Ekspor Kopi Bali 'Nebeng' Lewat Surabaya
Para pengusaha kopi Bali masih harus mengirim komoditas unggulan ini lewat Surabaya.
DENPASAR, NusaBali
Bahkan, ekspor yang dilakukan masih ‘menumpang’ lewat pihak ketiga atau eksportir lain. Hal tersebut terjadi, karena di Bali hampir tidak ada pengusaha/eksportir yang punya kapasitas mengirim kopi dalam volume besar, yakni kontainer. “Yang ekspor langsung, biasanya dalam volume mini, misalnya dalam bentuk paket kemasan atau sampel untuk roaster beberapa kilogram, “ujar Komang Sukarsana, pengusaha kopi dari Kintamani, Bangli, Rabu (16/1).
Sedang ekspor dalam volume besar, dalam jumlah ratusan kilogram atau satuan ton, menggunakan kontainer. Sepanjang pengetahuannya, kata Sukarsana, belum ada ‘pemain kopi’ Bali Bali yang melakukannya. “Yang secara khusus mengumpulkan kopi Bali dalam jumlah banyak itu belum ada di Bali,” ujar Sukarsana.
Ketiadaan eksportir besar kopi Bali, secara bisnis relatif tidak ada pengaruhnya . Dengan catatan, kata Sukarsana, semasih sistem perdagangan itu sama sama menguntungakn kedua belah pihak antara petani dan eksportir itu sendiri.”Malahan konsep kolaborasi itu bagus,” ujarnya.
Karena itu kalau mau menjadi ekspotir kopi Bali, seperti kopi Kintamani tentu harus berani bersaing dengan eksportir luar yang telah lama menjadi mitra petani. Tentu juga dengan harga yang bersaing atau lebih,” ujarnya.
Idealnya mungkin dalam bentuk koperasi dimana petani kopi yang jadi anggotanya. Atau pemerintah yang memfasilitasi menyediakan sarana maupun perizinan yang dikelola koperasi. “Jadi setiap IKM atau petani yang memiliki pasar luar negeri bisa memanfaatkan jasa perizinan dan sarana seperti kargo,” ujar Sukarsana.
Sebelumnya Dewa Raka, pengusaha kopi Bali lainnya, mengatakan ekspor kopi Bali dilakukan lewat pihak ketiga yakni eksportir dari luar daerah. Dikatakan pasar ekspor kopi Bali terbilang bagus. Diantaranya Jepang, Korea, Australia dan lainnya. Panen raya, kata Dewa Raka akan berlangsung nanti, Juni-Juli dan Agustus. “Hanya ekspor melalui pihak ketiga,” ungkap Dewa Raka.
Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan, menyebutkan produksi kopi sekitar 14,5 ton sekali masa panen. Masing-masing 4.200 -4.500 ton kopi Arabica dan 10 ribu ton kopi Robusta. Areal budidaya kopi Arabica berada di kawasan Wanagiri (Buleleng), Bangli dan Petang (Badung). Sedang budidaya kopi Robusta di antaranya ada di Pupuan, Tabanan dan Busungbiu , Buleleng. *k17
Komentar