Belajar Ketekunan dari Pengusaha Kerupuk Kulit Ikan Patin asal Tabanan Bali
Sempat alami kerugian sebesar 1.2 milyar dan berhutang di bank.
TABANAN, NusaBali.com
Namanya I Wayan Rubadiana yang akrab disapa Yande, asal Desa Abiantuwung, Kediri, Tabanan. Ia baru saja akan bangkit dari keterpurukan, sejak usaha borong bangunan dan ternak ayam potongnya mengalami kerugian. Tidak tanggung-tanggung, Yande harus merugi sekitar 1.2 milyar dan berhutang di bank.
Dalam kondisi terpuruk itu, Yande iseng mengamati seorang penjual kerupuk ikan yang tidak jauh dari rumahnya. Sambil mengunyah, lidahnya tidak henti meraba rasa, otaknya pun memutar. Dilihat dari pangsa pasar si penjual, kerupuk itu terbilang laris, walau ia menilai rasanya kurang pas di lidah.
Berbekal pengamatan itu, Yande perlahan mencari tahu dan menangkap peluang yang tersuguh. Dicobanya untuk membeli kulit ikan salmon di pabrik dekat rumahnya, Yande pun memulai lagi perjalanan bisnisnya dengan berjualan kerupuk kulit ikan salmon yang dibantu oleh resep spesial sang ibu. Setelah dipasarkan, ternyata sambutan pembeli cukup meriah.
Barulah, di tahun 2016, Yande semakin mantap untuk mengelola usaha kerupuk kulit ikannya. Namun, masalah baru datang lagi. Kulit ikan salmon yang sedari Rp5.000 per Kg berangsur melonjak menjadi Rp75.000 per Kg. Tidak mau terpuruk lagi, Yande pun memutar stir sedikit ke kulit ikan patin yang harganya lebih terjangkau dan ketersediaannya melimpah. Jika dipikir-pikir, rasa dan nutrisinya pun tidak kalah dari kulit ikan salmon.
Foto: Potret Yande Bersama Bisnisnya saat Pameran HUT Kota Tabanan (29/11) - Dok. NusaBali.com
Kini, Yande semakin fokus membesarkan usaha kerupuk kulit ikan patinnya yang diberi nama ‘Kerupuk Kulit Ikan Patin Dua Rasa’ yang terdiri dari rasa original dan pedas. Menurutnya, racikan bumbu khas ibunya menjadi karakter tersendiri yang mampu bersaing di kancah perkerupukan dunia. Selain menjual kerupuk yang telah digoreng, Yande juga memberi pilihan lain pada pembeli untuk membeli bahan mentah kerupuk ikan patin tersebut.
Yande boleh berbangga karena kini per hari dirinya telah memproduksi sekitar 1 ton bahan kerupuk yang dibantu oleh 15 orang karyawannya. Namun, di atas segala kebangkitan itu, Yande tidak ingin lengah. Ia merasa perlu untuk menata bisnisnya kembali agar penjualannya meningkat. Bertemulah ia dengan Program TREND (Tourism based Retail Entrepreneurs Development) yang dimotori oleh PT HM Sampoerna Tbk. dan Yayasan BEDO (Business & export Development Organization).
Dalam program tersebut, bisnis Yande dibimbing dari berbagai hal, mulai dari penataan tempat kerja, proses operasional produk, hingga strategi pemasaran pun tak luput dari pelatihan tersebut. Contoh sederhana saja, ternyata memisahkan alas kaki yang digunakan di dapur dan kantor itu sangat penting, agar masing-masing tempat menjadi bersih dan memberi kenyamanan dalam bekerja. Selain itu, pengemasan ulang produk juga dirasa penting untuk meningkatkan nilai jual. Sampoerna pun telah membantu mendesain kemasan kerupuk ikan patin milik Yande yang tadinya polos hingga kini semakin berwarna dan menarik minat untuk membeli.
Gayung bersambut, kini bisnis Yande telah mengantongi izin edar PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, sehingga dirinya memiliki akses untuk lebih meluaskan pasarnya tidak hanya di Bali, melainkan hingga ke pulau-pulau lain, bahkan luar negeri. Yande pun ingin berinovasi dengan memanfaatkan media online sebagai perpanjangan tangan bisnisnya. *ph
Komentar