Unud Gelar Udayana Outlook 2019
Universitas Udayana (Unud) buat kali pertama menggelar ‘Udayana Outlook 2019’, Jumat (21/12), guna bertatap muka secara langsung dan diskusi dengan seluruh stakeholder yang selama ini telah bersinergi dan akan memperkuat sinergi dengannya.
Gubernur Akan Sinergikan SKPD-Perguruan Tinggi
MANGUPURA, NusaBali
Dalam ‘Udayana Outlook 2019’ ini, Gubernur Wayan Koster tegaskan siap sinergikan OPD Pemprov Bali dengan perguruan tinggi. Kegiatan ‘Udayana Outlook 2019’, Jumat kemarin, digelar di Auditorium Widya Sabha Kampus Unud Bukit Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan, antara lain, keberadaan aset-aset negara yang dikelola Unud, layanan-layanan Unud yang dapat diberikan kepada ma-syarakat, pencapaian Unud selama tahun 2018, dan prospek yang akan dilakukan pada 2019.
“Ini fokusnya lebih ke non akademik. Bagaimana hal-hal yang bersifat non akademik ini bisa menunjang kegiatan akademik Tri Dharma Perguruan Tinggi di Unud. Pada kesempatan ini kami mengundang berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, BUMN, BUMD, agar bisa bersinergi dalam mengembangkan Unud dan Bali ke depan,” ujar Rektor Unud, Prof Dr dr AA Raka Sudewi.
Selama ini, kata Prof Raka Sudewi, Unud melakukan sinergi dan bekerjasama dengan berbagai baik di dalam maupun luar negeri. “Kami juga berharap stakeholder menyampaikan langkah-langkah penguatan sinergi yang akan dilakukan untuk memajukan Bali melalui aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tegas guru besar dari Fakultas Kedokteran Unud ini.
Sementara, Gubernur Wayan Koster yang hadir dalam kegiatan tersebut, memaparkan gagasan besarnya untuk pembangunan Bali yang nantinya akan melibatkan Unud dan perguruan tinggi lainnya. Menurut Koster, sinergi dan komitmen yang kuat antara pemerintah dan perguruan tinggi menjadi fokus ke depan. Sebab, perguruan tinggi adalah salah satu lembaga yang nantinya harus diberdayakan untuk kepentingan strategis dalam membangun Bali.
“Di Bali ada sejumlah perguruan tinggi yang memiliki peran sangat strategis. Pertama, Unud dengan Fakultas Kedokterannya. Kedua, kita juga punya ISI Denpasar untuk pengembangan seni budaya sesuai dengan kebutuhan Bali. Kemudian, ada IHDN Denpasar yang berbasis keagamaan, karena salah satu pilar pembangunan yakni keagamaan harus kita jalankan secara serius,” jelas Koster.
“Kita juga punya Undiksha Singaraja, yang intinya menghasilkan tenaga pendidikan. Di bidang pariwisata, kita punya Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua yang juga sama pentingnya, karena Bali daerah tujuan wisata dunia,” lanjut Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster menyebutkan, sejumlah kepentingan strategis untuk membangun Bali ini sudah memiliki lembaga penopang di perguruan tinggi, yakni SDM yang memiliki pendidikan bagus. “Sekarang bagaimana caranya me-link-kan (mensinergikan, Red) antara kepentingan daerah dengan fungsi perguruan tinggi. Kadang-kadang antara pemerintah dan perguruan tinggi itu jalan sendiri-sendiri,” katanya.
Dalam membangun Bali dengan visi Nangun Sad Kerthi Loka Bali, kata Koster, pihaknya akan mensinergikan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Bali dengan perguruan tinggi. Sinergitas itu dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. “Ke depan, akan dirumuskan program tematik antara pemerintah daerah dengan perguruan tinggi. Termasuk riset-risetnya. Jadi, nantinya Unud tidak hanya melakukan riset untuk hobi, tidak hanya untuk kepentingan internal (dosen bersangkutan), tapi juga didedikasikan untuk membangun Bali,” harap mantan anggota Komisi X DPR RI (membidangi masalah pendidikan) tiga kali periode ini.
