Koster: Perubahan Nama Tol untuk Menyatukan Ikon
Gubernur Wayan Koster tegaskan usulan perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara menjadi I Gusti Ngurah Rai bertujuan untuk satukan ikon keseluruhan transportasi di wilayah Badung Selatan.
DENPASAR, NusaBali
Sedangkan sejumlah nama Bali Mandara warisan Gubernur sebelumnya tidak ada disentuh, seperti SMAN Bali Mandara dan RS Mata Bali Mandara. Gubernur Koster beber pertimbangan mengusulkan pergantian nama Jalan Tol Bali Mandara gara-gara ‘dipancing’ juru bicara Fraksi Golkar DPRD Bali, I Wayan Rawan Atmaja, yang mempertanyakan alasan pergantian nama tersebut. Pertanyaan Rawan Atmaja itu dilontarkan begitu dia selesai membacakan pandangan umum Fraksi Golkar.
“Kami meminta penjelasan dari Saudara Gubernur Bali terkait dengan pergantian nama Jalan Tol Bali Mandara, supaya tidak simpangsiur,” sergah Rawan Atmaja dalam sidang paripurna yang dimulai sekitar pukul 10.30 Wita tersebut.
Gubernur Koster tidak langsung menjawab pertanyaan Jubir Fraksi Golkar, namun memberikan ruang dulu kepada fraksi-fraksi lainnya untuk menyampaikan pandangan umum dalam sidang paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama tersebut. Barulah setelah sidang akan ditutup, Gubernur Koster angkat bicara menanggapi pertanyaan Fraksi Golkar.
Koster yang kemarin didampingi Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, membeber semuanya dengan gamblang. Para anggota DPRD Bali dan sejumlah Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang hadir pun terdiam dan dengan seksama mendengarkan penjelasan Koster. “Saya sebagai Gubernur Bali memang mengajukan perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara menjadi Jalan Tol Ngurah Rai kepada Menteri Perhubungan,” ujar Koster mengawali penjelasannya.
Menurut Koster, perubahan menjadi Jalan Tol I Gusti Ngurah Rai ini dengan pertimbangan untuk menyatukan ikon keseluruhan infrastruktur di kawasan sekitarnya. Sebab, di sana sudah ada Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Jalan Bypass Ngurah Rai, hingga Patung I Gusti Ngurah Rai. Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak, Koster dapat masukan agar sebaiknya wilayah tersebut dijadikan satu kesatuan ikon.
“Jadi, sama sekali tidak ada bermaksud meniadakan nama-nama peninggalan Gubernur Bali sebelumnya (Made Mangku Pastika dengan program Bali Mandara, Red). Tujuannya hanya menyatukan satu ikon di kawasan itu,” tegas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster menegaskan, berkaitan dengan nama-nama lainnya yang menyandang ‘Bali Mandara’, tidak ada yang disentuh alias diubah. Contahnya, program Simantri Bali Mandara, RS Bali Mandara, SMAN/SMKN Bali Mandara, dan RS Mata Bali Mandara. Program Bali Mandara warisan Gubernur Pastika yang bagus-bagus juga dipertahankan Koster.
“SMAN Bali Mandara di Buleleng tetap kita teruskan, namanya tidak diubah. Programnya juga diteruskan, karena memang sangat baik," tandas Koster. “Bahkan, saya akan memperbaiki programnya supaya lebih bagus. Di Karangasem, saya akan bangun juga SMAN Bali Mandara, untuk mempercepat pengentasan kemiskinan,” beber mantan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali ini disambut tepuk tangan peserta sidang paripurna.
Begitu Gubernur Koster usai bicara, Ketua DPRD Bali Adi Wiryatama langsung menyambar pengeras suara. Adi Wiryatama menegaskan, pemerintahan daerah, eksekutif dan legislatif, adalah satu. Kalau sudah satu dan bersama-sama untuk memajukan Bali, maka semuanya akan selesai dan Bali semakin maju serta sejahtera. “Kami berharap kita selalu satu kata dan satu cita-cita memajukan Bali supaya makin sejahtera,” ujar Adi Wiryatama, politisi senior PDIP yang mantan Bupati Tabanan dua kali periode (200-2005, 2005-2010) ini.
Sementara itu, Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali Made Dauh Wijana menyatakan pihaknya akan membahas jawaban Gubernur Koster atas pertanyaan terkait perubahan nama Tol Bali Mandara ini. “Tentunya akan kita kaji jawaban Gubernur Koster. Kalau alasan pergantian untuk menyatukan ikon, boleh-lah,” jelas Dauh Wijana seusai sidang parpirpurna kemarin.
“Tapi, itu adalah menjawab informasi yang simpangsiur selama ini. Ada isu pergantian nama, tapi isunya simpangsiur. Sekarang sudah dapat dengan jelas jawabannya, ya kita terima. Selanjutnya, kita lakukan kajian atas proses yang akan berjalan itu,” lanjut politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang juga Ketua DPD II Golkar Gianyar ini.
Sebelumnya, Gubernur Koster memang sudah mengajukan perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara yang dibangun di era Gubernur Pastika menjadi Jalan Tol I Gusti Ngurah Rai. Pastika sendiri juga tidak keberatan atas perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara rute Benoa (Denpasar Selatan)-Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung)-Nusa Dua (Kecamatan Kuta Selatan, Badung) sepanjang 12 kilometer itu diganti nama.
