Sembahyang Bersama di Pura Kehen Saat Siwalatri
Malam Siwaratri diisi dengan persembahyangan bersama di Pura Kehen, Kelurahan Cempaga, Bangli bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (5/1) malam.
BANGLI, NusaBali
Persembahyangan bersama dihadiri Sekda Bangli Ida Bagus Gede Giri Putra, PHDI Bangli, para siswa SD, SMP, SMA/SMK di lingkungan kota Bangli. Umat diajak bisa menjalankan jagra, upawasa, dan monobrata selama 36 jam.
Sekda IB Giri Putra mengatakan, Siwaratri bertujuan mengendalikan hawa nafsu dan introspeksi diri akan perbuatan dan tujuan kehidupan di dunia ini. Sekda mengajak seluruh umat Hindu, khususnya masyarakat Bangli untuk bisa mengendalikan dan mengenali diri agar tidak terjerumus pada tujuh kegelapan diri. Dikatakan, malam purwaning Tilem Kapitu (hari dilaksanakannya Siwaratri), merupakan malam yang paling gelap di antara malam. “Di alam nyata dunia mengalami kegelapan, dalam pikiran manusia juga mengalami tujuh kegelapan (Sapta Timira) yang membuat kita lupa diri,” ungkapnya.
Sekda IB Giri Putra mengajak untuk melakukan tapa, brata, yoga, dan semadi untuk memohon sinar suci ke hadapan Ida Bhatara Siwa agar menghilangkan tujuh kegelapan dalam diri. Sementara Ketua Harian PHDI Bangli, I Nyoman Sukra, mengimbau umat agar bisa menjalankan brata Siwaratri yakni jagra (tidak tidur), monobrata (tidak berbicara), dan upawasa (tidak makan). Dijelaskan, jagra penuh dalam brata Siwaratri adalah tidak tidur selama 36 jam. “Kalau tidak bisa, jagra 24 jam juga bisa, kalau masih tidak bisa 12 jam juga tidak masalah, asal dilaksanakan dengan niat dan kesungguhan,” pesannya.
Demikian pula monobrata, jika tidak bisa dilaksanakan, tidak masalah, asal tidak membicarakan keburukan orang dan lebih banyak berbicara tentang agama dan kebaikan. Upawasa juga demikian, jika tidak sampai 36 jam, 24 jam juga boleh, kalau masih belum bisa 12 jam juga tidak masalah, asal dilaksanakan dengan niat tulus dan ikhlas. “Dalam agama Hindu tidak ada kata harus karena agama merupakan keseimbangan. Kalau bisa jalankan upawasa, monobrata, dan jagra selama 36 jam penuh sangat baik. Kalau hanya bisa 24 jam atau 12 jam juga tidak masalah, asal dilaksanakan dengan tulus ikhlas,” terangnya. *es
Sekda IB Giri Putra mengatakan, Siwaratri bertujuan mengendalikan hawa nafsu dan introspeksi diri akan perbuatan dan tujuan kehidupan di dunia ini. Sekda mengajak seluruh umat Hindu, khususnya masyarakat Bangli untuk bisa mengendalikan dan mengenali diri agar tidak terjerumus pada tujuh kegelapan diri. Dikatakan, malam purwaning Tilem Kapitu (hari dilaksanakannya Siwaratri), merupakan malam yang paling gelap di antara malam. “Di alam nyata dunia mengalami kegelapan, dalam pikiran manusia juga mengalami tujuh kegelapan (Sapta Timira) yang membuat kita lupa diri,” ungkapnya.
Sekda IB Giri Putra mengajak untuk melakukan tapa, brata, yoga, dan semadi untuk memohon sinar suci ke hadapan Ida Bhatara Siwa agar menghilangkan tujuh kegelapan dalam diri. Sementara Ketua Harian PHDI Bangli, I Nyoman Sukra, mengimbau umat agar bisa menjalankan brata Siwaratri yakni jagra (tidak tidur), monobrata (tidak berbicara), dan upawasa (tidak makan). Dijelaskan, jagra penuh dalam brata Siwaratri adalah tidak tidur selama 36 jam. “Kalau tidak bisa, jagra 24 jam juga bisa, kalau masih tidak bisa 12 jam juga tidak masalah, asal dilaksanakan dengan niat dan kesungguhan,” pesannya.
Demikian pula monobrata, jika tidak bisa dilaksanakan, tidak masalah, asal tidak membicarakan keburukan orang dan lebih banyak berbicara tentang agama dan kebaikan. Upawasa juga demikian, jika tidak sampai 36 jam, 24 jam juga boleh, kalau masih belum bisa 12 jam juga tidak masalah, asal dilaksanakan dengan niat tulus dan ikhlas. “Dalam agama Hindu tidak ada kata harus karena agama merupakan keseimbangan. Kalau bisa jalankan upawasa, monobrata, dan jagra selama 36 jam penuh sangat baik. Kalau hanya bisa 24 jam atau 12 jam juga tidak masalah, asal dilaksanakan dengan tulus ikhlas,” terangnya. *es
1
Komentar