Karyawan Travel Gantung Diri 6 Hari Jelang Menikah
Seorang karyawan travel, I Wayan Suarjana, 27, ditemukan tewas gantung diri di mess kantornya, PO Gunung Harta Transport and Travel, Jalan Diponegoro Nomor 53 Denpasar Barat, Minggu (8/5) pagi pukul 06.00 Wita.
Wayan Suarjana Diduga Stres karena Utang
DENPASAR, NusaBali
Tragisnya, pemuda asal Tabanan ini justru tewas ulahpati (tidak wajar) hanya berselang 6 hari menjelang pernikahannya.
Korban Wayan Suarjana ditemukan tewas menggantung dengan leher terjerat selendang warna biru yang dikaitkan ke lubang ventilasi di atas pintu kamar Lantai II Kantor PO Gunung Harta Transport and Travel. Kematian tragis pemuda asal Banjar Gempinis, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan ini pertama kali rekannya sesama tinggal di mess, Syamsul Khalid, 26.
Ketika itu, Minggu pagi pukul 06.00 Wita, saksi Syamsul yang juga karuawan PO Gunung Harta Transport and Travel, hendak naik ke kamarnya di Lantai II untuk mengambil peci dan sarung. Saksi asal Lombok, NTB ini kebetulan melintasi di depan kamar korban Wayan Suarjana yang dalam kondisi terbuka.
Saksi Samsul terkejut melihat korban Wayan Sarjana sudah tewas menggantung di pintu kamarnya. Syamsul pun berteriak histeris, lalu memanggil rekan karyawan lainnya, Alan Budi Kusuma, 19. Kemudian, kedua saksi berlarian keluar dan mengabarkan peristiwa maut ini, sampai akhirnya laporan masuk ke Polsek Denpasar Barat. Begitu dapat laporan, jajaran Polsek Denpasar barat terjun ke lokasi untuk melakukan olah TKP, meminta keterangan saksi-saksi, dan mengevakuasi jenazah korban. Polisi juga membonceng petugas medis untuk memeriksa jenazah korban Wayan Suarjana.
Kapolsek Denpasar Barat, Kompol Wisnu Wardana, menyatakan saat dievakuasi, jasad korban Wayan Suarjana masih menggantung dalam posisi kaki menyilang. Dari pemeriksaan medis, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Petugas pun menyimpulkan korban murni tewas ulahpati. Indikasinya, lidah korban dalam kondisi menjulur, sementara air manu keluar dari alat vitalnya, sebagai layaknya orang tewas gantung diri.
“Di dalam kamar korban ditemukan beberapa jenis obat. Tapi, tidak ada tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban, baik akibat benda tajam maupun benda tumpul. Korban diduga kuat nekat bunuh diri akibat penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh," jelas Kapolsek Wisnu Wardana.
Berdasarkan pemerksaan saksi-saksi di lapangan, kata Kapolsek Wisnu Wardana, seorang rekan korban bernama Sulhadi mengaku sempat bertemu Wayan Suarjana di Lantai I Kantor PO Gunung Harta Transport and Travel, Minggu dinihari pukul 03.00 Wita. Kala itu, saksi asal Lombok, NTB tersebut sempat menyarankan korban untuk tidur bersama-sama di Lantai 1. "Tapi, korban justru enggan tidur bersama saksi Sulhadi. Dia memilih naik meunuu kamarnya di Lantai II. Ternyata, korban naik untuk bunuh diri,” beber Kapolsek Wisnu Wardana.
Kapolsek Wisnu Wardana menyebutkan, berdasarkan keterangan saksi-saksi di TKP, diketahui korban Wayan Suarjana sempat dirawat inap di RSJ Bangli. Korban yang bekerja sebagai sopir di PO Gunung Harta Transport and Travel baru keluar dari RSJ Bangli, April 2016 lalu. Sejak beberapa hari belakangan, korban kerap terlihat menyendiri dan enggan bergabung bersama rekan-rekannya di mess.
