Pedagang PP Libur Pasca Disapu Gelombang Pasang
Kehabisan Modal, Pedagang Harus Bangun dari Nol
SINGARAJA, NusaBali
Situasi di Pantai Penimbangan (PP) wilayah Perbatasan Desa Baktiseraga-Pemaron, Kecamatan Buleleng, Kamis (24/1) kemarin terlihat lengang. Sebanyak 35 pedagang yang terkena dampak gelombang pasang masih memilih libur untuk membersihkan puing-puing dagangan yang bisa digunakan kembali. Sebagian besar pedagang yang terkena dampak gelombang pasang kehabisan modal setelah seluruh lapak, peralatan dan barang dagangannya diporak porandakan gelombang pasang.
Dari puluhan pedagang yang berjejer dari Timur hingga Barat di pinggir Pantai Penimbangan (PP), sebagiannya tutup. Hanya ada beberapa lapak di bagian timur saja yang terlihat membuka dagangannya. Koordinator Pedagang PP wilayah Pemaron, Ketut Sudarma, mengatakan sebanyak 27 anggotanya yang terdampak gelombang pasang pada Selasa (22/1) malam hingga Rabu (23/1) dini hari memerlukan waktu untuk bangkit kembali.
Meskipun dari puluhan pedagang itu tak semuanya mengalami kerusakan parah. “Sementara masih libur, tadi pagi saya ajak gotong royong pembersihan, karena ini kawasan wisata biar tdak lama-lama berantakan. Sembari mereka mendapat pinjaman modal dan mempersiapkan peralatan yang rusak, kan ada yang habis sekali, ada yang rusaknya di dalam, ada juga kursi mejanya yang hilang,” ujar dia.
Sudarma pun mengatakan sejauh ini ia masih mendata kerugian dan tingkat kerusakan yang dialami anggotanya. Pihaknya pun menyebutkan kerugian akibat bencana gelombang pasang ini cukup membuat pedagang kelimpungan. Mereka yang rata-rata hanya menggantungkan hidupnya dari hasil berjualan jagung bakar, roti bakar dan jus itu minimal menanam modal Rp 20 juta untuk berjualan. Mulai dari mempersiapkan lapak, kursi dan meja, peralatan memasak dan bahan dagangan yang akan dijual.
Dari kemalangan pedagang terdampak bencana, Sudarma mengatakan mereka masih berupaya untuk mendapat pinjaman. “Kami sudah sepakat yang kena sedikit dan masih ada modal lebih dipinjamkan ke teman, sekadar untuk beli bambu biar bisa cepat dagang lagi, kalau tidak, penghasilannya hanya dari sana saja,” imbuh Sudarma.
Pihaknya pun mengatakan sejauh ini sembari mendata jumlah kerugian, pihaknya sudah mengumpulkna KTP dan KK, kemudian disetor ke desa untuk difasilitasi mendapat bantuan dari pemerintah. Ia pun berharap, pemerintah dapat memberikan jalan keluar bagi puluhan pedagang yang saat ini terkena musibah.
Sementara itu di sisi Timur Pura Segara PP, delapan warung nelayan yang sempat diporak-porandakan gelombang pasang sudah nampak bersih. Nelayan setempat juga sudah membersihkan warung dan telajakan mereka. Hanya saja seorang pedagang Gede Wiadnyana mengaku belum dapat memastikan kapan ia dan teman-temannya akan membuka warungnya kembali. “Buka sih buka tapi paling sbeentar-sebentar, kami juga liat sikon juga, kalau kemungkinan gelombangs udah naik ya ditutup saja.” katanya.
Namun kelompok nelayan Sari Segara masuk kawasan Desa Baktiseraga yang juga mengelola penyewaan kano, baju pelampung dan ban untuk berenang, menegaskan tidak merekomendasikan wisatawan atau tamu yang datang untuk mandi dan berenang. Pihaknya pun dengan tegas untuk sementara tak melayani jasa penyewaan perlengkapan berenang.
Wiadnyana dan nelayan setempat pun memprediksikan situasi baru akan kembali normal maksimal hingga tiba Hari Raya Nepi di bulan Maret mendatang. “Gelombang seperti ini biasanya masih lama, biasanya habis Imlek dan Kaulu (perhitungan bulan masehi) baru agak mereda. Sementara kalau ada tamu mau mandi kami larang, karena tak bisa mempertanggungjawabkan nanti gelombang besar begini,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Daerah Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Suadnyana mengatakan terkait kerusakan dan kerugian yang dialami oleh 35 pedagang di PP wilayah Desa Baktiseraga dan Pemaron, disebut hingga saat ini belum ada laporan masuk. Meski demikian pihaknya pun akan tetap melakukan pendataan.
Lalu bagaimana ke depannya? Suadnyana pun mengaku nanti akan mempertimbangkan situasi serta tingkat kerusakan yang dialami. Namun menurut hematnya, perbaikan lapak pedagang di PP dapat dilakukan oleh Desa Pakraman yang selama ini menerima retribusi pegelolaan kawasan wisata itu. “PP selama ini ada di bawah binaan desa adat, hemat kami BPBD, mungkin desa adat bisa membangun kembali warung atau lapak yang rusak. Karena yang dibutuhkan adalah terpal dan tiang besi untuk membangun lapak, tapi tetap kami akan data, sementara belum ada laporan masuk,” kata mantan Kadisdukcapil Buleleng ini. *k23
Komentar