Mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan Meninggal
Hari Ini, Upacara Palebon di Setra Gandamayu, Tabanan
TABANAN, NusaBali
Mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan, I Gusti Ngurah Anom, tutup usia pada Selasa (25/12) lalu bertepatan dengan Hari Natal dan Penampahan Galungan. Ngurah Anom meninggal di usianya yang ke-69 tahun di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar sekitar pukul 08.40 Wita. Upacara palebon dilaksanakan Sukra Wage Kuningan, Jumat (4/12) hari ini, di Setra Gandamayu, Desa Adat Kota Tabanan.
Adik kelima Ngurah Anom, I Gusti Ngurah Ardana, 64, ditemui di rumah duka, Puri Tabanan kawasan Banjar Sakenan Belaran, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kamis (3/12), menerangkan, kakaknya tersebut meninggal Selasa pagi. Ngurah Anom dibawa ke rumah Sakit Kasih Ibu tanggal 15 Desember 2018 dengan kondisi tidak bisa jalan karena penyakit gula. Setelah dirawat kondisinya kembali pulih bahkan sehari sebelum meninggal atau Selasa pagi tanggal 24 Desember masih sempat bermain HP.
Tiba-tiba saja Senin (24/12) siang sekitar pukul 13.30 Wita mendadak menggigil dan tidak sadarkan diri hingga kondisinya benar-benar drop. "Setelah tidak stabil itu akhirnya meninggal Selasa pagi," ujarnya.
Sebagai adik, Ngurah Anom di keluarga dikenal kakak laki-laki tertua yang dihormati meskipun Ngurah Anom adalah anak ke keempat dari delapan bersaudara pasangan I Gusti Ngurang Gede (alm) dan Sagung Oka (alm). Tutur kata dan perintah selalu dituruti keluarga. Terlebih Ngurah Anom dikeluarga dikenal luwes dan demokratis. "Perintah dan tutur kata selalu dipatuhi karena beliau adalah kakak laki-laki tertua," terangnya.
Dikatakan, sebelum melaksanakan rentetan upacara, keluarga juga sudah melaksanakan nunas baos agar pelaksanaan upacara secara sekala niskala berjalan lancar. Disamping itu juga nunasang kematian dari Ngurah Anom. Saat itu lewat perantara orang pintar, Ngurah Anom mengatakan bahwa dirinya meninggal tidak sakit, namun sudah diminta Tuhan untuk ngayah di merajanya sendiri. "Sehingga saat di rumah sakit itu kondisi penyakitnya tidak terlalu fatal sekali, karena sempat bagus namun mendadak drop," aku Ngurah Ardana.
Diceritakan sekilas oleh Ngurah Ardana, sosok Ngurah Anon memang suka berorganisasi. Terbukti pernah mengemban jabatan penting dan strategis di lingkungan pemerintah Tabanan dan Kabupaten Badung. Sebelum terjun ke dunia politik, Ngurah Anom dulunya adalah seorang PNS yang menamatkan sekolah di IPDN Lombok.
Kemudian setelah tamat didaulat menjadi wakil Camat Baturiti. Lalu pindah menjadi Camat Abiansemal pada kepemimpinan Bupati Badung Dewa Oka. Pernah juga menjadi Camat Kuta sembari mengenyam pendidikan di Universitas Ngurah Rai Denpasar mengambil jurusan Sosial Politik. Namun sayang saat itu Ngurah Anom mengundurkan diri menjadi PNS, karena lebih memilih fokus mengurus Radio Guntur yang ada di Singaraja.
Seiringa perjalanan waktu rakyat mendukung agar Ngurah Anom menjadi wakil rakyat sehingga bergabung di partai Golkar dan sempat menjadi Wakil Ketua DPRD Tabanan. "Tahun berapa kakak saya menjabat DPR saya lupa, yang jelas saat itu menjadi wakil rakyat satu periode," kenang Ngurah Ardana.
Selain itu Ngurah Anom pun sempat dipercaya nahkodai Ketua DPD II Golkar Tabanan bahkan sempat menjadi tandem Wakil Calon Bupati Tabanan bersama I Wayan Sukaja tahun 2010 yang saat itu pasangan tersebut bernama Sukarno. "Kakak memang suka organisasi karena sebelum terjun ke dunia politik aktif di organisasi Orari," tegasnya.
