Punya Rekor Masak untuk Lima Presiden dan Seorang Wapres
Suasana diliputi ketegangan saat harus menyiapkan sarapan untuk mantan Presiden Soeharto. Itu pengalaman perdana Chef Hendra Mahena melayani lima mantan Presiden RI dan seorang wapres.
Ketua Indonesian Chef Association (ICA) Bali I Gede Putu Eka Hendra Mahena
DENPASAR, NusaBali
Ketua Asosiasi Chef Indonesia/Indonesian Chef Association (ICA) Bali Putu Eka Hendra Mahena, 48, adalah salah seorang chef atau juru masak yang beruntung. Pilihan profesinya sebagai ‘tukang masak’ menjadikan ayah tiga anak ini punya banyak pengalaman unik dan spesial terkait keahliannya itu, yakni menyiapkan menu untuk orang sangat penting alias very very important person (VVIP) sekelas presiden. Presiden RI mulai dari Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Wapres Jusuf Kalla pernah menyantap hidangan yang dimasaknya.
Hal ini tentu pengalaman yang membanggakan dan kenangan tersendiri. Karena tidak semua chef mendapat kesempatan membuat menu untuk presiden. “Itu pengalaman langka,” kata Hendra Mahena ketika ditemui di sela-sela rapat di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di kawasan Niti Mandala Denpasar, Jumat (30/11).
Hendra Mahena bercerita perjalanan karier sebagai seorang cook kemudian menjadi chef profesional. “Awalnya saya tak punya cita-cita jadi chef,” ucapnya.
Penghobi tenis meja ini pada mulanya bercita-cita jadi akuntan. Itu karena dia suka matematika. Senang hitung menghitung. Otaknya encer untuk urusan hitung menghitung. Menurut dia, matematika adalah pelajaran yang mengasyikkan. “Menyenangkan,” ujarnya.
Karena itulah selepas SMA tahun 1989, Hendra Mahena memilih kuliah di Jurusan Akuntansi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar. Namun sayangnya, cita-citanya menjadi akuntan kandas. Tak lebih dari dua semester mengikuti perkuliahan di jurusan akuntansi, Hendra memutuskan berhenti. “Saya sempat frustrasi,” kenangnya.
Namun tak berlama-lama Hendra Mahena frustrasi. Dia kemudian beralih kuliah Jurusan Tata Boga di PPLP Dhyana Pura. Di sela-sela waktu kuliah, Hendra Mahena dapat kesempatan nyambi kerja di Aerowisata Hotel, yang ketika itu baru selesai dibangun. “Sore saya kuliah, pagi kerja,” tuturnya.
Justru ketika kerja sambilan itu, Hendra Mahena mendapat pengalaman yang tak terlupakan. Dia terpilih menjadi salah seorang dari tim yang bertugas menyiapkan menu sarapan untuk Presiden Soeharto. Itu terjadi pada April 1991. Ketika itu Presiden Soeharto berada di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, sekalian untuk meresmikan Aerowisata Hotel dan persiapan pelaksanaan forum ekonomi negara-negara Asia-Pasifik (APEC). “Tanggalnya saya lupa,” ucapnya.
Yang dia ingat adalah suasana menegangkan. Pengamanan super ketat. Mulai dari sterilisasi lingkungan sekitar, pemeriksaan personel, hingga pemeriksaan peralatan masak, seluruhnya diperiksa secara detail. “Setiap masuk hotel untuk preparation (persiapan) selalu diperiksa petugas,” ujarnya.
Sebelumnya semua staf hotel mendapat briefing ekstra. Mereka diminta melakukan segala sesuatu dengan perfect, sesempurna mungkin. Briefing dilakukan Otto King, Executive Chef berkebangsaan Swiss. “Makin dekat hari H, makin tegang,” tandasnya.
Padahal menu yang dipersiapkan untuk Presiden Soeharto bukan menu berat. “Rebusan jagung dan umbi-umbian,” cerita Hendra. Namun karena pengamanan dan sistem sterilisasi yang dilakukan sedemikian rupa ketatnya, suasana memang jadi menegangkan.
Ketegangan berganti rasa plong, puas ketika event tersebut sukses. Pak Harto menikmati menu breakfast ‘sederhana’ tersebut. “Sangat plong dan bangga,” ujarnya.
