Durian, Buah Naga dan Salak Tunggu Packing House
Susul Manggis, Tembus Pasar Ekspor
DENPASAR,NusaBali
Pasca manggis, beberapa produk hortikultura Bali berpeluang menyusul jadi komoditas unggulan untuk diekspor. Di antaranya durian dan salak gula pasir. Sama dengan manggis pangsa pasarnya, juga masih pasar China.
“Sudah ada yang meminta sample,” ungkap I Wayan Sugiarta, pebisnis hortikultura dari Blahkiuh, Badung, Jumat (11/1). Sample yang dimaksud adalah durian yakni jenis durian kane, yang telah dikirim ke China beberapa waktu lalu.
Sugiarta yang juga Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali, yakin dalam tahun 2019 akan ada ekspor durian Bali ke China khususnya. “Tinggal nanti mempersiapkan packing house-nya,” jelasnya.
Tentunya SOP packing house durian dan juga produk horti lainnya, seperti salak dan buah naga, berbeda dengan packing house manggis. Itu karena bentuk dan karekteristik masing-masing berbeda. Menurut Sugiarta, jika memang sepakat ada ekspor, tentunya karantina di Bali/Indonesia akan berkomunikasi dengan pihak karantina luar (negara tujuan) untuk menentukan SOP packing house. “Packing house tersebut harus ada,” ujar Sugiarta.
Bali menurut Sugiarta, memiliki potensi besar sebagai penghasil durian dengan kualitas ekspor yakni durian kane. Sentra durian kane tersebut antara lain di Sangkan Gunung, Sidemen Karangasem, Tajun, Sudaji di Kabupaten Buleleng, Sepang dan Pupuan di Tabanan dan Petang, Kabupaten Badung. “Itu dari beberapa sample yang berhasil kami telusuri,”ungkapnya.
Dan durian kane untuk ekspor ini berbeda dengan durian lokal dengan duri yang kecil lancip. Sedang durian kane, durinya besar dan tumpul. Perlu waktu 5-7 hari supaya matang, sejak waktu panen.
Selain durian, buah naga dan salak gula pasir juga potensial diekspor. Namun perlu packing house yang standar ekspor. Sebelumnya manggis telah sukses menembus pasar ekspor khususnya China. Permintaan manggis dari China demikian tinggi, sehingga 60 ton ekspor manggis setiap hari tak mampu menutupi permintaan pasar China. “Permintaan unlimited sepertinya,” ujar Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Hortikultura I Wayan Sunarta. Dikatakan banyak buyer dari China yang datang langsung ke Bali, melakukan transaksi dengan petani manggis. *k17
Pasca manggis, beberapa produk hortikultura Bali berpeluang menyusul jadi komoditas unggulan untuk diekspor. Di antaranya durian dan salak gula pasir. Sama dengan manggis pangsa pasarnya, juga masih pasar China.
“Sudah ada yang meminta sample,” ungkap I Wayan Sugiarta, pebisnis hortikultura dari Blahkiuh, Badung, Jumat (11/1). Sample yang dimaksud adalah durian yakni jenis durian kane, yang telah dikirim ke China beberapa waktu lalu.
Sugiarta yang juga Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali, yakin dalam tahun 2019 akan ada ekspor durian Bali ke China khususnya. “Tinggal nanti mempersiapkan packing house-nya,” jelasnya.
Tentunya SOP packing house durian dan juga produk horti lainnya, seperti salak dan buah naga, berbeda dengan packing house manggis. Itu karena bentuk dan karekteristik masing-masing berbeda. Menurut Sugiarta, jika memang sepakat ada ekspor, tentunya karantina di Bali/Indonesia akan berkomunikasi dengan pihak karantina luar (negara tujuan) untuk menentukan SOP packing house. “Packing house tersebut harus ada,” ujar Sugiarta.
Bali menurut Sugiarta, memiliki potensi besar sebagai penghasil durian dengan kualitas ekspor yakni durian kane. Sentra durian kane tersebut antara lain di Sangkan Gunung, Sidemen Karangasem, Tajun, Sudaji di Kabupaten Buleleng, Sepang dan Pupuan di Tabanan dan Petang, Kabupaten Badung. “Itu dari beberapa sample yang berhasil kami telusuri,”ungkapnya.
Dan durian kane untuk ekspor ini berbeda dengan durian lokal dengan duri yang kecil lancip. Sedang durian kane, durinya besar dan tumpul. Perlu waktu 5-7 hari supaya matang, sejak waktu panen.
Selain durian, buah naga dan salak gula pasir juga potensial diekspor. Namun perlu packing house yang standar ekspor. Sebelumnya manggis telah sukses menembus pasar ekspor khususnya China. Permintaan manggis dari China demikian tinggi, sehingga 60 ton ekspor manggis setiap hari tak mampu menutupi permintaan pasar China. “Permintaan unlimited sepertinya,” ujar Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Hortikultura I Wayan Sunarta. Dikatakan banyak buyer dari China yang datang langsung ke Bali, melakukan transaksi dengan petani manggis. *k17
Komentar