'Nostalgia Jukung' Menuju Pura Sakenan Nihil Penumpang
Nostalgia dengan menaiki jukung untuk menyeberang ke Pura Sakenan, Desa Pakraman Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan melalui jalur laut dari Tukad Rangda dan Pantai Melasti ternyata kurang mendapat respons dari pamedek.
DENPASAR, NusaBali
Terbukti, penyeberangan naik jukung yang dibuka bersamaan dengan piodalan di Pura Sakenan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (5/1) lalu hingga nyejer hari kedua Senin (7/1) kemarin, masih nihil penumpang umum. Meski tak satupun ada penumpang pada pujawali kali ini, namun angkutan jukung tetap akan disediakan pada pujawali mendatang. Untuk diketahui, ‘Nostalgia Jukung’ ini digelar oleh Camat Denpasar Selatan bersama Kelurahan Sesetan, dan Kelompok Nelayan Segara Kodang. "Saat ini memang sama sekali belum ada penumpang. Walaupun ada 15 perahu yang siap untuk mengantar pamedek menuju Pura Sakenan," ujar Ketua Kelompok Nelayan Segara Kodang I Ketut Sukarsa, Senin (7/1).
Sukarsa mengaku akan kembali membenahi sistem sosialisasi agar bisa menjangkau lebih luas terutama kerjasama dengan media massa termasuk promosi di media sosial. Dia mengakui sosialisasi yang dilakukan sangat minim, apalagi penerapan baru diinstruksikan H-1 pujawali, sehingga waktu persiapan juga mepet dan fasilitas juga belum memadai untuk melayani penumpang menuju Pura Sakenan.
Nihilnya penumpang ini akan menjadi evaluasi kedepannya agar masyarakat tertarik untuk bernostalgia kembali menggunakan jukung. Pihaknya juga akan bekerjasama dengan Camat Denpasar Selatan untuk mengulas kembali sejarah perjalanan masyarakat yang akan tangkil ke Pura Sakenan dengan menggunakan jukung. Hal itu diharapkan menjadi pemicu minat masyarakat untuk naik jukung.
Selain itu, kedepannya Sukarsa juga ingin adanya perbaikan dermaga untuk naik dan turun penumpang salah satunya menyediakan tangga dan rakit agar pamedek tidak basah-basahan.
Sementara Camat Denpasar Selatan I Wayan Budha mengatakan terus memantau perkembangan kegiatan ‘Nostalgia Jukung’ ini. Budha mengakui, selain kendala pada letak lokasi yang jarang diketahui, pamedek yang tangkil ke Pura Sakenan kebanyakan mereka yang masih muda-muda karena belum tahun sejarah perjalanan pamedek sebelum dilakukan reklamasi. "Ada yang bertanya ngapain naik jukung padahal sudah ada jalan. Itu karena mereka yang tidak tahu sejarah, namun yang tahu sejarah juga menanyakan ternyata masih ada ya jukung yang nyeberang? Dengan pertanyaan-pertanyaan itu kami bisa ambil kesimpulan banyak yang belum tahu. Nanti kita sosialisasi kembali dengan mengungkap sejarahnya," jelas Budha. *mi
Sukarsa mengaku akan kembali membenahi sistem sosialisasi agar bisa menjangkau lebih luas terutama kerjasama dengan media massa termasuk promosi di media sosial. Dia mengakui sosialisasi yang dilakukan sangat minim, apalagi penerapan baru diinstruksikan H-1 pujawali, sehingga waktu persiapan juga mepet dan fasilitas juga belum memadai untuk melayani penumpang menuju Pura Sakenan.
Nihilnya penumpang ini akan menjadi evaluasi kedepannya agar masyarakat tertarik untuk bernostalgia kembali menggunakan jukung. Pihaknya juga akan bekerjasama dengan Camat Denpasar Selatan untuk mengulas kembali sejarah perjalanan masyarakat yang akan tangkil ke Pura Sakenan dengan menggunakan jukung. Hal itu diharapkan menjadi pemicu minat masyarakat untuk naik jukung.
Selain itu, kedepannya Sukarsa juga ingin adanya perbaikan dermaga untuk naik dan turun penumpang salah satunya menyediakan tangga dan rakit agar pamedek tidak basah-basahan.
Sementara Camat Denpasar Selatan I Wayan Budha mengatakan terus memantau perkembangan kegiatan ‘Nostalgia Jukung’ ini. Budha mengakui, selain kendala pada letak lokasi yang jarang diketahui, pamedek yang tangkil ke Pura Sakenan kebanyakan mereka yang masih muda-muda karena belum tahun sejarah perjalanan pamedek sebelum dilakukan reklamasi. "Ada yang bertanya ngapain naik jukung padahal sudah ada jalan. Itu karena mereka yang tidak tahu sejarah, namun yang tahu sejarah juga menanyakan ternyata masih ada ya jukung yang nyeberang? Dengan pertanyaan-pertanyaan itu kami bisa ambil kesimpulan banyak yang belum tahu. Nanti kita sosialisasi kembali dengan mengungkap sejarahnya," jelas Budha. *mi
1
Komentar