Ahok Inginkan Jadi Dirjen Bea Cukai
Setelah menjalani hukuman 1 tahun 8 bulan penjara dalam kasus penistaan agama, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok resmi bebas dari LP Cipinang, Kamis (24/1).
Kemarin Bebas dari Penjara, Ahok Acungkan Salam 3 Jari
JAKARTA, NusaBali
Ahok sempat berpose salam 3 jari, yang salah satunya dimaknai sebagai keinginan masuk PDIP, parpol peserta Pemilu dengan nomor urut 3. Ahok sendiri ingin menjadi Dirjen Bea Cukai, jika dibutuhkan oleh negara.
Staf Ahok dari Tim BTP, Ima Mahdiah, mengatakan mantan Gubernur DKI tersenyum lebar sambil pose 3 jari saat menjalani pengambilan sidik jari untuk pembebasannya di Mako Brimob Kelapa Dua, Jawa Barat, Kamis kemarin. Menurut Ima, Ahok sempat bilang bahwa posenya itu menyatakan bukan nomor 1 atau 2, tapi nomor 3. Ima pun mengaitkan angka 3 dengan nomor urut PDIP dalam Pemilu 2019.
"Pas lagi pengambilan sidik jari. @basuki_btp : "ini bukan no 1 atau 2, tapi 3" . Gw : gapapa pak no 3 kan @PDI_Perjuangan . BTP : oh iya poto ulang berarti ??????" tulis Ima dalam Twitter yang dilansir detik.com kemarin.
Dalam Twitter juga diunggah foto Ahok tersenyum. Di foto lainnya, Ahok tampak menandatangani dokumen dan bersalaman dengan petugas dari Lapas Cipinang. Prosedur ini dijalani Ahok di Rutan Mako Brimob. Setelah bebas, Ahok disebutkan langsung nge-vlog bersama anak sulungnya, Nicholas Sean.
Sementara, politisi PDIP Charles Honoris menyatakan pose 3 jari Ahok bisa jadi pengindikasikan hendak berlabuh ke partai besutan Megawati. "Mengenai pose 3 jari, ya mungkin ditanyakan sendiri saja ke BTP (Basuki Tjahaja Purnama). Tapi, bisa jadi karena aspirasi politik BTP yang berlabuh ke PDI Perjuangan sebagai rumah besar kaum nasionalis," ujar Charles Honoris kepada wartawan di Jakarta, Kamis kemarin.
Charles menepis pernyataan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga (Capres-Cawapres nomor urut 02 yang diusung Gerindra-Demokrat-PAN-PKS-Partai Berkarya), Andre Rosiade, yang menyebut pose 3 jari Ahok menandakan ragu terhadap pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin (Capres-Cawapres nomor urut 01 yang diusung PDIP-Golkar-PKB-PPP-NasDem-Hanura-PKPI-Perindo-PSI). Andre juga mengatakan Ahok sebaiknya merasakan rakyat yang kini hidup semakin sulit akibat ekonomi nyungsep.
Menurut Charles, Ahok sudah berpengalaman dalam mengelola pemerintahan. Ahok juga paham mengenai kinerja Jokowi dalam mengelola pemerintahan, karena pernah bekerja bersama-sama saat memimpin DKI Jakarta periode 2012-2014.
"BTP berpengalaman dalam mengelola pemerintahan. Bersama-sama dengan Jokowi, BTP sempat bekerja membangun ibukota. Hasil kerjanya pun banyak mendapatkan apresiasi, bukan saja di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Jokowi dan BTP memiliki gaya kepemimpinan yang seirama. Mengelola pemerintahan dengan transparan, akuntabel dan profesional," sebut Charles.
Anggota Komisi I DPR ini juga yakin Ahok akan tetap mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Charles mengatakan, Ahok sudah paham betul pribadi Jokowi yang ingin berbuat banyak untuk masyarakat. "Jadi, saya rasa sudah sewajarnya apabila BTP mendukung Jokowi untuk kembali menjadi Presiden, karena tahu akan kinerja sosok Jokowi dan apa yang terbaik untuk masa depan Indonesia."
Sementara, Wakil Direktur Kampanye Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-ma’ruf, Daniel Johan, menyebut pose 3 jari Ahok saat bebas dari penjara kemarin hanya spontanitas. "Itu hal yang biasa saja, spontanitas Pak Ahok. Kebetulan cap jarinya tiga," kata Daniel.
Kendati demikian, Daniel memaknai pose 3 jari Ahok itu sebagai simbol sila ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia. Daniel yang juga sahabat Ahok mengaitkan pose tersebut dengan persatuan dan kesatuan di tahun politik. "Yang tahu persis Pak Ahok sendiri memaknainya seperti apa? Kalau bagi saya, itu simbol sila ketiga Pancasila. Persatuan dan kesatuan sebagai prinsip berdemokrasi harus terus dijaga, terutama di tahun politik saat ini," ujar Wakil Sekjen DPP PKB ini.
Kubu Jokowi-Ma’ruf sendiri sejauh ini belum bahas untuk ajak Ahok gabung di tim suksesnya. "Yang bisa saya katakan, selama ini TKN itu tidak pernah membicarakan soal Ahok. Misalnya, 'gimana ini kalau nanti kita ajak bergabung?'. Nggak pernah," ujar Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani, di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Kamis kemarin.
Menurut politisi PPP ini, Ahok tak pernah jadi fokus pembicaraan di internal Timses Jokowi-Ma'ruf. Dia juga tak mau berandai-andai jika Ahok kembali berkiprah di dunia politik. "Masih banyak hal lain yang ingin kita kerjakan. Jadi, Ahok bukan subjek pembicaraan yang pernah diangkat dalam pertemuan TKN," tandas Asrul.
Sementara itu, mantan Wagub DKI Jakarta pendamping Ahok, Djarot Saiful Hidayat, mengatakan Ahok mempunyai keinginan untuk menjadi Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), jika masih diberi kesempatan mengabdi kepada negara. Menurut Djarot, Ahok ingin memberantas mafia-mafia yang ada di pelabuhan.
"Dia bilang gini, 'Kalaupun seumpama saya masih dibutuhkan oleh negara dan itu bermanfaat, kasih saja sebagai Dirjen Bea Cukai, untuk memberantas mafia-mafia di pelabuhan dan itu bisa menggerakkan segera mungkin. Nggak usah muluk-muluk, meskipun secara finansial saya rugi, sebab saya menjadi orang bebas, lebih enak.' Lebih banyak duit itu. Dia akan BTP Show, 'dapat duit benar nggak?' Dia bilang begitu," ungkap Djarot saat berkunjung ke Kantor Redaksi Detikcom di Jakarta, Rabu (23/1) lalu.
Menurut Djarot, Ahok tidak akan terjun ke politik dalam waktu dekat. Ahok ingin menghabiskan waktu untuk liburan, setelah menjalani masa hukuman penjara selama 1 tahun 8 bulan. "Dia berkeinginan masuk (PDIP) tetapi entah kapan, itu nanti. Yang jelas, dia akan menikmati udara kebebasan setelah 21 bulan disekap," imbuh Djarot.
Djarot kemudian membeberkan sejumlah aktivitas yang akan dijalani Ahok setelah bebas dari penjara. Menurut Djarot, Ahok akan meluncurkan buku dan fokus pada pengembangan yayasan BTP Foundation. "Dia akan bikin buku lagi dan akan dijual. Kemudian, dia akan bikin BTP Foundation, sehingga hasil penjualan itu akan masuk ke BTP Foundation. Dan, itu bisa digunakan untuk bisa membantu," tandas politisi PDIP ini. *
Komentar