Datang Dijemput Ferrari, Menginap di Hotel Mewah
Ramai-ramai Warga Babel Tertipu Bitcoin
PANGKALPINANG, NusaBali
Dirkrimum Polda Bangka Belitung, Kombes Budi Hariyanto menerima laporan kasus dugaan penipuan transaksi internet BTC Panda, Bitcoin. Sedikitnya ada ratusan warga Babel diduga jadi korban penipuan pembayaran Bitcoin.
"Benar, untuk saat ini kasus dugaan penipuan transaksi internet dengan Bitcoin masih dalam penyelidikan petugas," kata Dirkrimum Polda Bangka Belitung Kombes Budi Hariyanto, Jumat (11/1) seperti dilansir detik.
Diketahui, kasus dugaan penipuan transaksi internet BTC Panda menggunakan pembayaran Bitcoin dilaporkan ke Mapolda Metro Jaya dengan Laporan Polisi: TBL/3388/ VII/2016/ PMJ/ DIT Reskrimsus tertanggal 17 Juli 2016.
Laporan polisi tersebut dilaporkan oleh Leader BTC Panda Bangka, Andre Efendy, ke Polda Metro Jaya. Kasus ini kembali mencuat ketika Leader BTC Panda Bangka mendatangi Polda Babel untuk mempertanyakan perkembangan kasus yang dilaporkan.
"Iya kemarin ke Polda, untuk menanyakan perkembangan kasus yang saya laporkan. Di Polda Metro Jaya dua laporan, terus Polda Padang dan Polda Bengkulu, namun hingga saat ini belum ada kejelasan," ungkap Andre Effendy.
Andre menambahkan, pengelola BTC Panda di Malaysia kontaknya sudah tidak bisa dihubungi.
"Kontak di Malaysia tidak bisa dihubungi, sedangkan perwakilan di Indonesia hanya diperiksa sebagai saksi, kasus ini sudah tiga tahun berjalan, belum diketahui titik terangnya," tambahnya.
Dari jumlah 1.695 Bitcoin, diinvestasikan anggota, baru 200 yang dikembalikan pada anggota jaringan setelah melakukan somasi terhadap pengelola BTC Panda di Malaysia dan sisanya belum dibayarkan. Akibat kejadian itu, para korban mengalami kerugian mencapai Rp 480 juta.
Andre mengingat kembali saat masa awal tergiur investasi virtual menggunakan Bitcoin. Ketika itu pada 8 Mei 2016, Andre serta 24 anggota jaringan BTC Panda bertolak ke Malaysia untuk menghadiri malam apresiasi bagi para anggota.
Sejumlah mobil mewah, termasuk di antaranya Ferrari, tiba di bandara untuk mengantarkan para tamu menuju hotel. "Semua pelayanan yang kami terima terbilang mewah. Bahkan Ferrari pun digunakan menjemput kami," kata Andre, Jumat (11/1) seperti dilansir kompas.
Ia hadir berombongan untuk melihat langsung potensi investasi Bitcoin. "Acara di hotel dihadiri sekitar 500 orang dari berbagai negara," ujarnya.
Usai malam apresiasi, anggota jaringan BTC Panda kemudian dikenalkan dengan pengelola inti berinisial HM dan NO. Selain presentasi investasi, mereka juga saling memperkenalkan anggota keluarga masing-masing. "Bertamu ke rumah mereka dan saya tahu orangnya anak profesor. Bagaimana tidak yakin?," ujarnya.
Belakangan semua yang dipaparkan dalam skema investasi tidak berjalan sesuai harapan. Uang ratusan juta terlanjur digelontorkan untuk membeli Bitcoin. Dugaan adanya penipuan menguat karena beberapa situs yang digunakan kemudian dihapus pengelola. Komunikasi yang kian sulit, serta tidak adanya imbal balik investasi membuat kasus ini berakhir di kantor polisi.
"Beberapa kali saya harus membayar sendiri uang anggota. Ada yang Rp 10 juta, ada yang Rp 30 juta. Itu pun masih banyak yang masih terbenam," tutur Andre. *
"Benar, untuk saat ini kasus dugaan penipuan transaksi internet dengan Bitcoin masih dalam penyelidikan petugas," kata Dirkrimum Polda Bangka Belitung Kombes Budi Hariyanto, Jumat (11/1) seperti dilansir detik.
Diketahui, kasus dugaan penipuan transaksi internet BTC Panda menggunakan pembayaran Bitcoin dilaporkan ke Mapolda Metro Jaya dengan Laporan Polisi: TBL/3388/ VII/2016/ PMJ/ DIT Reskrimsus tertanggal 17 Juli 2016.
Laporan polisi tersebut dilaporkan oleh Leader BTC Panda Bangka, Andre Efendy, ke Polda Metro Jaya. Kasus ini kembali mencuat ketika Leader BTC Panda Bangka mendatangi Polda Babel untuk mempertanyakan perkembangan kasus yang dilaporkan.
"Iya kemarin ke Polda, untuk menanyakan perkembangan kasus yang saya laporkan. Di Polda Metro Jaya dua laporan, terus Polda Padang dan Polda Bengkulu, namun hingga saat ini belum ada kejelasan," ungkap Andre Effendy.
Andre menambahkan, pengelola BTC Panda di Malaysia kontaknya sudah tidak bisa dihubungi.
"Kontak di Malaysia tidak bisa dihubungi, sedangkan perwakilan di Indonesia hanya diperiksa sebagai saksi, kasus ini sudah tiga tahun berjalan, belum diketahui titik terangnya," tambahnya.
Dari jumlah 1.695 Bitcoin, diinvestasikan anggota, baru 200 yang dikembalikan pada anggota jaringan setelah melakukan somasi terhadap pengelola BTC Panda di Malaysia dan sisanya belum dibayarkan. Akibat kejadian itu, para korban mengalami kerugian mencapai Rp 480 juta.
Andre mengingat kembali saat masa awal tergiur investasi virtual menggunakan Bitcoin. Ketika itu pada 8 Mei 2016, Andre serta 24 anggota jaringan BTC Panda bertolak ke Malaysia untuk menghadiri malam apresiasi bagi para anggota.
Sejumlah mobil mewah, termasuk di antaranya Ferrari, tiba di bandara untuk mengantarkan para tamu menuju hotel. "Semua pelayanan yang kami terima terbilang mewah. Bahkan Ferrari pun digunakan menjemput kami," kata Andre, Jumat (11/1) seperti dilansir kompas.
Ia hadir berombongan untuk melihat langsung potensi investasi Bitcoin. "Acara di hotel dihadiri sekitar 500 orang dari berbagai negara," ujarnya.
Usai malam apresiasi, anggota jaringan BTC Panda kemudian dikenalkan dengan pengelola inti berinisial HM dan NO. Selain presentasi investasi, mereka juga saling memperkenalkan anggota keluarga masing-masing. "Bertamu ke rumah mereka dan saya tahu orangnya anak profesor. Bagaimana tidak yakin?," ujarnya.
Belakangan semua yang dipaparkan dalam skema investasi tidak berjalan sesuai harapan. Uang ratusan juta terlanjur digelontorkan untuk membeli Bitcoin. Dugaan adanya penipuan menguat karena beberapa situs yang digunakan kemudian dihapus pengelola. Komunikasi yang kian sulit, serta tidak adanya imbal balik investasi membuat kasus ini berakhir di kantor polisi.
"Beberapa kali saya harus membayar sendiri uang anggota. Ada yang Rp 10 juta, ada yang Rp 30 juta. Itu pun masih banyak yang masih terbenam," tutur Andre. *
1
Komentar