'Meniti Tangga Emas Setengah Abad Perdiknas Denpasar'
Puncak Jubileum Emas Diisi Peluncuran Buku
DENPASAR, NusaBali
Acara puncak Jubileum Emas Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Denpasar digelar Senin (31/12) lalu. Acara diawali dengan funwalk yang dilepas langsung oleh Istri Walikota Denpasar, Nyonya Selly Dharmawijaya Mantra. Pada usia 50 tahun ini, diisi dengan lauching buku ‘Meniti Tangga Emas Setengah Abad Perdiknas Denpasar’.
Dalam perayaan HUT Ke-50 Perdiknas bertajuk ‘Konsisten Lahirkan Generasi Emas Genius yang GTS’ yang dipusatkan di halaman Perdiknas, Jalan Tukad Yeh Aya ini, selain dihadiri para siswa, guru SMP Nasional, SMK Teknologi Nasional, mahasiswa dan dosen Undiknas University, serta pegawai dan staf Perdiknas, juga dihadiri pula oleh Pendiri Utama, Ketut Sambereg dan Nyoman Kundri.
Menurut Ketut Sambereg, Perdiknas yang didirikannya bersama Prof IGN Gorda (alm) dan IGA Ratyni Gorda (almh) ini secara umum menunjukkan kemajuan yang berarti di usia 50 tahun saat ini. Mengingat di awal pendiriannya dulu terbilang sebagai masa-masa sulit. Bersama Prof Gorda (alm), pria berusia 86 tahun ini harus mondar-mandir ke Jakarta, Surabaya, dan Denpasar menaiki bus karena keuangan Perdiknas belum memadai. “Kalau dulu, kami hanya mengelola berdua, kemana-mana berdua, memperjuangkan agar bisa terdaftar dan diakui. Kalau sekarang sudah terakreditasi, tapi tantangannya makin banyak. Dosen makin banyak, tentu menghadapi lebih sulit. Perlu manajemen yang lebih baik,” harap bapak 4 anak dan kakek 9 cucu ini.
Sementara itu, Ketua Perdiknas Denpasar, AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda mengatakan, rangkaian Jubileum Emas yang berlangsung sejak Agustus 2018 ini tidak hanya euforia kebahagiaan generasi kedua bisa memimpin Perdiknas hingga mencapai usia 50 tahun. Sebab, “emas” dari acara puncak ini adalah launching buku ‘Meniti Tangga Emas Setengah Abad Perdiknas Denpasar’. Buku ini mengulas secara objektif perjalanan Perdiknas agar bisa diterima oleh semua orang. Baik menjadi catatan sejarah, maupun menjadi pedoman bagi generasi berikutnya untuk memimpin Perdiknas. “Kalau saya lihat, ketika ayah kami mampu membuat buku seperempat abad, 25 tahun Undiknas, sekarang kami mampu melahirkan sebuah buku untuk menjadi catatan sejarah bahwa generasi kedua mampu juga untuk mempertahankan, melanjutkan harapan-harapan pendiri utama,” ujarnya.
Menurut Tini Gorda, keberadaan Perdiknas beserta unit-unitnya kini mendapat kepercayaan luar biasa dari masyarakat. Pihaknya berharap, Perdiknas kedepan mampu mencapai usia platinum. Sebab, perayaan HUT Ke-50 sebetulnya bukan berbicara tentang Jubileum Emas. Tapi, mampukah Perdiknas sampai pada usia 50 tahun berikutnya sebagai PR generasi kedua saat ini. Oleh karena itu, momen Jubileum Emas juga menjadi ajang kontemplasi keluarga besar Perdiknas. “Paling tidak kita menjawab tantangan revolusi industry 4.0. ini, kita sudah merancang renstra. Perdiknas selaku wadah, menyiapkan sarana prasarana untuk menuju apa yang menjadi harapan kepala-kepala unit kami,” imbuhnya.