Pengalaman perdana di Aerowisata Hotel itulah yang menjadi awal catatan karier Hendra Mahena, sebagai chef. Karena selanjutnya, setelah Pak Harto, Hendra Mahena juga mendapat tugas menyiapkan menu untuk kepala negara yang sedang berada di kawasan Nusa Dua. Presiden BJ Habibie di Sheraton Nusa Indah, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Westin Resort Nusa Dua. Selanjutnya Presiden Megawati Soekarnoputri juga di Westin Resort Nusa Dua dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Termasuk Wapres Jusuf Kalla sudah pernah ‘dilayani’ Hendra Mahena.
Masing-masing presiden dan wapres itu punya selera sendiri. Ada yang minta menu lokal Indonesia. Ada dibuatkan menu barat/internasional, menu kombinasi yakni campuran antara menu internasional dengan menu lokal. “Semuanya punya kesan sendiri-sendiri,” kata Hendra. “Kalau Pak Jusuf Kalla, orangnya rileks,” tuturnya.
Total sudah lima orang presiden dan seorang orang wakil presiden yang pernah dibuatkan menu oleh Hendra Mahena bersama timnya. Tinggal Presiden Joko Widodo yang belum dibuatkan menu oleh Hendra Mahena.
Apakah tidak berharap ada kesempatan menyiapkan menu untuk Presiden Jokowi? Hendra Mahena hanya tertawa. “Mungkin sekarang ini sulit, karena Pak Jokowi sibuk,” ujar Hendra Mahena yang kini tinggal di Perumahan Giri Asri, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Yang jelas, bisa menyiapkan dan membuat menu untuk presiden, kata Hendra Mahena tentu membanggakan dan catatan sendiri sebagai ‘tukang masak’ hotel.
Terkait profesi chef, Hendra Mahena menyatakan merupakan profesi yang sangat vital di dunia perhotelan. “Makanan atau menu adalah bagian tak terpisahkan untuk menjamin tamu atau wisatawan benar-benar puas,” ujarnya.
Sedang soal menu lokal, menurut Hendra Mahena merupakan potensi kuliner yang punya peluang dan kans kuat untuk memperkuat industri kepariwisataan Bali. Potensi tersebut bisa dilihat di desa-desa wisata yang mengemas menu lokal, menjadi salah satu daya tarik. “Potensi kuliner lokal akan semakin menjadi daya tarik, asalkan dieksplore secara profesional,” kata Hendra Mahena. *k17
DENPASAR, NusaBali
Ketua Asosiasi Chef Indonesia/Indonesian Chef Association (ICA) Bali Putu Eka Hendra Mahena, 48, adalah salah seorang chef atau juru masak yang beruntung. Pilihan profesinya sebagai ‘tukang masak’ menjadikan ayah tiga anak ini punya banyak pengalaman unik dan spesial terkait keahliannya itu, yakni menyiapkan menu untuk orang sangat penting alias very very important person (VVIP) sekelas presiden. Presiden RI mulai dari Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Wapres Jusuf Kalla pernah menyantap hidangan yang dimasaknya.
Hal ini tentu pengalaman yang membanggakan dan kenangan tersendiri. Karena tidak semua chef mendapat kesempatan membuat menu untuk presiden. “Itu pengalaman langka,” kata Hendra Mahena ketika ditemui di sela-sela rapat di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di kawasan Niti Mandala Denpasar, Jumat (30/11).
Hendra Mahena bercerita perjalanan karier sebagai seorang cook kemudian menjadi chef profesional. “Awalnya saya tak punya cita-cita jadi chef,” ucapnya.
Penghobi tenis meja ini pada mulanya bercita-cita jadi akuntan. Itu karena dia suka matematika. Senang hitung menghitung. Otaknya encer untuk urusan hitung menghitung. Menurut dia, matematika adalah pelajaran yang mengasyikkan. “Menyenangkan,” ujarnya.
Karena itulah selepas SMA tahun 1989, Hendra Mahena memilih kuliah di Jurusan Akuntansi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar. Namun sayangnya, cita-citanya menjadi akuntan kandas. Tak lebih dari dua semester mengikuti perkuliahan di jurusan akuntansi, Hendra memutuskan berhenti. “Saya sempat frustrasi,” kenangnya.
