Pengurus Baru Dilantik, PDDI Bali Diminta Gaet Milenials
Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Provinsi Bali resmi dilantik Sabtu (12/1) di The Patra Resort and Villas, Tuban, Kuta, Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Pengurus baru mendapat tantangan besar menggaet milenials untuk ikut berperan serta memenuhi kebutuhan darah di Bali. Ketua Pengurus Besar PDDI Pusat, H Adang Daradjatun, mengatakan PDDI memiliki tugas utama membantu PMI dalam mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk semangat mendonorkan darahnya. Darah saat ini sangat dibutuhkan oleh manusia lainnya, terlebih saat-saat seperti sekarang banyak terjadi bencana alam, kecelakaan dan kejadian gawat darurat lainnya. Termasuk pula ibu-ibu yang melahirkan dan pasien-pasien di rumah sakit sangat membutuhkan darah.
“PMI dan PDDI di Bali khususnya sangat diharapkan bisa lebih maju. Terlebih lagi Bali menjadi daerah pariwisata, sehingga memerlukan suatu penyiapan darah tertentu, yang memang harus disiapkan oleh PMI dan PDDI,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan PDDI ke depan adalah menggugah kemauan masyarakat untuk donor darah secara sukarela. Sehingga jumlah pendonor tiap tahun makin meningkat untuk memenuhi kebutuhan darah. Menurutnya, kemauan berdonor saat ini sudah terlihat di kalangan anak muda. Tantangan ke depan adalah bagaimana menggaet millenials agar mau berdonor darah.
“Saya tadi bertemu dengan seorang pendonor yang sudah mendapatkan 100 kali donor, namun umurnya masih relatif muda. Sedangkan waktu saya dulu, mendapat penghargaan 100 kali donor, biasanya umurnya sudah tua-tua,” ceritanya.
Antusiasnya anak muda hingga mampu meraih 100 kali donor, menurutnya mencerminkan suatu fenomena positif. PDDI nantinya diharapkan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak para milenials lebih banyak lagi untuk ikut serta donor darah.
“Saya sudah sampaikan ke pengurus yang baru, tolong kaum milenials ini diajak serta dalam proses penyiapan darah ini. Tugas berat PDDI sekarang adalah meyakinkan para milenials bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menggantikan darah. Selain menolong sesama, donor darah juga bisa memberikan kesehatan bagi tubuh,” terangnya.
Sementara itu, Gubernur Bali yang diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Bali, dr Ketut Suarjaya mengungkapkan, dilihat dari jumlah penduduk Bali sebanyak 4,2 juta jiwa, jika standar WHO, sebenarnya ketersediaan darah adalah 2 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti, paling tidak harus ada 84 ribu kantong darah per tahunnya. Namun saat ini baru terpenuhi sebanyak 50 ribu.
“Ketersediaan darah bisa berubah, tergantung dari kondisi-kondisi gawat darurat, bencana alam, dan lain-lain. Saat ini baru terpenuhi sekitar 50 ribu kantong darah, namun masih ada juga pasokan-pasokan darah dari kabupaten/kota,” ungkapnya.
Pemprov Bali mengapresiasi PDDI Bali yang aktif memberikan sosialisasi dan informasi untuk menyadarkan setiap orang bahwa donor darah itu mulia dan sehat. Kemitraan dengan pemerintah daerah telah dilakukan sejak lama, dimana PDDI mendukung pemerintah khususnya PMI untuk penyediaan darah.
