Peternak Pertanyakan Jatah Jagung Impor
Peternak ayam petelur maupun pedaging di Bangli mengaku kelimpungan karena Bali tidak mendapat kuota jagung impor. Peternak pun mempertanyakan langkah pemerintah menyikapi situasi ini, apalagi harga pakan merangkak naik.
BANGLI, NusaBali
Menurut peternak, jagung impor bisa mensuport kebutuhan peternak sampai masa panen jagung.
Salah seorang peternak, I Kadek Budiarta, mengatakan pasokan jagung untuk Bali dan Bangli minim, justru tidak mendapat kuota jagung impor. Peternak asal Banjar Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli ini mengatakan tahun sebelumnya Bali mendapat kuota jagung impor 3.000 ton dan pendistribusian melalui Bulog. Jumlah tersebut disebar di seluruh Bali. Meski jumlah tersebut tidak bertahan lama, namun bisa menekan harga pokok produksi (HPP).
Dikatakan, harga jagung lokal saat ini Rp 5.700 per kilogram sedangkan jagung impor Rp 4.000 per kilogram. Ada perbedaan harga yang cukup besar. Jika peternak bisa memperoleh harga yang lebih murah, maka akan dapat menghemat biaya produksi. “Lagi sekian persen peternak bisa hemat biaya produksi,” ungkapnya, Senin (17/12). Menurutnya, jagung impor bisa mengkover kebutuhan peternak sampai panen jagung lokal. “Jelas impor harus ada batas waktu, saat panen jagung lokal, impor distop dulu agar hasil panen bisa stabil,” ungkapnya.
Budiarta mengaku kesulitan karena harga jagung saat ini merangkak naik. Kondisi ini mempengaruhi harga daging maupun telur. Peternak kesulitan memperoleh jagung dengan kwalitas bagus karena pengaruh cuaca. “D ibeberapa tempat sudah ada panen, tapi hasil kurang bagus karena faktor cuaca,” jelasnya. Selama ini Budiarta mengaku mendapat pasokan jagung dari NTB dan NTT.
Menurut Budiarta, pemerintah harus segera mengambil langkah untuk bisa memberikan solusi bagi para peternak. Dinas Peternakan Provinsi Bali diminta responsif. “Kami peternak kecil tidak tahu mekanisme, apakah untuk mendapat kuota ada pengusulan atau lainnya. Seperti yang kami ketahui hanya 9 provinsi mendapat kuota. Ini menjadi pukulan berat bagi peternak,” tandasnya. *es
Menurut peternak, jagung impor bisa mensuport kebutuhan peternak sampai masa panen jagung.
Salah seorang peternak, I Kadek Budiarta, mengatakan pasokan jagung untuk Bali dan Bangli minim, justru tidak mendapat kuota jagung impor. Peternak asal Banjar Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli ini mengatakan tahun sebelumnya Bali mendapat kuota jagung impor 3.000 ton dan pendistribusian melalui Bulog. Jumlah tersebut disebar di seluruh Bali. Meski jumlah tersebut tidak bertahan lama, namun bisa menekan harga pokok produksi (HPP).
Dikatakan, harga jagung lokal saat ini Rp 5.700 per kilogram sedangkan jagung impor Rp 4.000 per kilogram. Ada perbedaan harga yang cukup besar. Jika peternak bisa memperoleh harga yang lebih murah, maka akan dapat menghemat biaya produksi. “Lagi sekian persen peternak bisa hemat biaya produksi,” ungkapnya, Senin (17/12). Menurutnya, jagung impor bisa mengkover kebutuhan peternak sampai panen jagung lokal. “Jelas impor harus ada batas waktu, saat panen jagung lokal, impor distop dulu agar hasil panen bisa stabil,” ungkapnya.
Budiarta mengaku kesulitan karena harga jagung saat ini merangkak naik. Kondisi ini mempengaruhi harga daging maupun telur. Peternak kesulitan memperoleh jagung dengan kwalitas bagus karena pengaruh cuaca. “D ibeberapa tempat sudah ada panen, tapi hasil kurang bagus karena faktor cuaca,” jelasnya. Selama ini Budiarta mengaku mendapat pasokan jagung dari NTB dan NTT.
Menurut Budiarta, pemerintah harus segera mengambil langkah untuk bisa memberikan solusi bagi para peternak. Dinas Peternakan Provinsi Bali diminta responsif. “Kami peternak kecil tidak tahu mekanisme, apakah untuk mendapat kuota ada pengusulan atau lainnya. Seperti yang kami ketahui hanya 9 provinsi mendapat kuota. Ini menjadi pukulan berat bagi peternak,” tandasnya. *es
1
Komentar