Koster mencontohkan bersinergi dengan Unud dalam bidang pertanian, untuk membuat budidaya hasil-hasil pertanian di Bali dan meningkatkan kualitas pangan. Hal ini agar Bali memiliki diversifikasi pangan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. “Kalau tidak cukup, kita join juga dengan perguran tinggi yang lain. Ada IPB dan UGM. Tidak saja kaitannya dengan pangan yang di hulu, tapi ini sampai ke hilir. Bagimana hasil pertanian lokal Bali ini betul-betul bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Bali. Sering dikasi pupuk, bibit, irigasi, tapi di hilir tidak diurus. Produksi pangan saat panen anjlok. Kita selesaikan permasalahan hulu dan hilir ini,” katanya sembari menyebut sebentar lagi akan terbit Pergub yang mewajibkan hotel, restoran, pasar, dan swalayan untuk beli produk pertanian lokal Bali.
Menurut Koster, pihaknya ingin mengubah struktur ketimpangan ekonomi di Bali, mengingat saat ini hampir 70 persen kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB Bali berasal dari sektor pariwisata. Sedangkan pertanian hanya berkontribusi sebanyak 15 persen. Artinya, pariwisatanya lari sendiri, sedangkan pertaniannya ditinggal. Koster pun tantang Unud dengan kepakaran yang dimilikinya untuk ikut berpikir tentang hal ini.
“Kan nggak benar ini, berbahaya kalau pariwisata berkontribusi sampai 70 persen. Jika terjadi sesuatu (isu pariwisata), langsung banyak yang nganggur, banyak hotel tutup, pertanian mati. Ini yang ingin saya ubah, sehingga nyambung: Bali pariwisatanya maju, sekaligus masyarakatnya sejahtera. Tapi, nyatanya yang miskin banyak,” cetusnya.
Selain bidang pertanian, kata Koster, masih banyak lagi kepentingan strategis dalam membangun Bali yang akan disinergikan dengan perguruan-perguruan tinggi. Bukan melibatkan dosen dengan hasil-hasil risetnya, pemerintah daerah juga akan melibatkan mahasiswa untuk melakukan sensus untuk menjangkau sejumlah sektor. Pada waktu-waktu tertentu, seperti praktek kerja lapangan atau kuliah kerja nyata (KKN), mahasiswa akan dilibatkan ke desa-desa. “Sekian minggu mahasiswa dan dosennya diberdayakan ke desa-desa sesuai jurusannya. Mahasiswa dan dosennya dapat nilai, Pemdanya juga dapat manfaat data. Saya yakin bisa.” *nd
MANGUPURA, NusaBali
Dalam ‘Udayana Outlook 2019’ ini, Gubernur Wayan Koster tegaskan siap sinergikan OPD Pemprov Bali dengan perguruan tinggi. Kegiatan ‘Udayana Outlook 2019’, Jumat kemarin, digelar di Auditorium Widya Sabha Kampus Unud Bukit Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan, antara lain, keberadaan aset-aset negara yang dikelola Unud, layanan-layanan Unud yang dapat diberikan kepada ma-syarakat, pencapaian Unud selama tahun 2018, dan prospek yang akan dilakukan pada 2019.
“Ini fokusnya lebih ke non akademik. Bagaimana hal-hal yang bersifat non akademik ini bisa menunjang kegiatan akademik Tri Dharma Perguruan Tinggi di Unud. Pada kesempatan ini kami mengundang berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, BUMN, BUMD, agar bisa bersinergi dalam mengembangkan Unud dan Bali ke depan,” ujar Rektor Unud, Prof Dr dr AA Raka Sudewi.
Selama ini, kata Prof Raka Sudewi, Unud melakukan sinergi dan bekerjasama dengan berbagai baik di dalam maupun luar negeri. “Kami juga berharap stakeholder menyampaikan langkah-langkah penguatan sinergi yang akan dilakukan untuk memajukan Bali melalui aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tegas guru besar dari Fakultas Kedokteran Unud ini.
Sementara, Gubernur Wayan Koster yang hadir dalam kegiatan tersebut, memaparkan gagasan besarnya untuk pembangunan Bali yang nantinya akan melibatkan Unud dan perguruan tinggi lainnya. Menurut Koster, sinergi dan komitmen yang kuat antara pemerintah dan perguruan tinggi menjadi fokus ke depan. Sebab, perguruan tinggi adalah salah satu lembaga yang nantinya harus diberdayakan untuk kepentingan strategis dalam membangun Bali.
