Desa Belum Serah Terima Bangunan
Bangunan pasar tradisionil di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, yang terkesan mangkrak, kini berpolemik.
Terkait Pasar Giri Emas
SINGARAJA, NusaBali
Pihak Desa Giri Emas mengaku, tidak bisa memanfaatkan pasar tersebut karena bangunan pasar belum diserahkan. Padahal Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kabupaten Buleleng menyatakan bangunan pasar itu sudah diserahkan begitu bangunan itu selesai dikerjakan.
Perbekel Giri Emas, Wayan Sunarsa, Senin (28/1) mengatakan, pasar desa yang dibangun oleh Pemkab Buleleng di Desa Giri Emas, belum beroperasi karena bangunan pasar itu belum diserahseterimakan oleh Pemkab kepada desa. Sehingga pihaknya tidak bisa memanfaatkan bangunan pasar tersebut.”Belum ada serah terima. Salah kalau kami memanfaatkan bangunan itu,” ungkap Perbekel Sunarsa.
Menurut Sunarsa, bangunan pasar itu belum diserahkan, kemungkinan karena masih dalam masa pemeliharaan dari pihak rekanan. Sehingga rentang waktu masa pemeliharaan itu masih di bawah pengawasan Dinas Perindag. “Bahkan kami sempat laporkan ada kebocoran, karena masih masa pemeliharaan dari pihak rekanan,” ujarnya.
Perbekel Sunarsa mengaku, sejatinya sudah banyak warganya yang berminat berjualan di pasar. Namun, pihaknya belum mengizinkan karena bangunan itu belum diserahterimakan. “Memang sekarang belum ada aktivitas, padahal sudah banyak warga yang mau berjualan di sana,” imbuhnya.
Tentu pengakuan Perbekel Giri Emas Wayan Sunarsa bertolak belakang dengan penjelasan dari Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparto. Dikatakan, semestinya Pasar Giri Emas sudah beroperasi, karena bangunan pasar tersebut sudah diserahkan kepada pihak desa, sejak bangunan pasar itu selesai dikerjakan. “Kami belum mengeceknya, semestinya sudah dimanfaatkan oleh desa. Karena bangunan pasar itu sudah diserahkan kepada desa. Sekarang kewenangannya ada di pihak desa,” katanya.
Menurut Suparto, ada kemungkinan pihak desa masih mencari Dewasa Ayu (hari baik,red) untuk membuka pasar tersebut. Karena Pasar Giri Emas merupakan pasar yang baru dibuka, sehingga memerlukan waktu bisa beroperasi seperti pasar-pasar lainnya. “Kalau pasar lainnya, kan pasar yang sudah ada sebelumnya yang kemudian direvitalisasi. Jadi begitu selesai, langsung dimanfaatkan, karena pedagangnya sudah ada sebelumnya. Nah kalau Pasar Giri Emas, karena ini pasar baru, jadi perlu hari baik untuk mengoperasikannya,” jelas Suparto
Pasar Giri Emas, merupakan pasar tradisionil yang dibangun bersamaan dengan lima pasar lainnya menggunakan dana alokasi khusus (DAK) di tahun 2018. Kala itu, Pemkab Buleleng merevitalisasi enam pasar, masing-masing di Kecamatan Sawan ada tiga pasar yakni Pasar Desa Giri Emas dengan dana sebesar Rp 834.990.681, Pasar Desa Sudaji, sebesar Rp 659.243.276, Pasar Desa Bungkulan sebesar Rp 669.000.603. Kemudian Pasar Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan sebesar Rp 1.364.133.744, Pasar Desa/KecamatanTejakula sebesar Rp 950.000192, dan Pasar Desa/Kecamatan Busungbiu sekitar Rp 900 juta.
Pasar Giri Emas sudah rampung 100 persen pada,19 Oktober 2018 yang lalu, bersamaan dengan pasar lainya. Hanya saja, Pasar Giri Emas yang berlokasi bersebelahan dengan RS Pratama Giri Emas, sampai saat ini belum juga ada aktivias jual beli. Berbeda dengan pasar yang dibangun bersamaan, begitu bangunan selesai langsung digunakan sebagai pasar desa. *k19
Komentar