Menanggapi kebutuhan 2 persen atau 84 ribu kantong darah di Bali, Ketua PDDI Bali terlantik, Ketut Pringgantara mengatakan, perlu adanya edukasi ke masyarakat secara bersama. Tidak hanya meningkatkan jumlah pendonor, namun juga meningkatkan kualitas darah. Salah satunya dengan menerapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) mulai dari lingkungan keluarga, yang digalakkan oleh Kementerian Kesehatan. “Kami mengawali dengan cinta kasih. Didukung oleh pemerintah dan pengurus besar, ini menjadi spirit kami untuk bekerja lebih baik lagi,” ucapnya. *ind
Pengurus baru mendapat tantangan besar menggaet milenials untuk ikut berperan serta memenuhi kebutuhan darah di Bali. Ketua Pengurus Besar PDDI Pusat, H Adang Daradjatun, mengatakan PDDI memiliki tugas utama membantu PMI dalam mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk semangat mendonorkan darahnya. Darah saat ini sangat dibutuhkan oleh manusia lainnya, terlebih saat-saat seperti sekarang banyak terjadi bencana alam, kecelakaan dan kejadian gawat darurat lainnya. Termasuk pula ibu-ibu yang melahirkan dan pasien-pasien di rumah sakit sangat membutuhkan darah.
“PMI dan PDDI di Bali khususnya sangat diharapkan bisa lebih maju. Terlebih lagi Bali menjadi daerah pariwisata, sehingga memerlukan suatu penyiapan darah tertentu, yang memang harus disiapkan oleh PMI dan PDDI,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan PDDI ke depan adalah menggugah kemauan masyarakat untuk donor darah secara sukarela. Sehingga jumlah pendonor tiap tahun makin meningkat untuk memenuhi kebutuhan darah. Menurutnya, kemauan berdonor saat ini sudah terlihat di kalangan anak muda. Tantangan ke depan adalah bagaimana menggaet millenials agar mau berdonor darah.
“Saya tadi bertemu dengan seorang pendonor yang sudah mendapatkan 100 kali donor, namun umurnya masih relatif muda. Sedangkan waktu saya dulu, mendapat penghargaan 100 kali donor, biasanya umurnya sudah tua-tua,” ceritanya.
Antusiasnya anak muda hingga mampu meraih 100 kali donor, menurutnya mencerminkan suatu fenomena positif. PDDI nantinya diharapkan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak para milenials lebih banyak lagi untuk ikut serta donor darah.
“Saya sudah sampaikan ke pengurus yang baru, tolong kaum milenials ini diajak serta dalam proses penyiapan darah ini. Tugas berat PDDI sekarang adalah meyakinkan para milenials bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menggantikan darah. Selain menolong sesama, donor darah juga bisa memberikan kesehatan bagi tubuh,” terangnya.
Sementara itu, Gubernur Bali yang diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Bali, dr Ketut Suarjaya mengungkapkan, dilihat dari jumlah penduduk Bali sebanyak 4,2 juta jiwa, jika standar WHO, sebenarnya ketersediaan darah adalah 2 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti, paling tidak harus ada 84 ribu kantong darah per tahunnya. Namun saat ini baru terpenuhi sebanyak 50 ribu.
“Ketersediaan darah bisa berubah, tergantung dari kondisi-kondisi gawat darurat, bencana alam, dan lain-lain. Saat ini baru terpenuhi sekitar 50 ribu kantong darah, namun masih ada juga pasokan-pasokan darah dari kabupaten/kota,” ungkapnya.
Pemprov Bali mengapresiasi PDDI Bali yang aktif memberikan sosialisasi dan informasi untuk menyadarkan setiap orang bahwa donor darah itu mulia dan sehat. Kemitraan dengan pemerintah daerah telah dilakukan sejak lama, dimana PDDI mendukung pemerintah khususnya PMI untuk penyediaan darah.
Menanggapi kebutuhan 2 persen atau 84 ribu kantong darah di Bali, Ketua PDDI Bali terlantik, Ketut Pringgantara mengatakan, perlu adanya edukasi ke masyarakat secara bersama. Tidak hanya meningkatkan jumlah pendonor, namun juga meningkatkan kualitas darah. Salah satunya dengan menerapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) mulai dari lingkungan keluarga, yang digalakkan oleh Kementerian Kesehatan. “Kami mengawali dengan cinta kasih. Didukung oleh pemerintah dan pengurus besar, ini menjadi spirit kami untuk bekerja lebih baik lagi,” ucapnya. *ind
Komentar