Sedangkan saksi Syamsul Khalid menyatakan, sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban Wayan Suarjana sempat terlihat gelisah dan terus mondar-mandir, naik turun di Kantor PO Gunung Harta Transport and Travel. Sebelum teman-temannya tidur, korban juga sempat mengeluh ingin berhenti kerja dan pulang ke kampung halamannya di Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan.
Disebutkan, korban Suarjana sudah tidak aktif bekerja sejak Januari 2016 lalu, karena gangguan kesehatan. Tapi, korban tetap tinggal di mess bersama Syamsul, Sulhadi, dan Alan Budi Kusuma. “Karena statusnya cuti kerja, dia (korban Suarjana) tidak mendapatkan gaji sejak Januari 2016,” ungkap saksi Syamsul kepada NusaBali.
Syamsul menceritakan, awal April 2016 lalu, korban Suarjana sempat dirawat di RSJ Bangli. Korban dirawat di RSJ Bangli selama dua minggu. Sepulang dari RSJ Bangli, korban balik ke mess. “Kami tidak m enyangka dia akan mengakhiri hidup setragis ini,” tutur Syamsul.
Sementara itu, bibi korban, Ni Kadek Sudiatri, 40, membenarkan keponakannya sering bengong-bengong sejak 5 bulan terakhir. Korban Suarjana yang sudah selama 8 tahun bekerja sebagai sopir di PO Gunung Harta Transport and Travel, disebutkan seperti orang kebingungan. Namun, empat hari sebelum tewas bunuh diri, Suarjana sempat ikut Kadek Sudiatri matirtayatra ke Jawa selama dua hari.
Selain itu, kata Kadek Sudiatri, keponakannya ini juga sempat minta dibuatkan banten pernikahan. Sesuai permintaan, korban Wayan Suarjana akan menikahi pacarnya, Ni Luh Putu Putu Purwaningsih, 26, gadis asal Banjar Gemeh, Desa Dauh Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Barat, 14 Mei 2016 depan. “Jadi, keponakan saya ini (korban Suarjana) ulahpati berselang 6 hari jelang pernikahannya,” ungkap Kadek Sudiatri ditemui NusaBali tatkala menunggui jenazah keponakannya di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Minggu kemarin.
Menurut Kadek Sudiatri, sejak kecil korbnan Suarjana memang selalu curhat dan minta bantuan kepada dirinya setiapkali ada masalah. “Jika ada masalah dengan pacarnya pun, keponakan saya ini curhat ke saya. Demikian pula untuk banten perkawinan, dia minta melalui saya,” tutur perepuan berusia 43 tahun ini.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Minggu kemarin, pacar korban yakni Luh Putu Purwaningsih menyatakan almarhum Suarjana kemungkinan nekat ulahpati karena stres akibat terliulit utang. Menurut Purwaningsih, pacarnya ini terlilit utang saat mengabenkan ibunya yang meninggal sekitar 5 tahun silam.
"Benar dia (Suarjana) terlilit utang waktu ngabenkan ibunya. Tapi, dia tak pernah cerita berapa besar utangnya dan kepada siapa berutang. Cuma, dia mengeluh terus. Tapi, saya tegaskan dia bukan gila. Mana ada orang gila bisa FB, BBM, SMS layaknya orang normal? Dokter hanya bilang dia depresi berat, bukan gila," jelas gadis yang rumahnya tak jauh dari mess di mana Suarjana selama ini tinggal.
Purwaningsih juga mengaku, dia dan korban Suarjana sudah dua kali gagal menikah. "Pertama, kami gagal menikah karena paman dari pacar saya (Suarjana) yang sering membantunya sejak kecil, menderita sakit batu ginjal. Setelah itu, dia mengabenkan ibunya hingga dibelit utang dan merasa tertekan. Ditambah lagi adiknya menikah. Saya sebenarnya tak menjadi masalah dengan keadaan itu. Mungikin ini jalan yang diberikan Tuhan untuk kami," tutur Purwaningsih. 7 da,cr63,cr64
1
Komentar