Siapkan Logo Lewat Lomba Desain Logo
Festival Seni Bali Jani, Pengganti Mahalango dan Nawanatya
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menggelar lomba desain logo untuk Festival Seni Bali Jani (FSBJ) yang rencananya akan digelar bulan Oktober 2019 mendatang. Melalui lomba desain logo tersebut, akan dicari desain logo terbaik yang selanjutnya akan terus digunakan dalam penyelenggaraan FSBJ untuk tahun-tahun berikutnya.
Ketua Tim Kurator Festival Seni Bali Jani Dr Wayan Kun Adnyana mengatakan, penyelenggaran lomba desain logo ini dengan harapan terwujudnya sebuah logo yang mampu memberikan citra positif, bermakna dan efektif sebagai sebuah identitas Festival Seni Bali Jani. Desain ini akan memperebutkan hadiah berupa piala, piagam penghargaan dan uang sebesar Rp 5 juta. Paling lambat peserta bisa mengumpul hingga 28 Februari 2019.
Didampingi tim kurator Dewa Putu Beratha dan Kabid Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Ni Wayan Sulastriani, Dr Kun menjelaskan sejumlah ketentuan lomba desain logo yang harus dipenuhi yaitu menggunakan warna maksimal enam warna yakni merah, kuning, biru, hijau, hitam dan putih yang mencerminkan visi misi logo. Terutama logo harus menarik perhatian, informatif, komunikatif, dan persuasif serta mudah dipahami. “Logo dibuat adalah dalam bentuk penggabungan logogram dan logotype,” ucapnya.
Deskripsi karya dibuat terpisah dalam kertas HVS dengan ukuran A4, sebanyak 250 kata, dengan teknis dan gaya visualisasi bebas sesuai dengan kebutuhan desain logo, dan bukan tiruan atau jiplakan. Panitia berhak membatalkan desain logo pemenang yang terbukti melanggar hak cipta.
“Untuk menjamin originalitas karya, hasil desain logo dari pemenang juga akan dilakukan uji publik. Di samping para peserta wajib melampirkan surat pernyataan bahwa desain logo yang dilombakan adalah karya sendiri, belum pernah dipublikasikan dan belum pernah dilombakan sebelumnya. Bila memang perlu, panitia berhak melakukan penyempurnaan terhadap desain logo terpilih,” jelasnya.
Dr Kun Adnyana menambahkan, Festival Seni Bali Jani di era Gubernur Bali Wayan Koster merupakan gelar seni yang mewadahi karya cipta seni berbasis inovasi, eksperimentesi, lintas batas, kontekstual, kolaborasi dan novelty. “FSBJ akan menjadi ruang aktualisasi dalam ragam pertunjukan, pameran, lomba, diskusi, dan workshop seni modern maupun kontemporer. Kegiatan akan dilakukan selama dua minggu, dimana pagi akan ada workshop dan lomba, sementara malamnya ada pertunjukan,” ungkapnya.
Lanjutnya, festival ini merupakan manifestasi dari visi 'Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ Gubernur Bali, dalam upaya pemajuan kebudayaan. Konsep Sad Kerthi (enam sumber kebahagiaan) dalam Festival Seni Bali Jani diterjemahkan ke dalam enam konsep kreativitas unggul. Keenam unsur tersebut diantaranya, novelty yakni pencapaian dan kebaruan, eksplorasi yakni pencapaian seni inovatif berbasis kreativitas, sementara ide den subjek tetap berbesis tredisi dan nilai lokal. Sedangkan eksperimentasi adalah pencapaian seni modern atau kontemporer berbasis kreativitas den percobaan medium atau media.
Selain itu ada juga Lintas-Batas yakni pencapaian seni baru berbasis alih media, multi media, maupun transmedia. Ada juga kontekstual yakni pencapaian seni baru yang secara tematik relevan dengan konteks waktu. Serta kolaborasi yakni proses dan pencapaian seni modem atau kontemporer berbasis sinergi dan kerjasama antar seniman Bali atau luar daerah atau luar negeri.
“Sebenarnya tidak ada yang hilang dari gelaran Mahalango dan Nawanatya tahun-tahun kemarin. Cuma di FSBJ ini lebih mempolakannya lebih tegas lagi. Bali Jani itu khusus yang modern atau kontemporer dan inovasi. Sedangkan PKB untuk pelestarian,” jelasnya.
Basis seniman yang terlibat diantaranya adalah sanggar atau komunitas seni. Namun seniman ini juga bisa melibatkan di luar sanggar. “Karena ada juga platform kolaborasi maka mereka bisa juga mengajak seniman luar daerah maupun luar negeri,” tandasnya. *ind
1
Komentar