Hari Ini, 28 Perupa Lodtunduh Gelar Pameran Senirupa
28 perupa se-Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, menggelar pameran seni rupa, Jumat (29/4) malam.
GIANYAR, NusaBali
Pameran yang digarap kelompok perupa Sari Lotus ini, dipusatkan di Kantor Perbekel Lodtunduh, hingga 5 Mei 2016.
Pameran menampilkan karya lukis dari berbagai aliran. Kelompok Sari Lotus dengan 28 seniman, terdiri dari 26 pelukis dan 2 orang seni fotografi, mereka notabene dari kalangan muda. Pembukaan pada Jumat ini sekitar pukul 19.00 Wita. Diawali sambuan dari Ketua Kelompok Perupa Desa Lodtunduh I Nyoman Bratayasa dan Perbekel Desa Lodtunduh I Wayan Gunawan.
Nyoman Bratayasa mengatakan, setelah sekian tahun Desa Lodtunduh berdiri, baru kali ini bisa mengumpulkan para seniman dalam membentuk komunitas sendiri, Sari Lotus. Kata Sari Lotus terdiri dari kata ‘sari’ berarti inti, ‘lo’ berarti Lodtunduh, ‘Tu’ berarti tunggal, dan ‘s’ berarti sejarah. “Jadi, secara filosofis bermakna awal mula sebuah sejarah dalam seni rupa di Desa Lodtunduh,” ujarnya, saat ditemui di sela-sela menyiapkan pameran, Kamis (28/4).
Kelompok ini terbentuk pada 3 Februari 2016, hingga bergulir ide berpameran seni rupa, bersamaaan dengan penilain lomba desa, Jumat (28/4) pagi. “Kami berharap lewat ajang pemeran ini, bisa menjadi wadah untuk berkreativitas dan menjalin ikatan emosional,” harap pelukis sejak 1990 ini.
Diakuinya, menggagas pameran ini tidaklah gampang, di tengah aktivitas masyarakat yang cukup padat karena tuntutan ekonomi. Akibatnya, beberapa kali menggelar pertemuan, yang hadir agak terbatas. Namun setelah pendekatan secara persuasif hal itu bisa diatasi. “Ketika memulai sesuatu pasti ada cobaan, kita tidak boleh menyerah begitu saja,” katanya.
Bratayasa berharap kedepannya, bisa mengundang pihak investor maupun kolektor dari berbagai daerah, maupun turis. Karena selain untuk menikmati karya seni, hal itu juga berpeluang untuk pemasaran. Bahkan kelompok perupa ini, akan merangkul seluruh seni di Desa Lodtunduh salah satunya seni patung. “Kali ini kami masih terbentur dengan waktu,” katanya.
28 perupa tersebut yakni Ketut Rapet, Ketut Rudi, Dewa Putu, Made Suparta, Dewa Made Johana, Nyoman Lombeng, Putu Ari Wirawan, Wayan Jumu, Wayan Marsana, Wayan Selamet, Ketut Wijaya Putra, Mang Kris, Made Suasta, Nyoman Bratayasa, Nyoman Danok. Nyoman Dira, Nyoman Sari Brata, Putu Arik Sasmika, Ketut Sudiarta, Wayan Gunada, Wayan Ledra, Wayan Sudiarta, Wayan Sutama, Agus Eri Putra, Sang Made Budiasa, Ni Made Puspasari dan Wayan Dastra. “Karya ini mulai dari aliran abstrak, dekoratif, cukil, realis dan sebagainya,” pungkas Bratayasa. 7 w
Komentar