanya sekitar 20 persen sekitar 25 ton,” imbuhnya. *ind
DENPASAR, NusaBali
Sebuah rangka atap berbahan baja (kremona) ambruk dan menimpa empat pekerja, hingga harus dilarikan ke RSUD Mangusada. Satu diantaranya harus dirawat di RSUP Sanglah Denpasar.
Tiga pekerja yang jadi korban yakni Jainuri, 26, Subeki, 34, dan Arifin, 29, mendapat perawatan di RSUD Mangusada. Sedangkan pekerja yang harus dirujuk ke RSUP Sanglah adalah Abdul Hasan, 42. Ia dirujuk karena mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan patah tulang rahang. Lantaran luka tersebut, ia harus mendapat 10 jahitan di kepala dan 8 jahitan di bagian dagu. Bahkan, ia juga harus menjalani operasi dalam waktu dekat akibat patah tulang pada rahangnya itu.
“Rencananya besok baru akan dioperasi. Sementara ini, selama empat hari rahang saya bengkak. Sampe gak bisa makan, hanya minum jus saja. Tadi malam baru mau kempes dan agak enakan,” tuturnya, Minggu (16/12) di Ruang MS RSUP Sanglah.
Beruntungnya, tidak ada korban meninggal dalam kejadian ini. Seluruh penanganan medis di rumah sakit juga sudah dijamin oleh perusahaan. Saat disinggung mengenai kronologi kejadian, Abdul Hazan mengaku tidak ingat persis. Karena saat kejadian, ia sempat pingsan.
“Yang saya ingat, waktu itu dapat instruksi disuruh cepat turun oleh pimpinan. Tapi, belum sempat turun tiba-tiba ambruk gitu aja. Begitu jatuh saya sudah gak sadar. Tahu-tahu sudah ada di dalam mobil menuju ke rumah sakit,” ceritanya.
Abdul mengaku baru 20 hari bekerja di Bali. Namun pengalamannya bekerja memasang kerangka baja sudah 19 tahun dan di berbagai wilayah di Indonesia. Hanya saja ia mengakui, kalau ini pertama kalinya ia mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah.
Dalam pengerjaan proyek tersebut, Abdul hanya bagian kerangka baja, Ia menduga ada kesalahan dalam pengerjaan angkur besi yang dilakukan pihak pengerja lainnya. Sehingga kejadian tersebut tidak bisa dihindari. “Saya hanya bagian kerangka baja saja. Kalau soal pasang angkur bukan tugas kami. Kalau angkur besi yang ditanam dalam cor itu kuat, gak mungkin bakal kejadian kayak gini,” katanya menduga-duga.
Ia juga mengungkapkan, sebelumnya saat survey pertama di lokasi proyek, ia sudah merasa tak sreg dengan konstruksi angkur yang sudah dibangun sebelumnya. Sedangkan beban kerangka baja yang harus ditanggung di atas mencapai 1.200 ton. “Setelah dievaluasi, cor-coran-nya gak kuat, dan akhirnya jadi geser lalu rubuh. Sehingga kerangka kami kena dampaknya. Padahal yang baru kita pasang itu hanya sekitar 20 persen sekitar 25 ton,” imbuhnya. *ind
Komentar