Tini Gorda menambahkan, global, smart and digital merupakan implementasi renstra yang harus dicapai. Penekanan utama tetap terletak pada pendidikan karakter untuk menghasilkan SDM berkualitas. Dalam hal ini, GTS (Good, Trustworthy, Smart) menjadi suatu tagline sehingga mata pelajaran dan mata kuliah mengarah pada karakter yang taat akan norma, mempertahankan suatu kepercayaan, dan bagaimana mengelaborasi apa yang dimiliki untuk bertahan. *isu
Dalam perayaan HUT Ke-50 Perdiknas bertajuk ‘Konsisten Lahirkan Generasi Emas Genius yang GTS’ yang dipusatkan di halaman Perdiknas, Jalan Tukad Yeh Aya ini, selain dihadiri para siswa, guru SMP Nasional, SMK Teknologi Nasional, mahasiswa dan dosen Undiknas University, serta pegawai dan staf Perdiknas, juga dihadiri pula oleh Pendiri Utama, Ketut Sambereg dan Nyoman Kundri.
Menurut Ketut Sambereg, Perdiknas yang didirikannya bersama Prof IGN Gorda (alm) dan IGA Ratyni Gorda (almh) ini secara umum menunjukkan kemajuan yang berarti di usia 50 tahun saat ini. Mengingat di awal pendiriannya dulu terbilang sebagai masa-masa sulit. Bersama Prof Gorda (alm), pria berusia 86 tahun ini harus mondar-mandir ke Jakarta, Surabaya, dan Denpasar menaiki bus karena keuangan Perdiknas belum memadai. “Kalau dulu, kami hanya mengelola berdua, kemana-mana berdua, memperjuangkan agar bisa terdaftar dan diakui. Kalau sekarang sudah terakreditasi, tapi tantangannya makin banyak. Dosen makin banyak, tentu menghadapi lebih sulit. Perlu manajemen yang lebih baik,” harap bapak 4 anak dan kakek 9 cucu ini.
Sementara itu, Ketua Perdiknas Denpasar, AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda mengatakan, rangkaian Jubileum Emas yang berlangsung sejak Agustus 2018 ini tidak hanya euforia kebahagiaan generasi kedua bisa memimpin Perdiknas hingga mencapai usia 50 tahun. Sebab, “emas” dari acara puncak ini adalah launching buku ‘Meniti Tangga Emas Setengah Abad Perdiknas Denpasar’. Buku ini mengulas secara objektif perjalanan Perdiknas agar bisa diterima oleh semua orang. Baik menjadi catatan sejarah, maupun menjadi pedoman bagi generasi berikutnya untuk memimpin Perdiknas. “Kalau saya lihat, ketika ayah kami mampu membuat buku seperempat abad, 25 tahun Undiknas, sekarang kami mampu melahirkan sebuah buku untuk menjadi catatan sejarah bahwa generasi kedua mampu juga untuk mempertahankan, melanjutkan harapan-harapan pendiri utama,” ujarnya.
Menurut Tini Gorda, keberadaan Perdiknas beserta unit-unitnya kini mendapat kepercayaan luar biasa dari masyarakat. Pihaknya berharap, Perdiknas kedepan mampu mencapai usia platinum. Sebab, perayaan HUT Ke-50 sebetulnya bukan berbicara tentang Jubileum Emas. Tapi, mampukah Perdiknas sampai pada usia 50 tahun berikutnya sebagai PR generasi kedua saat ini. Oleh karena itu, momen Jubileum Emas juga menjadi ajang kontemplasi keluarga besar Perdiknas. “Paling tidak kita menjawab tantangan revolusi industry 4.0. ini, kita sudah merancang renstra. Perdiknas selaku wadah, menyiapkan sarana prasarana untuk menuju apa yang menjadi harapan kepala-kepala unit kami,” imbuhnya.
Tini Gorda menambahkan, global, smart and digital merupakan implementasi renstra yang harus dicapai. Penekanan utama tetap terletak pada pendidikan karakter untuk menghasilkan SDM berkualitas. Dalam hal ini, GTS (Good, Trustworthy, Smart) menjadi suatu tagline sehingga mata pelajaran dan mata kuliah mengarah pada karakter yang taat akan norma, mempertahankan suatu kepercayaan, dan bagaimana mengelaborasi apa yang dimiliki untuk bertahan. *isu
Komentar