“Saya tidak keberatan dilakukan perubahan nama, asalkan Jalan Tol Bali Mandara tidak dibongkar. Bilar perlu, kalau bisa, Gubernur yang sekarang (Koster) bisa membebaskan biaya masuk alias digratiskan Tol. Kalau masih soal nama, saya tidak masalah,” ujar Pastika kepada NusaBali dalam beberapa kali kesempatan. *nat
Sedangkan sejumlah nama Bali Mandara warisan Gubernur sebelumnya tidak ada disentuh, seperti SMAN Bali Mandara dan RS Mata Bali Mandara. Gubernur Koster beber pertimbangan mengusulkan pergantian nama Jalan Tol Bali Mandara gara-gara ‘dipancing’ juru bicara Fraksi Golkar DPRD Bali, I Wayan Rawan Atmaja, yang mempertanyakan alasan pergantian nama tersebut. Pertanyaan Rawan Atmaja itu dilontarkan begitu dia selesai membacakan pandangan umum Fraksi Golkar.
“Kami meminta penjelasan dari Saudara Gubernur Bali terkait dengan pergantian nama Jalan Tol Bali Mandara, supaya tidak simpangsiur,” sergah Rawan Atmaja dalam sidang paripurna yang dimulai sekitar pukul 10.30 Wita tersebut.
Gubernur Koster tidak langsung menjawab pertanyaan Jubir Fraksi Golkar, namun memberikan ruang dulu kepada fraksi-fraksi lainnya untuk menyampaikan pandangan umum dalam sidang paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama tersebut. Barulah setelah sidang akan ditutup, Gubernur Koster angkat bicara menanggapi pertanyaan Fraksi Golkar.
Koster yang kemarin didampingi Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, membeber semuanya dengan gamblang. Para anggota DPRD Bali dan sejumlah Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang hadir pun terdiam dan dengan seksama mendengarkan penjelasan Koster. “Saya sebagai Gubernur Bali memang mengajukan perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara menjadi Jalan Tol Ngurah Rai kepada Menteri Perhubungan,” ujar Koster mengawali penjelasannya.
Menurut Koster, perubahan menjadi Jalan Tol I Gusti Ngurah Rai ini dengan pertimbangan untuk menyatukan ikon keseluruhan infrastruktur di kawasan sekitarnya. Sebab, di sana sudah ada Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Jalan Bypass Ngurah Rai, hingga Patung I Gusti Ngurah Rai. Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak, Koster dapat masukan agar sebaiknya wilayah tersebut dijadikan satu kesatuan ikon.
“Jadi, sama sekali tidak ada bermaksud meniadakan nama-nama peninggalan Gubernur Bali sebelumnya (Made Mangku Pastika dengan program Bali Mandara, Red). Tujuannya hanya menyatukan satu ikon di kawasan itu,” tegas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster menegaskan, berkaitan dengan nama-nama lainnya yang menyandang ‘Bali Mandara’, tidak ada yang disentuh alias diubah. Contahnya, program Simantri Bali Mandara, RS Bali Mandara, SMAN/SMKN Bali Mandara, dan RS Mata Bali Mandara. Program Bali Mandara warisan Gubernur Pastika yang bagus-bagus juga dipertahankan Koster.
“SMAN Bali Mandara di Buleleng tetap kita teruskan, namanya tidak diubah. Programnya juga diteruskan, karena memang sangat baik," tandas Koster. “Bahkan, saya akan memperbaiki programnya supaya lebih bagus. Di Karangasem, saya akan bangun juga SMAN Bali Mandara, untuk mempercepat pengentasan kemiskinan,” beber mantan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali ini disambut tepuk tangan peserta sidang paripurna.
Begitu Gubernur Koster usai bicara, Ketua DPRD Bali Adi Wiryatama langsung menyambar pengeras suara. Adi Wiryatama menegaskan, pemerintahan daerah, eksekutif dan legislatif, adalah satu. Kalau sudah satu dan bersama-sama untuk memajukan Bali, maka semuanya akan selesai dan Bali semakin maju serta sejahtera. “Kami berharap kita selalu satu kata dan satu cita-cita memajukan Bali supaya makin sejahtera,” ujar Adi Wiryatama, politisi senior PDIP yang mantan Bupati Tabanan dua kali periode (200-2005, 2005-2010) ini.
Sementara itu, Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali Made Dauh Wijana menyatakan pihaknya akan membahas jawaban Gubernur Koster atas pertanyaan terkait perubahan nama Tol Bali Mandara ini. “Tentunya akan kita kaji jawaban Gubernur Koster. Kalau alasan pergantian untuk menyatukan ikon, boleh-lah,” jelas Dauh Wijana seusai sidang parpirpurna kemarin.
“Tapi, itu adalah menjawab informasi yang simpangsiur selama ini. Ada isu pergantian nama, tapi isunya simpangsiur. Sekarang sudah dapat dengan jelas jawabannya, ya kita terima. Selanjutnya, kita lakukan kajian atas proses yang akan berjalan itu,” lanjut politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang juga Ketua DPD II Golkar Gianyar ini.
Sebelumnya, Gubernur Koster memang sudah mengajukan perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara yang dibangun di era Gubernur Pastika menjadi Jalan Tol I Gusti Ngurah Rai. Pastika sendiri juga tidak keberatan atas perubahan nama Jalan Tol Bali Mandara rute Benoa (Denpasar Selatan)-Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung)-Nusa Dua (Kecamatan Kuta Selatan, Badung) sepanjang 12 kilometer itu diganti nama.
“Saya tidak keberatan dilakukan perubahan nama, asalkan Jalan Tol Bali Mandara tidak dibongkar. Bilar perlu, kalau bisa, Gubernur yang sekarang (Koster) bisa membebaskan biaya masuk alias digratiskan Tol. Kalau masih soal nama, saya tidak masalah,” ujar Pastika kepada NusaBali dalam beberapa kali kesempatan. *nat
1
Komentar