'Jangan Halangi Satgas'
Jangan sampai menghalangi kerja Polri dan Satgas Anti Mafia Bola dalam memberantas match fixing, yang seperti kanker dalam tubuh sepakbola Indonesia.
Ad Hoc Integritas PSSI Dinilai Telat
JAKARTA, NusaBali
Pembentukan Komite Ad Hoc Integritas PSSI dianggap terlambat. Komite tersebut diharapkan tak menghalangi kerja Satgas Anti Mafia Bola yang dibentuk Kepolisian RI.
Kongres Tahunan PSSI di Bali pada Minggu (20/1) menghasilkan beberapa keputusan, salah satunya pembentukan Ad Hoc Integritas. Komite tersebut bertugas memberantas pengaturan skor dalam sepakbola Tanah Air.
Komite Ad Hoc Integritas itu dipimpin Ahmad Riyadh dan wakilnya dijabat Azwan Karim. Komite tersebut menjadi bakal Departemen Integritas pada 2020. Komite Ad Hoc Integritas bekerja selama satu tahun.
Pemerhati sepakbola, M. Kusnaeni atau yang akrab disapa Bung Kus, menilai pembentukan Komite Ad Hoc Integritas terlambat. Sebab Satgas Anti Mafia Bola sudah membuat langkah kongkret.
"Membentuk Komite Ad Hoc Integritas itu sah saja dan kewenangan PSSI untuk mengatasi permasalahan yang ada. Yang penting, jangan sampai menghalangi kerja Polri dan Satgas dalam memberantas match fixing yang menjadi seperti kanker dalam tubuh sepakbola Indonesia," ujar Kusnaini, Minggu (20/1).
"Apalagi Ketua Umum sebelumnya, Edy Rahmayadi, membuat langkah berani membuka pintu selebar-lebarnya kepada satgas membongkar kasus match fixing secara tuntas," kata Kusnaini, kepada detikSport.
Sementara pengamat olahraga senior Budiarto Shambazy, keputusan Edy Rahmayadi mundur dari ketua umum dinilai belum cukup membuat PSSI lebih baik. Executive Committee-nya (Excco) pun juga harus dirombak.
Shambazy menilai Edy melepas tanggung jawab seenaknya dengan memilih mundur dari kursi ketua umum. Apalagi, masalah sepakbola di Indonesia masih banyak. Kalau mundur dirancang dulu. Akibatnya, terkesan tidak bertanggung jawab. Apalagi setelah mundur langsung pergi dari tempat kongres.
Dengan memberikan langsung ke Waketum, kata Budiarto, harus dipertanyakan lagi. Budiarto menilai pergantian itu belum cukup, sebab exco-nya juga harus dibenahi. Justru tuntutan lebih kencang soal itu.
"Di FIFA saja Exco dibubarkan, jadi ya harus gelar Kongres Luar Biasa yang komprehensif. Jangan cuma sebatas ganti Edy ke Jokdri terus selesai, enggak begitu," kata Budiarto. *
Komentar