Namun tak berlama-lama Hendra Mahena frustrasi. Dia kemudian beralih kuliah Jurusan Tata Boga di PPLP Dhyana Pura. Di sela-sela waktu kuliah, Hendra Mahena dapat kesempatan nyambi kerja di Aerowisata Hotel, yang ketika itu baru selesai dibangun. “Sore saya kuliah, pagi kerja,” tuturnya.
Justru ketika kerja sambilan itu, Hendra Mahena mendapat pengalaman yang tak terlupakan. Dia terpilih menjadi salah seorang dari tim yang bertugas menyiapkan menu sarapan untuk Presiden Soeharto. Itu terjadi pada April 1991. Ketika itu Presiden Soeharto berada di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, sekalian untuk meresmikan Aerowisata Hotel dan persiapan pelaksanaan forum ekonomi negara-negara Asia-Pasifik (APEC). “Tanggalnya saya lupa,” ucapnya.
Yang dia ingat adalah suasana menegangkan. Pengamanan super ketat. Mulai dari sterilisasi lingkungan sekitar, pemeriksaan personel, hingga pemeriksaan peralatan masak, seluruhnya diperiksa secara detail. “Setiap masuk hotel untuk preparation (persiapan) selalu diperiksa petugas,” ujarnya.
Sebelumnya semua staf hotel mendapat briefing ekstra. Mereka diminta melakukan segala sesuatu dengan perfect, sesempurna mungkin. Briefing dilakukan Otto King, Executive Chef berkebangsaan Swiss. “Makin dekat hari H, makin tegang,” tandasnya.
Padahal menu yang dipersiapkan untuk Presiden Soeharto bukan menu berat. “Rebusan jagung dan umbi-umbian,” cerita Hendra. Namun karena pengamanan dan sistem sterilisasi yang dilakukan sedemikian rupa ketatnya, suasana memang jadi menegangkan.
Ketegangan berganti rasa plong, puas ketika event tersebut sukses. Pak Harto menikmati menu breakfast ‘sederhana’ tersebut. “Sangat plong dan bangga,” ujarnya.
Pengalaman perdana di Aerowisata Hotel itulah yang menjadi awal catatan karier Hendra Mahena, sebagai chef. Karena selanjutnya, setelah Pak Harto, Hendra Mahena juga mendapat tugas menyiapkan menu untuk kepala negara yang sedang berada di kawasan Nusa Dua. Presiden BJ Habibie di Sheraton Nusa Indah, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Westin Resort Nusa Dua. Selanjutnya Presiden Megawati Soekarnoputri juga di Westin Resort Nusa Dua dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Termasuk Wapres Jusuf Kalla sudah pernah ‘dilayani’ Hendra Mahena.
Masing-masing presiden dan wapres itu punya selera sendiri. Ada yang minta menu lokal Indonesia. Ada dibuatkan menu barat/internasional, menu kombinasi yakni campuran antara menu internasional dengan menu lokal. “Semuanya punya kesan sendiri-sendiri,” kata Hendra. “Kalau Pak Jusuf Kalla, orangnya rileks,” tuturnya.
Total sudah lima orang presiden dan seorang orang wakil presiden yang pernah dibuatkan menu oleh Hendra Mahena bersama timnya. Tinggal Presiden Joko Widodo yang belum dibuatkan menu oleh Hendra Mahena.
Apakah tidak berharap ada kesempatan menyiapkan menu untuk Presiden Jokowi? Hendra Mahena hanya tertawa. “Mungkin sekarang ini sulit, karena Pak Jokowi sibuk,” ujar Hendra Mahena yang kini tinggal di Perumahan Giri Asri, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Yang jelas, bisa menyiapkan dan membuat menu untuk presiden, kata Hendra Mahena tentu membanggakan dan catatan sendiri sebagai ‘tukang masak’ hotel.
Terkait profesi chef, Hendra Mahena menyatakan merupakan profesi yang sangat vital di dunia perhotelan. “Makanan atau menu adalah bagian tak terpisahkan untuk menjamin tamu atau wisatawan benar-benar puas,” ujarnya.
Sedang soal menu lokal, menurut Hendra Mahena merupakan potensi kuliner yang punya peluang dan kans kuat untuk memperkuat industri kepariwisataan Bali. Potensi tersebut bisa dilihat di desa-desa wisata yang mengemas menu lokal, menjadi salah satu daya tarik. “Potensi kuliner lokal akan semakin menjadi daya tarik, asalkan dieksplore secara profesional,” kata Hendra Mahena. *k17
Komentar