Ngurah Anom meninggalkan satu istri, Cokorda Istri Kendran dari Puri Semarabawa Klungkung, dan tiga orang anak masing-masing, Sagung Istri Dian Handayani, I Gusti Bagus Indra Surya Dharma dan I Gusti Ngurah Agung Krisna, serta enam orang cucu. *de
Mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan, I Gusti Ngurah Anom, tutup usia pada Selasa (25/12) lalu bertepatan dengan Hari Natal dan Penampahan Galungan. Ngurah Anom meninggal di usianya yang ke-69 tahun di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar sekitar pukul 08.40 Wita. Upacara palebon dilaksanakan Sukra Wage Kuningan, Jumat (4/12) hari ini, di Setra Gandamayu, Desa Adat Kota Tabanan.
Adik kelima Ngurah Anom, I Gusti Ngurah Ardana, 64, ditemui di rumah duka, Puri Tabanan kawasan Banjar Sakenan Belaran, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kamis (3/12), menerangkan, kakaknya tersebut meninggal Selasa pagi. Ngurah Anom dibawa ke rumah Sakit Kasih Ibu tanggal 15 Desember 2018 dengan kondisi tidak bisa jalan karena penyakit gula. Setelah dirawat kondisinya kembali pulih bahkan sehari sebelum meninggal atau Selasa pagi tanggal 24 Desember masih sempat bermain HP.
Tiba-tiba saja Senin (24/12) siang sekitar pukul 13.30 Wita mendadak menggigil dan tidak sadarkan diri hingga kondisinya benar-benar drop. "Setelah tidak stabil itu akhirnya meninggal Selasa pagi," ujarnya.
Sebagai adik, Ngurah Anom di keluarga dikenal kakak laki-laki tertua yang dihormati meskipun Ngurah Anom adalah anak ke keempat dari delapan bersaudara pasangan I Gusti Ngurang Gede (alm) dan Sagung Oka (alm). Tutur kata dan perintah selalu dituruti keluarga. Terlebih Ngurah Anom dikeluarga dikenal luwes dan demokratis. "Perintah dan tutur kata selalu dipatuhi karena beliau adalah kakak laki-laki tertua," terangnya.
Dikatakan, sebelum melaksanakan rentetan upacara, keluarga juga sudah melaksanakan nunas baos agar pelaksanaan upacara secara sekala niskala berjalan lancar. Disamping itu juga nunasang kematian dari Ngurah Anom. Saat itu lewat perantara orang pintar, Ngurah Anom mengatakan bahwa dirinya meninggal tidak sakit, namun sudah diminta Tuhan untuk ngayah di merajanya sendiri. "Sehingga saat di rumah sakit itu kondisi penyakitnya tidak terlalu fatal sekali, karena sempat bagus namun mendadak drop," aku Ngurah Ardana.
Diceritakan sekilas oleh Ngurah Ardana, sosok Ngurah Anon memang suka berorganisasi. Terbukti pernah mengemban jabatan penting dan strategis di lingkungan pemerintah Tabanan dan Kabupaten Badung. Sebelum terjun ke dunia politik, Ngurah Anom dulunya adalah seorang PNS yang menamatkan sekolah di IPDN Lombok.
Kemudian setelah tamat didaulat menjadi wakil Camat Baturiti. Lalu pindah menjadi Camat Abiansemal pada kepemimpinan Bupati Badung Dewa Oka. Pernah juga menjadi Camat Kuta sembari mengenyam pendidikan di Universitas Ngurah Rai Denpasar mengambil jurusan Sosial Politik. Namun sayang saat itu Ngurah Anom mengundurkan diri menjadi PNS, karena lebih memilih fokus mengurus Radio Guntur yang ada di Singaraja.
Seiringa perjalanan waktu rakyat mendukung agar Ngurah Anom menjadi wakil rakyat sehingga bergabung di partai Golkar dan sempat menjadi Wakil Ketua DPRD Tabanan. "Tahun berapa kakak saya menjabat DPR saya lupa, yang jelas saat itu menjadi wakil rakyat satu periode," kenang Ngurah Ardana.
Selain itu Ngurah Anom pun sempat dipercaya nahkodai Ketua DPD II Golkar Tabanan bahkan sempat menjadi tandem Wakil Calon Bupati Tabanan bersama I Wayan Sukaja tahun 2010 yang saat itu pasangan tersebut bernama Sukarno. "Kakak memang suka organisasi karena sebelum terjun ke dunia politik aktif di organisasi Orari," tegasnya.
Ngurah Anom meninggalkan satu istri, Cokorda Istri Kendran dari Puri Semarabawa Klungkung, dan tiga orang anak masing-masing, Sagung Istri Dian Handayani, I Gusti Bagus Indra Surya Dharma dan I Gusti Ngurah Agung Krisna, serta enam orang cucu. *de
Komentar