Antisipasi Terulangnya Plafon Ambruk, Angkasa Pura I Optimalkan Pengawasan
Peristiwa plafon ambruk dan air menggenang akibat hujan deras di Terminal Domestik Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung pada Sabtu (12/1) sore membuat Angkasa Pura I berbenah.
MANGUPURA, NusaBali
Ke depan konstruksi bangunan akan diawasi oleh pengawas independen. General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Yanus Suprayogi, mengungkapkan insiden ambruknya plafon saat hujan deras mengguyur sejumlah titik termasuk kawasan Bandara Ngurah Rai membuat pihaknya akan melakukan pemeliharaan optimal terhadap semua bangunan di bandara. Proses pemeliharaan bangunan dijalankan oleh penyedia pekerjaan dan pengawasannya dilakukan oleh pengawas independen. “Agar proses pemeliharaan tetap optimal, tim pengawas independen diterjunkan untuk memantau pengerjaan,” ujar Yanus, Sabtu (12/1) malam.
Menurut Yanus, kebocoran dan jebolnya beberapa plafon bukan karena bangunan tidak memenuhi standar. Namun dipicu oleh cuaca yang dikategorikan ekstrem. Bahkan, data yang dikirim pihak BMKG, kondisi cuaca di sekitar bandara pada saat kejadian memang dalam keadaan yang cukup ekstrem. Kondisi angin dari arah barat berkecepatan 7-22 knots (13-40 km/jam), dengan kecepatan angin kencang dalam waktu singkat berkisar antara 30 knots (56 km/jam). Dengan curah hujan sebesar 37 mm/jam, kondisi ini dinyatakan sebagai curah hujan ekstrem dengan jarak pandang berada dalam rentang 400-7.000 meter.
“Kondisi cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin yang cukup kencang juga disertai oleh badai guntur, dengan tekanan udara sebesar 1.008 hPa. Itu yang menyebabkan atap mengalami kebocoran dan beberapa plafon ambruk,” tutur Yanus.
Sebelumnya diberitakan, hujan deras yang nyaris menguyur seluruh wilayah di Bali pada Sabtu (12/1) sekitar pukul 15.00 Wita memberikan dampak cukup serius di sejumlah teempat. Salah satunya adalah Bandara Internasional Ngurah Rai. Atap terminal domestik mengalami kebocoran dan plafon runtuh. Bahkan, intensitas hujan yang cukup besar membuat sebagian air masuk ke dalam ruangan. Beruntung, tidak ada korban terkena serpihan plafon. Petugas Angkasa Pura (AP) I selaku pengelola langsung melakukan tindakan penanganan. Sementara, aktivitas penerbangan sama sekali tidak terganggu. *dar
Menurut Yanus, kebocoran dan jebolnya beberapa plafon bukan karena bangunan tidak memenuhi standar. Namun dipicu oleh cuaca yang dikategorikan ekstrem. Bahkan, data yang dikirim pihak BMKG, kondisi cuaca di sekitar bandara pada saat kejadian memang dalam keadaan yang cukup ekstrem. Kondisi angin dari arah barat berkecepatan 7-22 knots (13-40 km/jam), dengan kecepatan angin kencang dalam waktu singkat berkisar antara 30 knots (56 km/jam). Dengan curah hujan sebesar 37 mm/jam, kondisi ini dinyatakan sebagai curah hujan ekstrem dengan jarak pandang berada dalam rentang 400-7.000 meter.
“Kondisi cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin yang cukup kencang juga disertai oleh badai guntur, dengan tekanan udara sebesar 1.008 hPa. Itu yang menyebabkan atap mengalami kebocoran dan beberapa plafon ambruk,” tutur Yanus.
Sebelumnya diberitakan, hujan deras yang nyaris menguyur seluruh wilayah di Bali pada Sabtu (12/1) sekitar pukul 15.00 Wita memberikan dampak cukup serius di sejumlah teempat. Salah satunya adalah Bandara Internasional Ngurah Rai. Atap terminal domestik mengalami kebocoran dan plafon runtuh. Bahkan, intensitas hujan yang cukup besar membuat sebagian air masuk ke dalam ruangan. Beruntung, tidak ada korban terkena serpihan plafon. Petugas Angkasa Pura (AP) I selaku pengelola langsung melakukan tindakan penanganan. Sementara, aktivitas penerbangan sama sekali tidak terganggu. *dar
Komentar