Indonesia Masih Tujuan Utama Wisatawan China
Indonesia dipilih lantaran warga China ingin menikmati kehangatan sinar matahari dan pantai yang bersih.
Tahun 2019 Indonesia Bidik 3,5 Juta Wisman China
BEIJING, NusaBali
Indonesia masih menjadi salah satu tujuan utama wisatawan asal China untuk mengisi waktu liburan pergantian tahun seperti hasil survei Tuniu.com Penyedia jasa perjalanan wisata daring di China itu menyebutkan beberapa negara yang menarik minat wisatawan asal daratan China selama musim liburan akhir tahun itu adalah Jepang, Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, Prancis, Italia, Swiss, Indonesia, dan Jerman.
Negara-negara di Eropa masih sebagai negara tujuan utama liburan Natal, namun mereka yang menginginkan kehangatan sinar matahari dan pantai yang bersih memilih negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Thailand, apalagi sejak negara-negara tersebut memberlakukan kebijakan bebas visa.
Laman Tuniu juga memajang beberapa paket wisata ke Indonesia, terutama Manado dan Bali, dengan harga paling murah antara 1.999 RMB hingga 23.370 RMB atau sekitar Rp4,2 juta hingga Rp49 juta. Hal itu menunjukkan bahwa rentetan peristiwa bencana alam, termasuk kecelakaan transportasi udara di Indonesia belum mengubah cara pandang wisatawan China pada Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata menarik di dunia.
Pada tahun ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI menargetkan 2,6 juta kunjungan wisatawan asal China. Selama periode Januari-Oktober 2018 kunjungan wisatawan China baru terealisasi sebanyak 1,87 juta. Hasil survei dengan responden berusia antara 19 tahun hingga 35 tahun itu juga menyebutkan bahwa anak muda China menikmati liburan di belahan bumi bagian utara, seperti Finlandia, Norwegia, Islandia, dan Denmark.
Mengingat beberapa wilayah daratan China bertemperatur sangat dingin, beberapa wisatawan lebih memilih terbang ke belahan selatan untuk menghabiskan pergantian tahun di Australia, Selandia Baru, dan Mauritius yang hendak mengakhiri musim semi dan menyambut musim panas.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 70 persen responden menghabiskan waktu liburan sekitar tiga hari mulai tanggal 30 Desember 2018 sampai 1 Januari 2019.
Sekitar 64 persen dari responden merupakan kalangan perempuan. Para responden yang rata-rata anak muda itu mengaku berlibur dengan teman atau orangtua.
Penjualan tiket untuk musim liburan tersebut naik 30 persen. Kereta api cepat masih menjadi pilihan utama para wisatawan domestik. Dengan dibukanya jaringan kereta cepat Guangzhou-Shenzhen-Hong Kong, maka akan ada gelombang wisatawan China ke Hong Kong untuk menyaksikan pesta kembang api dan mengunjungi Disneyland pada malam pergantian tahun sebagaimana unggahan di laman berita Sina Weibo.
Tren baru wisatawan domestik China adalah berlibur di pemandian air hangat dan memanjakan diri dengan spa di beberapa kota, seperti Hangzhou, Nanjing, Suzhou, Changzhou, dan Ningbo.
Sebelumnya Menteri Pariwisata RI Arief Yahya menargetkan 3,5 juta kunjungan wisatawan China ke berbagai daerah di Indonesia pada 2019. Menurut dia, pasar wisatawan dari China masih sangat menggiurkan. Dari 120 juta wisatawan China yang berlibur di luar negeri, Indonesia baru mendapatkan 2 persen saja.
Pada 2018 pihaknya menargetkan 3 juta kunjungan wisatawan asal daratan Tiongkok tersebut, mamun akibat gempa bumi di Lombok disusul bencana serupa yang diikuti tsunami di Sulawesi Tengah, Kemenpar merevisi target tersebut menjadi 2,6 juta kunjungan wisatawan China. Selama periode Januari-Oktober 2018 kunjungan wisatawan China baru terealisasi sebanyak 1,87 juta. Pada 2017 Kemenpar menargetkan 2,5 juta kunjungan wisatawan China. Namun akibat letusan Gunung Agung di Bali, target tersebut terealisasi kurang dari 2 juta.
Optimisme Menpar atas pencapaian target kunjungan wisatawan China pada tahun depan didasari kebijakan Kemenpar menetapkan Singapura sebagai pusaran (hub) pasar pariwisata Indonesia. "Kelemahan kita ini tidak banyak memiliki penerbangan langsung. Singapura punya 11 penerbangan langsung ke kita. Ini yang kita manfaatkan," ujarnya.*ant
Komentar