“Di Bali ada sejumlah perguruan tinggi yang memiliki peran sangat strategis. Pertama, Unud dengan Fakultas Kedokterannya. Kedua, kita juga punya ISI Denpasar untuk pengembangan seni budaya sesuai dengan kebutuhan Bali. Kemudian, ada IHDN Denpasar yang berbasis keagamaan, karena salah satu pilar pembangunan yakni keagamaan harus kita jalankan secara serius,” jelas Koster.
“Kita juga punya Undiksha Singaraja, yang intinya menghasilkan tenaga pendidikan. Di bidang pariwisata, kita punya Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua yang juga sama pentingnya, karena Bali daerah tujuan wisata dunia,” lanjut Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster menyebutkan, sejumlah kepentingan strategis untuk membangun Bali ini sudah memiliki lembaga penopang di perguruan tinggi, yakni SDM yang memiliki pendidikan bagus. “Sekarang bagaimana caranya me-link-kan (mensinergikan, Red) antara kepentingan daerah dengan fungsi perguruan tinggi. Kadang-kadang antara pemerintah dan perguruan tinggi itu jalan sendiri-sendiri,” katanya.
Dalam membangun Bali dengan visi Nangun Sad Kerthi Loka Bali, kata Koster, pihaknya akan mensinergikan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Bali dengan perguruan tinggi. Sinergitas itu dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. “Ke depan, akan dirumuskan program tematik antara pemerintah daerah dengan perguruan tinggi. Termasuk riset-risetnya. Jadi, nantinya Unud tidak hanya melakukan riset untuk hobi, tidak hanya untuk kepentingan internal (dosen bersangkutan), tapi juga didedikasikan untuk membangun Bali,” harap mantan anggota Komisi X DPR RI (membidangi masalah pendidikan) tiga kali periode ini.
Koster mencontohkan bersinergi dengan Unud dalam bidang pertanian, untuk membuat budidaya hasil-hasil pertanian di Bali dan meningkatkan kualitas pangan. Hal ini agar Bali memiliki diversifikasi pangan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. “Kalau tidak cukup, kita join juga dengan perguran tinggi yang lain. Ada IPB dan UGM. Tidak saja kaitannya dengan pangan yang di hulu, tapi ini sampai ke hilir. Bagimana hasil pertanian lokal Bali ini betul-betul bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Bali. Sering dikasi pupuk, bibit, irigasi, tapi di hilir tidak diurus. Produksi pangan saat panen anjlok. Kita selesaikan permasalahan hulu dan hilir ini,” katanya sembari menyebut sebentar lagi akan terbit Pergub yang mewajibkan hotel, restoran, pasar, dan swalayan untuk beli produk pertanian lokal Bali.
Menurut Koster, pihaknya ingin mengubah struktur ketimpangan ekonomi di Bali, mengingat saat ini hampir 70 persen kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB Bali berasal dari sektor pariwisata. Sedangkan pertanian hanya berkontribusi sebanyak 15 persen. Artinya, pariwisatanya lari sendiri, sedangkan pertaniannya ditinggal. Koster pun tantang Unud dengan kepakaran yang dimilikinya untuk ikut berpikir tentang hal ini.
“Kan nggak benar ini, berbahaya kalau pariwisata berkontribusi sampai 70 persen. Jika terjadi sesuatu (isu pariwisata), langsung banyak yang nganggur, banyak hotel tutup, pertanian mati. Ini yang ingin saya ubah, sehingga nyambung: Bali pariwisatanya maju, sekaligus masyarakatnya sejahtera. Tapi, nyatanya yang miskin banyak,” cetusnya.
Selain bidang pertanian, kata Koster, masih banyak lagi kepentingan strategis dalam membangun Bali yang akan disinergikan dengan perguruan-perguruan tinggi. Bukan melibatkan dosen dengan hasil-hasil risetnya, pemerintah daerah juga akan melibatkan mahasiswa untuk melakukan sensus untuk menjangkau sejumlah sektor. Pada waktu-waktu tertentu, seperti praktek kerja lapangan atau kuliah kerja nyata (KKN), mahasiswa akan dilibatkan ke desa-desa. “Sekian minggu mahasiswa dan dosennya diberdayakan ke desa-desa sesuai jurusannya. Mahasiswa dan dosennya dapat nilai, Pemdanya juga dapat manfaat data. Saya yakin bisa.” *nd
1
Komentar